pub-7383082083714536 arsip: acara III
Tampilkan postingan dengan label acara III. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label acara III. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 April 2016

laporan dasar ilmu tanah acara III derajat kerut tanah




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah  sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu.

Tanah di alam ini dapat berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral maupun organic yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya.
Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organic seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.


Tanah terbentuk dari bahan-bahan mineral organik, air serta udara tersusun di dalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah itu, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia, fisis dan biologi dari tanah yang berbeda-beda pula. Dalam tanah terdiri dari empat komponen utama ialah bahan mineral, bahan organic, udara dan air tanah.
Bentuk fisik tanah dari berbagai jenis dapat mengetahui kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil  tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk   budidaya komoditi pertanian. Sebab factor-faktor tersebut di atas adalah factor utama dalam budidaya pertanian.
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.  Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda.Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :
1.      Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.
2.      Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaituMerupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3.      Liat (<0,002 mm) yaituBerbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengmbang dan mengkerut yang besar.

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman, semuanya erat  hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil  tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk   budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor utama dalam budidaya pertanian.
B.     Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, danmempunyai tiga dimensi ruang, yaitu panjang, lebar dan kedalaman.Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya(Dedi, 2006).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahanorganic, udara, dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksitanah yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah yang mengandung liat sifatnya sukar diolah, sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya.Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk kandungan bahan organik dalam tanah tersebut.Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga. Kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara tanaman. Semakin erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi fisik tanah meliputi warna,tekstur, konsistensi, dan struktur tanah. (Hardjowigeno, 1992).
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang  berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohke, 1968).Bahan tanah halus dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama pasir, debu (lanau), dan lempung. Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas tertentu (Notohadiprawiro, 1998).
    
                 Butiran pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar, mika dan kadang juga sirkon, turmalin dan horn blende. Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih seragam dan mempunyai bentuk membulat walaupun permukaan luarnya tidak selalu halus, serta mempunyai jenjang kekasaran tertentu yang terkait erat dengan keabrasifanya.Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran garis tengah antara pisahan lempung dan pisahan pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah debu in I mendekati zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan per satuan massa yang lebih besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerap kuat. Pada kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung. Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid. Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit  yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) (Hardjowigeno,2010).
Bahan organic merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organic adalah bahan pemantap agregat tanah.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organic (Hakim, 1986).
Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi (Soegiman, 1982).
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Arif Hidayat ,2009).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, organik,udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanahyaitu:
        1.      Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak liat,daya menahan air rendah,ukurannya yang menyebabkan pori makro lebih banyak, perkolasi cepat,sehingga aerasi dan draianse tanh pasiran relatif lebih baik.
2.      Debu (0,002mm – 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir mikrodan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang baik.
3.      Liat (<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sofat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan(Hardjowigeno, 1987).


Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Swell index = index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang engineering (pembuatan jalan, gedung-gedung dsb) (Hardjowigeno, 1993)
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahanorganic, udara, dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksitanah yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah,sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya.Mengetahui derajat kerut suaty jenis tanah akan mempermudah untuk kandungan bahanorganik dalam tanah tersebut.Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuaidengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras danpenyangga. Kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman.Semana erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi fisik tanah meliputi warna,tekstur, konsistensi, dan struktur tanah. (Prasetyo, 2006)




Sifat-sifat fisika tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak penggunaan (yang diharapkan dari) tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, drainase dan kapasitas penyimpanan air, plastisitas, kemudian kemudahan ditembus akar, aerasi, dan penyimpanan hara tanaman semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisika tanah. Oleh karena tiu, erat kaitannya bahwa jika seseorang berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui sampai berapa jauh dan dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu akan digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan struktural dalam pembangunan (Buckman, 1982).
Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air danudara merupakan bagian dari tanah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempelajariilmu tanah dan cara untuk melestarikannya.Tanah adalah susunan butiran padat dan pori-pori yang saling berhubungan satusama lain sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energy lebih tinggike titik yang mempunyai enargi lebih rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-poritanah diperlukan dalam mekanika. Hal ini sangat berguna didalam menganalisakestabilan dari suatu bendungan tanah konstruksi dinding penahan tanah yang terkenagaya rembesan (Syarief, 1989).
Berbagai macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Nurdin ,2008).


BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    ALAT DAN BAHAN
               Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah contoh tanah halu(<0,5 mm),botol semprot, air, cawan porselin,colet, cawan dakhil, jangka sorong,dan serbet/lap pembersih.
B.     PROSEDUR KERJA
1. Diambil secukupnya contoh tanah halus, dimasukan ke dalam cawan porsellin,ditambahkan air dengan menggunakan botol semprot,. Lalu di aduk secara merata dengan menggunakan colet samp;ai pasta tanah menjadi homogen.
2. Dimasukan pasta tanah yang sudah homogen tadi ke dalam cawan dakil yang telah diketahui diameternya menggunakan jangka sorong (diameter awal)
3. Dijemur cawan dakhil yang telah berisi pasta di bawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengerutan setiap 2jam sekalisampai diameternya konstan(diameter akhir).
Perhitungan : Derajat kerut =






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    HASIL
Jenis tanah :Ultisol
No
Jenis tanah

1
2
3
4
5

6
7
1
Ultisol
ø1
31,47
30,96
30,39
30,15
30,14

30,14
30,14
ø2
31,47
31,20
30,79
30,22
30,20

30,20
30,20
X
31,47
31,08
30,59
30,18
30,17

30,17
30,17
PERHITUNGAN :
DERAJAT KERUT =
            Ultisol   =   = 4,13 %



B.     PEMBAHASAN
Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.  (Prasetyo,2006). 
Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. (Nasih W , 2009).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).







Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas tertentu. Dalam analisis besar zarah, bahan tanah dapat dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda yaitu:
      1.      Pasir(0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak liat,daya menahan air rendah,ukurannya yang menyebabkan pori makro lebih banyak, perkolasi cepat,sehingga aerasi dan draianse tanh pasiran relatif lebih baik.
2.      Debu(0,002mm – 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir mikrodan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang baik.
3.      Liat(<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sofat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut(Sarief, 1986).
Derajat Kerut Tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah yang ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah adalah sebagai berikut:
1.    Kandungan Liat
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat kerut tanah.
2.    Bahan Organik
Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organiknya maka derajat kerut tanah semakin kecil.
3.    Cahaya Matahari
Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan semakin cepat terjadi pengkerutan tanah.
4.    Kandungan Air
Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah semakin kecil (Aryaka, 2013).


Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sulit dalam pengolahannya sehingga disebut tanah berat. (Sarief, 1986).
Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara (Baver,1961).
Percobaan derajat kerut tanah pada praktikum ini dilakukan dengan mengamati jenis tanah yaitu tanah Ultisols.Tanah terlebih dahulu  disemprot dengan air sampai homogen dimasukan ke cawan, lalu dijemur di bawah sinar matahari. Tanah sebelum dan sesudah dijemur diukur diameternya. Pengamatan dilakukan sebanyak tujuh kali pengamatan.
Hasil percobaan yang sesuai literatur didapat data derajat kerut tanah yaitu derajat kerut tanah rata-rata pada tanah Ultisol adalah 4,13 %.
           





Derajat kerut tanah pada tanah Ultisols agak kecil . Hal ini terjadi karena tanah Ultislos terdapat penimbunan liat di horison bawah (horison argilik), bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 180cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ini dulu disebut tanah Podzolik  Merah Kuning yang banyak terdapat di Indonesia. Kadang – kadang juga termasuk tanah Latosol dan Hidromorf kelabu (Hardjowigono, 2010).
Ciri morfologi yang penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 2003). Horizon tanah dengan peningkatan liat tersebut dikenal sebagai horizon argilik. Horizon tersebut dapat dikenali dari fraksi liat hasil analisis di laboratorium maupun dari penampang profil tanah. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya berkembang di atas horizon argilik.(Soekardi et al 1993.

 Derajat kerut suatu jenis tanah sangat penting untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah tersebut.Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga. Kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara tanaman. Semakin erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi fisik tanah meliputi warna,tekstur, konsistensi, dan struktur tanah. (Hardjowigeno, 1992).
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua adalah tanah ultisol. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua adalah tanah ultisol, tanah ultisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Ultisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas ultisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir. Adanya ketidaksesuian dengan literatur disebabkan karena kurang telitinya saat membaca jangka sorong  (Kohnke, 1968).
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (Nasih W , 2009)
Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Swell index = index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang engineering (pembuatan jalan, gedung-gedung dsb) (Hardjowigeno, 1993)


















BAB V
 SIMPULAN
A.    KESIMPULAN
                              Sifat-sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.Kandungan liat yang besar mempengaruhi besarnya derajat kerut.Semakin rendahnya derajat kerut tanah maka kandungan bahan organiknya semakin tinggi.Semakin lama tanah di jemur di terik sinar matahari maka penyusutan tanah membentuk derajat kerut pun semakin membesar Faktor suhu dapat mempengaruhi derajat kerut.

B.     SARAN
       Diharapkan kepada seluruh praktikan untuk serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan terhadap acara praktikum derajat kerut tanah ini agar data yang di hasilkan oleh para praktikan adalah data yang nyata dan sesuai.
lebih teliti dalam menggunakan jangka sorong dan juga semoga para asisten praktikum mengarahkan kepada para praktikan agar tahu bagaimana cara menghitung jangka sorong yang benar dan tepat , jangan sampai ada keliru angka maupun cara menghitung antara satu praktikan kelompok maupun praktikan kelompok yang lain. Agar terciptanya data yang valid dan real tanpa ada karangan apapun.








DAFTAR PUSTAKA



Buckman, O. Harry, Brady, C. Nyle. 1982. Ilmu tanah. Bharata Karya Aksara.Jakarta.
Dedi Nursyamsi .2006 Kebutuhan Hara Kalium Tanaman Kedelai Di Tanah Ultisol
Foth, Henry D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
 Baver, L.D. 1961. Soil Physics. John Wiley & Sons Inc. New york.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah Cetakan 1. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta
Nasih W . 2009.Membangun Kesuburan Tanah Dilahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah   dan     LingkunganVol. 9 No. 2 (2009) p: 137-141.
Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan  tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25(2):39-47.
Syarief, Saifuddin.1989. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka BuanaBandung.

Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur

  Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur   1.  Gambar...