I. PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Penggunaan teori
peluang, memungkinkan kita untuk menduga suatu kemungkinkan untuk memperoleh
suatu hasil tertentu dari persilangan. Metode Chi-square adalah cara yang dapat dipakai untuk membandingkan data percobaan
yang diperoleh dari hasil persilangan, dengan data hasil hipotesis secara teori.
Mempelajari peluang penting dilakukan salah satunya untuk menentukan terjadinya
penyimpangan dari suatu harapan dan menyimpulkan penyimpangan tersebut disebabkan
oleh peluang atau oleh beberapa faktor yang tak terduga selain peluang. Metode Chi-square dapat menentukan suatu nilai kemungkinan
untuk menguji hipotesa tersebut. Mendel memanfaatkan metode matematis untuk
membantu menganalisis data yang dihasilkan dari suatu persilangan hingga
berhasil membuat suatu metode pewarisan. Oleh karena pentingnya mempelajari
peluang dalam melakukan penyilangan, maka dalam laporan praktikum ini akan
membahas mengenai teori peluang atau kemungkinan.
B. Tujuan
Tujuan
dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui dan berlatih menggunakan
uji X2 dan dapat menggunakannya kembali untuk persilangan yang sesungguhnya.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Probabilitas
adalah kemungkinan dari peristiwa yang diharapkan, artinya antara yang
diharapkan, dengan peristiwa yang mungkin terjadi terhadap suatu objek. Contohnya
yaitu kita dapat melemparkan mata uang, maka kemungkinan yang akan terjadi
yaitu uang dengan permukaan huruf (H) atau dengan permukaaan gambar uang (G). Bila
mata uang dilempar beberapa kali diharapkan hasil lemparan tersebut ½ nya H dan
½ G. Aplikasi dari peluang ini dapat dihubungkan dengan pembastaran atau sifat
tanda beda. Bila XY menghasilkan sel kelamin, ½ nya akan membentuk gamet yang
mengandung X atau Y ½ nya akan membentuk gamet yang mengandung (Surjadi. 1989).
Probabilitas
atau peluang adalah suatu nilai diantara 0 dan 1 yang menggambarkan besarnya
kesempatan akan muncul suatu hal atau kejadian pada kondisi tertentu. Apabila
nilai peluang 0 berarti kejadian tak pernah terjadi atau mustahil terjadi, apabila
nilai peluang 1 maka kejadian tersebut dapat dikatakan selalu atau pasti
terjadi (Crowder,1986). Beberapa contoh dari kemungkinan yang terjadi pada
kehidupan sehari-hari yaitu :
a. Sebelum kita hendak berpergian,
kita menengok dahulu ke udara, kiranya akan turun hujan atau tidak, sehingga
kita perlu membawa payung atau tidak.
b. Seorang mahasiswa yang menanti pengumuman
hasil ujian kemungkinan lulus atau tidak lulus.
c. Seorang ibu yang hendak melahirkan
juga menghadapi kemungkinan, akan mendapat seorang anak laki-laki atau
perempuan.
Masih banyak
contoh lainnya semacam itu. Memisahnya gen-gen dari induk ke gamet-gamet pun
tidak luput dari kemungkinan. Demikian pula bersatunya gamet-gamet yang membawa
gen, menghadapi berbagai kemungkinan (Suryo, 1990). Berhubung dengan hal
tersebut perlu dikenal beberapa hukum probabilitas yang diperlukan dalam ilmu
genetika yaitu :
a. Peluang atas terjadinya sesuatu
yang dinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan terhadap
keseluruhan yang ada.
K
(x) = x/(x+y)
Keterangan
:
K
= peluang
K(x)
= besarnya peluang untuk mendapat (x)
x
= peristiwa yang diharapkan
y
= peristiwa yang tidak diharapkan
b. Peluang terjadinya dua peristiwa
atau lebih, yang masing-masing berdiri sendiri ialah sama dengan hasil perkalian
dengan besarnya peluang untuk masing-masing peristiwa itu. K(x+y) = K(x) x K(y).
c. Peluang terjadinya dua peristiwa
atau lebih yang saling mempengaruhi ialah sama dengan jumlah dari besarnya peluang
untuk masing-masing peristiwa itu. K(x atau y) = K(x) + K(y).
Mencari peluang
biasanya dapat ditempuh dengan jalan yang lebih mudah, yaitu dengan menggunakan
rumus binomium (a + b) n, dengan a dan b adalah kejadian atau peristiwa terpisah
sedangkan n adalah banyaknya percobaan. Teori untuk menurunkan
rumus yang diperoleh dari penjabaran (a + b) n dengan menggunakan kombinasi
dikenal dengan Teorema Binomia.
Rumus binomium hanya dapat digunakan untuk menghitung peluang yang masih dalam
rencana (Suryo, 1990).
Terbentuknya
individu hasil perkawinan yang dapat dilihat dalam wujud fenotip, pada dasarnya
hanya merupakan kemungkinan-kemungkinan pertemuan gamet jantan dan gamet betina.
Keturunan hasil suatu perkawinan atau persilangan tidak dapat dipastikan begitu
saja, melainkan hanya diduga berdasarkan peluang yang ada. Sehubungan dengan
itu, peranan teori kemungkinan sangat penting dalam mempelajari genetika. Teori
kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari
tipe-tipe persilangan genotipe yang berbeda. Penggunaan teori tersebut
memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu
dari suatu persilangan. Uji Chi Square
merupakan pengujian hipotesis tentang perbandingan antara frekuensi sampel yang
benar-benar terjadi (frekuensi observasi) dengan frekuensi harapan yang
didasarkan atas hipotesis tertentu pada setiap kasus atau data (Crowder,1986).
Gagasan umum
terhadap suatu peristiwa merupakan salah satu bagian dari usaha penentuan
probabilitas. Andai kata N adalah jumlah macam kejadian yang dapat dijumpai
pada saat pengambilan contoh untuk suatu kejadian, dengan peristiwa A dapat terjadi
dengan X cara, maka probablitas terjadinya A adalah P(A) = x/N. Probabilitas umumnya
digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan namun dapat
juga digunakan untuk menyatakan suatu pernyataan yang tidak diketahui akan kebenarannya,
diduga berdasarkan prinsip teori peluang yang ada. Sehubungan dengan hal itu,
teori kemungkinan sangat penting dalam mempelajari genetika. Kemungkinan atas
terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu
yang diinginkan terhadap keseluruhannya (Pollet, 1994).
Konsep peluang
secara umum merupakan teori yang didasarkan pada himpunan peristiwa yang berkemungkinan
sama, atau sebagai frekuensi relatif atau seperti penentuan subjektif taruhan
yang adil. Arti intuitif, peluang dihubungkan kepada himpunan peristiwa yang
mempunyai kemungkinan sama. Sesuatu keadaan yang dapat dibandingkan terjadinya,
jika digunakan tabel bilangan acak untuk memilih sesuatu. Peluang juga merupakan
suatu frekuensi relatif peristiwa tertentu dalam barisan percobaan yang sangat
panjang. Misalnya dalam pelantunan uang logam, umumnya kita mengharap muka atau
belakang mempunyai kemungkinan muncul yang sama, hal ini berdasarkan pada
kenyataan bahwa uang logam mempunyai dua sisi, dan jika uang logam seimbang
(atau jujur) dilantunkan berulang kali akan muncul muka dengan frekuensi hampir
sama dengan frekuensi muncul belakang (Dixon, 1991).
III.
METODE
PRAKTIKUM
A.
Bahan
dan Alat
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu mata uang logam dan lembar pengamatan. Alat
yang digunakan adalah uang logam, kalkulator dan alat tulis.
B.
Prosedur
kerja
Prosedur kerja
yang dilakukan pada praktikum teori kemungkinan adalah sebagai berikut :
1.
Satu keping mata uang
logam dilempar ke atas, lalu hasilnya dicatat (angka atau gambar). Pelemparan dilakukan
50x dan 100x, hasilnya dianalisis dengan uji X2.
2.
Kegiatan yang sama
dilakukan untuk kasus 2 keping uang logam yang dilempar sekaligus serta kasus 3
keping uang logam yang dilempar sekaligus.
3.
Semua data dicatat pada
lembar pengamatan yang disediakan pada saat pelaksanaan praktikum, sedangkan
hasil analisis ditulis pada lembar yang tersedia.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1. Uji X2 1 keping uang logam dengan 50x lemparan
|
|
Karakteristik
yang diamati
|
||
|
A
|
G
|
Jumlah
Total
|
|
|
Observasi (O)
|
25
|
25
|
50
|
|
Harapan (E)
|
|
|
50
|
|
(|O-E| -
|
( |22 – 25| -
|
( | 25 – 25 | -
|
|
|
|
|
|
0.5
|
|
X2
|
0,25
|
0,25
|
0,5
|
Diketahui
: X2 tabel : 3,84
X2 hitung : 0,5
Kesimpulan :
NilaiX2 hitung < X2 tabel maka hasil pengujian signifikan
jadi,pengujian uji X2 sesuai dengan hokum segitiga pascal 1 : 1
0,5
< 3,84 → Signifikan
Tabel 2.Uji X2 2 keping uang logam dengan 50x pelemparan
|
|
Karakteristik
yang diamati
|
|||
|
AA
|
GG
|
AG
|
Jumlah
Total
|
|
|
Observasi (O)
|
18
|
18
|
14
|
50
|
|
Harapan (E)
|
|
|
|
50
|
|
(|O-E|)
2
|
(|18-12,5|)2 = 30,25
|
(|18-25|)2 = 49
|
(|14-12,5|)2 = 2,25
|
81,5
|
|
|
|
|
|
4,58
|
|
X2
|
2,42
|
1,98
|
0,18
|
4,58
|
Diketahui
: X2 tabel : 5,99
X2 hitung : 4,58
Kesimpulan : X2 hitung < X2
Tabel maka hasil pengujian signifikan ( pengujian sesuai dengan
perbandingan )
Tabel 3.Uji X2 3 keping uang logam 50x pelemparan
|
|
Karakteristik
yang diamati
|
||||
|
AAA
|
AAG
|
AGG
|
GGG
|
Jumlah
Total
|
|
|
Observasi
(O)
|
7
|
14
|
22
|
7
|
50
|
|
Harapan
(E)
|
|
|
|
|
50
|
|
(|O-E|)
2
|
(|7-6,25|)2
|
(|14-18,75|)2
|
(|22-18,75|)2
|
(|7-6,25|)2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X2
|
0,09
|
1,2
|
0,56
|
0,09
|
1,94
|
Diketahui
: X2 tabel : 7,81
X2 hitung : 1,94
Kesimpulan : X2 hitung < X2
Tabel,maka hasil sesuai hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai
dengan perbandingan.
Tabel 4.Uji X2
keping uang logam 100x pelemparan
|
|
Karakteristik
yang diamati
|
||
|
A
|
G
|
Jumlah
Total
|
|
|
Observasi (O)
|
50
|
50
|
100
|
|
Harapan (E)
|
|
|
100
|
|
(|O-E| -
|
( |50 – 50| -
|
( | 50 – 50 | -
|
|
|
|
|
|
|
|
X2
|
0,25
|
0,25
|
0,50
|
Diketahui
: X2 tabel : 3,84
X2 hitung : 0,50
Kesimpulan :
NilaiX2 hitung < X2 tabel maka hasil pengujian
signifikan jadi,pengujian uji X2 sesuai dengan hokum segitiga pascal
1 : 1
Tabel 5.Uji X2 keping uang logam 100x pelemparan
|
|
Karakteristik
yang diamati
|
|||
|
AA
|
GG
|
AG
|
Jumlah
Total
|
|
|
Observasi (O)
|
23
|
51
|
26
|
100
|
|
Harapan (E)
|
|
|
|
100
|
|
(|O-E|)
2
|
(|23-25|)2
|
(|51-50|)2
|
(|26-25|)2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X2
|
0,16
|
0,02
|
0,04
|
0,22
|
Diketahui
: X2 tabel : 5,99
X2 hitung : 0,22
Kesimpulan : X2 hitung < X2
Tabel maka hasil pengujian signifikan artinya pengujian sesuai
dengan perbandingan.
Tabel
6.Uji X2 3 keping uang logam 100x pelemparan
|
|
Karakteristik
yang diamati
|
||||
|
AAA
|
AAG
|
AGG
|
GGG
|
Jumlah
Total
|
|
|
Observasi (O)
|
9
|
40
|
41
|
10
|
100
|
|
Harapan (E)
|
|
|
|
|
100
|
|
(|O-E|)
2
|
(|9-12,5|)2
|
(|40-37,5|)2
|
(|41-37,5|)2
|
(|10-12,5|)2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X2
|
0,98
|
0,16
|
0,32
|
0,5
|
1,96
|
Diketahui : X2 tabel : 7,81
X2 hitung : 1,96
Kesimpulan:
NilaiX2 hitung < X2 tabel maka hasil pengujian
signifikan,jadi,pengujian uji X2 sesuai
dengan hokum segitiga pascal 1 : 3 : 3 :
B. Pembahasan
Teori Peluang (probabilitas) merupakan cabang
matematika yang banyak penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Teori Peluang
lahir dan berkembang dari dunia hitam (meja perjudian). Awal abad ke 17 seorang
penjudi bangsawan Perancis bernama Chevalier de Mere minta pertolongan kepada
Blaise Pascal, pertolongan yang diharapkan oleh Chevalier de Mere tidak lain
adalah cara agar ia memperoleh kemenangan dalam meja perjudian. Cara-cara untuk
memperoleh kemenangan dalam meja perjudian itu merupakan dasar-dasar teori peluang
yang disarankan oleh Blaise Pascal (1623 – 1662). Dasar – dasar teorema peluang
ini selanjutnya dikembangkan oleh Pierre De Fermat (1601 – 1665). Teori peluang
yang pada saat lahirnya dianggap sebagai ilmu haram, namun dalam
perkembangannya banyak mendapatkan restu dari para ahli matematika. Bahkan saat
ini, teori peluang mampu memberikan nilai tambah dan memegang peran penting
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu-ilmu sosial modern.
Peluang suatu kejadian merupakan perbandingan banyaknya kejadian yang muncul
dengan banyaknya percobaan yang dilakukan dalam waktu tertentu (Suryo, 1990).
Menurut Wildan
(1994) kemungkinan peristiwa yang diharapkan ialah perbandingan antara
peristiwa yang diharapkan, dengan segala peristiwa yang mungkin terjadi
terhadap suatu objek. Kemungkinan biasa disebut dalam bahasa inggris ialah probability. Menurut Suryo (1990) probabilitas
atau istilah lainnya kemungkinan, kebolehjadian, peluang dan sebagaimya,
umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan, dapat
juga digunakan untuk menyatakan suatu pernyataan yang tidak diketahui akan
kebenarannya, diduga berdasarkan prinsip teori peluang yang ada. Menurut
M.Yusuf (1984) peluang ialah ukuran dari besarnya kemungkinan munculnya suatu
kejadian. Kehidupan sehari-hari sering ada ungkapan-ungkapan yang menunjukan
ukuran kemungkinan. Misalnya dalam obrolan sering mengatakan, “kemungkinan
besar tanaman itu akan mati” atau “kecil sekali kemungkinannya atau barang kali
tidak mungkin saya lulus”. Ungkapan-ungkapan tersebut menunjukan ukuran -ukuran
dari kemungkinan, tetapi keseluruhan dari kenyataan tadi tidak ada yang
menunjukan besaran numerik sehingga sulit di ukur atau dilihat dalam proses
analisis. Ungkapan “fivety-fivety”
merupakan contoh ukuran kemungkinan yang berbentuk angka yang kita ketahui
maknanya bahwa antara berhasil dan gagal mempunyai kemungkinan yang sama
(Dotti,2010).
Ilmu genetika
dalam teori kemungkinan ikut berperan penting, misalnya mengenai perbandingan
gen-gen dari induk atau orang tua ke dalam gamet-gamet. Pembuahan sel telur
oleh spermatozoon, berkumpulnya
kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai macam kombinasi. Mengevaluasi suatu
hipotesis genetik diperlukan suatu uji yang dapat mengubah deviasi – deviasi
dari nilai-nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dari ketidaksamaan
demikian yang terjadi oleh peluang. Uji ini dapat mengubah deviasi-deviasi dan
nilai-nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dari ketidaksamaan demikian
yang terjadi oleh peluang diperlukan adanya evaluasi hipotesis genetik. Uji ini
harus pula memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas). Uji
ini dikenal dengan uji X2 (Chi
Square Test). Ilmu genetika, teori kemungkinan atau probabilitas ikut
mengambil peranan penting. Metode khi-kuadrat adalah cara yang dapat kita pakai
untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan
dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis (Widyaningdyah,2001).
Teori
kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari
tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Penggunaan teori ini memungkinkan
kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari
persilangan tersebut. Peragaan pembuktian teori kemungkinan dengan uji Chi Square dilakukan dengan menggunakan
mata dadu yang nantinya akan dilempar dan dihitung peluang munculnya beberapa
angka di sisi mata dadu tersebut. Pengujian khi kuadrat merupakan pengujian
yang berbeda dengan beberapa pengujian lain, karena pada pengujian khi kuadrat yaitu
pengujian mutu penjajagan, yaitu menguji variabel acak x mempunyai distribusi
F(x) yang tertentu atau tidak. Ditribusi sampel yang dilukiskan adalah suatu
bayangan statistik dari 4 distribusi Xi, jadi dapat dibandingkan dengan fungsi
padat distribusi F(x). Melalui jalan ini kita dapat memperoleh secara kualitas
persesuaian atau pertaksesuaian antara kedua distribusi itu, tetapi untuk dapat
mengetahui derajat persesuaian itu kita memerlukan ukuran kuantitas mengenai
besarnya deviasi atau penyimpangan dari distribusi hipotesisi terhadap
distribusi sample (Widyaningdyah,2001).
Uji chi-square disebut juga dengan Khi Kuadrat.
Uji chi-square adalah salah satu uji statistic no-parametik (distibusi
besaran-besaran populasi tidak diketahui) yang cukup sering digunakan dalam
penelitian yang menggunakan dua variabel, yaitu skala data kedua variable
adalah nominal atau untuk menguji perbedaan dua atau lebih proporsi sampel. Uji
chi-square diterapkan pada kasus yang
akan diuji frekuensi yang akan di amati (data observasi), untuk membuktikan ada
perbedaan secara nyata atau tidak dengan frekuensi yang diharapkan. Chi-square adalah teknik analisis yang
digunakan untuk menentukan perbedaan frekuensi observasi (Oi) dengan frekuensi
ekspektasi atau frekuensi harapan (Ei) suatu kategori tertentu yang dihasilkan.
Uji ini dapat dilakukan pada data diskrit atau frekuensi. Pengertian chi-square adalah sebuah uji hipotesis
tentang perbandingan antara frekuensi observasi dengan frekuensi harapan yang
didasarkan oleh hipotesis tertentu pada setiap kasus atau data yang diamati
(Suharni,2004).
Uji ini sangat
bermanfaat dalam melakukan analisis statistic
jika kita tidak memiliki informasi tantang populasi atau jika asumsi-asumsi
yang dipersyaratkan untuk penggunaan statistik parametrik tidak terpenuhi. Khi
kuadrat biasanya di dalam frekuensi observasi berlambangkan dengan frekuensi
harapan yang didasarkan atas hipotesis yang hanya tergantung pada suatu
parameter, yaitu derajat kebebasan (df). Khi kuadrat mempunyai masing–masing
nilai derajat kebebasan, yaitu distribusi (kuadrat standard normal) merupakan
distribusi Khi kuadrat dengan df = 1, dan nilai variabel tidak bernilai
negatif. Kegunaan dari Khi square yaitu untuk menguji seberapa baik kesesuaian
diantara frekuensi yang teramati dengan frekuensi harapan yang didasarkan pada
sebaran yang akan dihipotesiskan, atau juga menguji perbedaan antara dua kelompok
pada data dua kategori untuk dapat menguji signifikansi asosiasi dua kelompok
pada data dua katagorik tersebut. Uji chi-square
merupakan uji non parametris yang paling banyak digunakan. Namun perlu
diketahui syarat-syarat uji ini adalah frekuensi responden atau sampel yang
digunakan besar (Suharni,2004).
Metode
chi square adalah cara yang dipakai
untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan. Persilangan
dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Teori kemungkinan
merupakan dasar untuk menetukan nisbah yang diharapka dari tipe-tipe
persilangan genotip yang berbeda. Suatu persilangan antara sesama individu dihibrid (AaBb) menghasilkan keturunan yang terdiri
atas empat macam fenotip, yaitu A-B-, A-bb, aaB-, dan aabb masing-masing
sebanyak 315, 108, 101, dan 32. Untuk
menentukan bahwa hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah teoretis ( 9 : 3 :
3 : 1 ) atau menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian
secara statistika. Uji yang lazim digunakan adalah uji X2 (Chi-square test) atau ada yang
menamakannya uji kecocokan (goodness of
fit). Untuk mengevaluasi suatu hipotesis genetik, memerlukan suatu uji yang
dapat mengubah deviasi-deviasi dari nilai yang diharapkan, menjadi probabilitas
dari ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang. Selain itu, uji ini
harus pula memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas). Sebagai uji X2 (Chi
Square Test). Uji Chi-kuadrat atau Chi-square
digunakan untuk menguji homogenitas varians beberapa populasi atau merupakan
uji yang dapat mengubah deviasi dari nilai-nilai yang diharapkan menjadi
probabilitas dari ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang dan harus
memperhatikan besarnya sampel dan besarnya peubah (derajat bebas) (Yatim Wildan, 1991).
Uji kecocokan warna polong menggunakan
metode Chi-Square untuk melihat
besarnya nilai perbandingan data percobaan yang diperoleh dari persilangan yang
telah dilakukan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara
teoritis. Nilai Chi-Square (X2)
diperoleh dengan rumus :
X2 = 
Dimana Fo adalah
Frekuensi yang diobservasi / diperoleh melalui pengamatan di lapang (observed) dan Fh adalah
Frekuensi yang diharapkan (expected).
Heterosis diduga
dengan dua cara, yaitu:
1. Heterobeltiosis (high-parent heterosis = HP), yaitu
penampilan hibrida (F1) dibandingkan dengan penampilan tetua
terbaiknya.
Heterobeltiosis =
2. Heterosis standar (HS), yaitu
penampilan hibrida (F1) dibandingkan dengan penampilan kedua
tetuanya.
Hasil uji Chi-Square untuk warna polong kuning
pada hasil persilangan L1 (Cherokee
Sun) dengan tetua lokal L2 (Mantili) dan L3 (Gogo
kuning) memiliki nilai perbandingan yang sama yaitu diperoleh nisbah 3 : 1 dan
13 : 3 diterima menurut nisbah teoritis Mendel dengan probabilitas masing-masing
50-70 % dan 20-30 %, Sedangkan untuk hasil persilangan I1 dengan L1
(Gilik hijau) menunjukkan bahwa pada generasi F1 memiliki tiga pola
pewarisan warna polong. Pertama, pewarisan warna polong sesuai dengan nisbah
teoritis 3 : 1 dengan tingkat probabilitas sebesar 50–70 %, kedua sesuai
dengan nisbah teoritis 9 : 7 dengan tingkat probabilitas sebesar 10-20
%, dan ketiga sesuai dengan nisbah 13 : 3 dengan tingkat probabilitas sebesar
5-10 %. Pada hasil uji Chi-Square
untuk warna polong ungu hasil persilangan I2 dengan tetua lokal L1
dan L2 menunjukkan bahwa pada generasi F1 memiliki dua
pola pewarisan warna polong. Pertama, pewarisan warna polong sesuai dengan
nisbah teoritis 3 : 1 dengan tingkat probabilitas sebesar 50-70 %, kedua
sesuai dengan nisbah 13 : 3 dengan tingkat probabilitas sebesar 20-30 %,
untuk warna polong ungu hasil persilangan I2 dengan tetua lokal L3
nisbah 3:1 dan 13:3 diterima menurut nisbah teoritis Mendel dengan probabilitas
masing-masing 30-50 % dan 20-30 %. Dari hasil perhitungan Chi-Square tersebut diperoleh data bahwa
peluang dari nisbah teoritis Mendel 3 : 1 memiliki persentase lebih besar dari
nisbah lainnya. Hal ini menunjukkan adanya gen tunggal dominan yang
mengendalikan karakter warna polong pada F1 hasil persilangan
tanaman buncis introduksi L1 (Cherokee
Sun) I2 (Purple Queen)
dengan tetua lokal (L1, L2, L3). Nisbah 3 : 1
mengandung arti bahwa pewarisan warna polong dikendalikan oleh sepasang gen
tunggal (monogenically inherited), yaitu gen dominan untuk mengendalikan
warna polong kuning dan ungu dengan gen resesif sebagai pengendali warna polong
hijau (Frizal Amy Oktarisna, 2013).
Penggunaan Uji Chi square dalam menyelesaikan percobaan kemungkinan, ada juga
rumus lainnya, diantaranya yaitu penggunaan rumus Binomium atau disebut juga
operasi Binomial dengan rumus (a + b)n, Uji T, Uji Z. Uji binomial adalah
uji non parametric yang
digunakan untuk menggantikan uji statistik t jika asumsi n kecil dan populasi normal
sebagai syarat uji t tidak dipenuhi. Contoh uji binomial perkawinan dua
orang bergenotip Aa, berapa kemungkinan anak pertama bergenotip AA dan anak
kedua juga bergenotip AA atau anak pertama Aa dan anak kedua Aa. Untuk menjawab
pertanyaan seperti ini kita menggunakan operasi binomial.
a dan b: besarnya kemungkinan dari suatu peristiwa
n: banyaknya semua peristiwa
1.Hipotesa dalam
Uji Binomial
Dua
sisi : Ho: p = po dan Ha: p ≠ po
Satu sisi : Ho: p <= po dan Ha: p > po
Ho: p >= po dan Ha: p < po
Satu sisi : Ho: p <= po dan Ha: p > po
Ho: p >= po dan Ha: p < po
p
= proporsi pada sampel
po = proporsi pada populasi
po = proporsi pada populasi
Uji t
(t-test) merupakan prosedur pengujian parametrik rata-rata dua kelompok data,
baik untuk kelompok data terkait maupun dua kelompok bebas. Untuk jumlah data
yang sedikit maka perlu dilakukan uji normalitas untuk memenuhi syarat dari
sebaran datanya.
2.Hipotesis
pada uji T
Ha ; ρxy ≠ 0
dengan hipotesis nihil
H0 ; ρxy = 0 dan statistik t = [rxy√(n-2)] / √(1-rxy2)
---→ t(α/2;n-2)
Uji
Z adalah salah satu uji statistika yang pengujian hipotesisnya
didekati dengan distribusi normal. Menurut teori limit terpusat, data
dengan ukuran sampel yang besar akan berdistribusi normal. Oleh karena
itu, uji Z dapat digunakan utuk menguji data yang sampelnya berukuran
besar. Jumlah sampel 30 atau lebih dianggap sampel berukuran besar.
Selain itu, uji Z ini dipakai untuk menganalisis data yang varians populasinya
diketahui. Namun, bila varians populasi tidak diketahui, maka varians
dari sampel dapat digunakan sebagai penggantinya.
3.Hipotesis uji Z:
Jika
|Zhit| < |Ztabel|, maka terima H0
Jika
|Zhit| ≥ |Ztabel|, maka tolak H0 alias
terima HA
Sedangkan Chi Square adalah salah satu jenis uji
komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data
kedua variabel adalah nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan
skala nominal maka dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus
digunakan uji pada derajat yang terendah).
4.Hipotesis
Chi Square
X2tab
< X2hit = Hipotesis ditolak
X2tab
> X2hit = Hipotesis diterima (Dwijoseputro,
1977).
Uji Chi-Square banyak digunakan untuk menentukan suatu karakter karena tidak membutuhkan asumsi normalitas,
secara umum metode Chi-Square lebih
mudah dikerjakan dan lebih mudah dimengerti, data dapat digantikan menjadi
numerik (nominal) dengan jenjang (ordinal), tidak dibutuhkan urutan atau
jenjang secara formal karena sering dijumpai hasil pengamatan yang dinyatakan
dalam data kualitatif, pengujian hipotesis pada uji Chi-Square dilakukan secara langsung pada pengamatan yang nyata, tidak
terikat pada distribusi normal populasi, tetapi dapat digunakan pada populasi
berdistribusi normal dan hasil yang didapat signifikan (Abidin Z, 2003).
Selain uji chi square uji yang biasanya dilakukan
adalah uji fisher . uji fisher
merupakan salah satu metode statistik non parametik untuk menguji hipotesis.
Prosedur ini ditemukan oleh R.A. Fisher
pada pertengahan tahun 1930. uji fisher digunakan
untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independen
bila datanya berbentuk nominal. Peneliti harus memberi sedikit peluang untuk
salah dalam menolak hipotesis. Besarnya peluang untuk salah menolak hipotesis
inilah yang disebut sebagai taraf signifikan (Suharni,2004).
Faktor yang
mempengaruhi data menjadi signifikan dinyatakan dalam buku-buku statistika
tersedia daftar yang menunjukkan angka-angka (bilangan) tertentu pada taraf
signifikansi tertentu. Berkaitan pula dengan jumlah sampelnya ada berapa
banyak. Angka-angka itu merupakan standar (patokan) untuk menentukan apakah
hasil penelitian (data penelitian) signifikan atau tidak. Angka itu menunjukkan
angka minimal yang harus dicapai oleh data dari penelitian agar disebut
berkorelasi secara signifikan (meyakinkan). Dalam contoh korelasi di
atas, korelasi antara kerajinan kuliah dan prestasi belajar itu,
signifikan (benar-benar meyakinkan bahwa benar) atau tidak (Abidin Z, 2003).
Jika
angka yang didapat dari analisis statistik itu lebih besar dari angka standar
pada taraf signifikansi 0,05 atau 0,01 (misalnya standarnya 1,5 sedangkan
bilangan yang diperoleh dari analisis 1,9 ; jadi 1,9 > 1,5), maka
dikatakanlah bahwa ada korelasi yang signifikan. Istilah dari makna korelasi yang meyakinkan,
tegasnya yakin benar-benar berkorelasi (berhubungan: bahwa X
“mempengaruhi” Y). Bilangan yang ditunjukkan untuk taraf signifikansi itu 0,05
atau 0,01. Itu artinya ada kemungkinan sebanyak 0,05 = 5% (atau 0,01 = 1%) (Abidin Z, 2003).
Hasil
pengujian yang diperoleh pada pelemparan 1 koin sebanyak 50 kali adalah
signifikan atau sesuai teori karena X²tabel (3,84) > X²hitung
(0,5). Pada pelemparan kedua 2 keping koin sebanyak 50 kali X²hitung
yang diperoleh sebesar 4,58 oleh karena karena X2tabel
(5,99) > X²hitung (4,48), hasil pengujian signifikan. Pada
percobaan 3 dengan 3 keping koin sekaligus sebanyak 50 kali didapatkan X²hitung
1,94 dengan X²tabel 7,81 sehingga data yang diperoleh signifikan,
karena X²tabel > X²hitung. Sedangkan pelemparan 1 koin
yang kedua sebanyak 100 kali data yang diperoleh signifikan karena X²tabel
3,84 > X2hitung 0,50. Pelemparan 2 koin yang kedua
sebanyak 100 kali memperoleh X²hitung sebesar 0,22 sedangkan X²tabel
sebesar 5,99 sehingga data yang diperoleh signifikan. Pada pelemparan 3 koin
kedua sebanyak 100 kali didapatkan X²hitung sebesar 1,96 artinya
data yang diperoleh signifikan karena X²tabel sebesar 7,82.
Keberhasilan
dalam pengujian teori peluang ini dengan menggunakan pelemparan mata uang
logam, kemudian dicatat hasilnya. Setelah dicatat barulah diuji dengan
menggunakan rumus Chi Square atau uji
X². Untuk memutuskan dapat diterima atau tidaknya
bahwa sebaran pengamatan sama dengan sebaran harapan dilakukan pengujian dengan
menggunakan criteria statiska X2 (khi-kuadrat).Menggunakan
Uji Chi Square pada praktikum ini,
karena ingin membandingkan frekuensi observasi dengan frekuensi teoritis atau harapan, dalam hal ini menggunakan Hukum
Mendel sebagai frekuensi teorotisnya,Penyelidikan secara matematik oleh para ahli
statistik menyatakan bahwa apabila nilai X2 yang didapat dari
perhitungan terletak dibawah kolom nilai kemungkinan 0,05 atau kurang dari 0,01
atau 0,001 itu berarti bahwa faktor kemungkinan hanya berpengaruh sebanyak 5%
atau kurang (Suryo, 2004).
Menurut ketentuan statistik, untuk dua kelas rasio fenotip
rumus Chi Square yaitu Observasi (O)
dikurangi Harapan (E) kemudian dikurangi dengan 0,5. Rumus ini hanya berlaku
untuk dua kelas rasio fenotip. Jika eksperimen pelemparan uang itu didasarkan
pada jumlah kecil, dapat mengharapkan deviasi atau simpangan yang relatif
besar dari nilai-nilai yang diharapkan sering terjadi oleh peluang saja.
Tetapi, jika jumlah sampel bertambah, deviasi itu secara proporsional akan
berkurang, sehingga dalam sampel yang tak terhingga, deviasi-deviasi peluang plus
dan minusnya menghapuskan satu dengan yang lainnya secar sempurna, (Stanfield,
1991)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Uji
Chi-square adalah teknik analisis
yang digunakan untuk menentukan perbedaan frekuensi observasi dengan frekuensi harapan
suatu kategori tertentu yang dihasilkan.
2. Penggunaan
teori peluang memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu
hasil tertentu dari persilangan.
B.
Saran
Sebaiknya alat
dan bahan yang digunakan ketika praktikum, sudah dipersiapkan terlebih dahulu
agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan tertib.
DAFTAR
PUSTAKA
Crowder,
L.V. 1986. Genetika Tumbuhan, Edisi
Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Dixon,
Wilfrid.1991. Pengantar Analisis Statistik.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Dotti,
Suryati. 2010. Penuntun praktikum genetika
dasar. Fakultas pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Pollet.
1994. Penggunaan Metode Statistika Untuk
Ilmu Hayati. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suharni,
Sri. 2004. Evaluasi Morfologi, Anatomi, Fisiologi Dan Sitologi Tanaman Rumput
Pakan Yang Mendapat Perlakuan Kolkisin. Thesis. Program Pasca Sarjana Fakultas
Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Surjadi.
1989. Pendahuluan Teori Kemungkinan Dan
Statistika. Penerbit ITB, Bandung.
Suryo. 1992. Genetika. Strata 1. Gadjah Mada University,
Yogyakarta.
Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001.
Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada
Perusahaan Go Public Di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 3,
No. 2 : 89 –101.
LAMPIRAN

