I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kromosom merupakan
alat pengangkutan bagi gen-gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke
sel anakan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Pengamatan terhadap perilaku
kromosom sama pentingnya dengan mempelajari struktur kromosom. Perilaku dan
aktivitas kromosom dapat dilihat dalam siklus sel, termasuk di dalamnya adalah
pembelahan sel (mitosis dan meiosis ). Analisis kromosom, baik mitosis maupun
meiosis merupakan langkah awal mempelajari perilaku kromosom. Tanaman melakukan
pembelahan sel untuk memperbanyak jaringan sehingga tumbuh menjadi tanaman yang
sempurna. Mitosis adalah pembelahan duplikasi sel dengan jumlah kromosom sama
dengan sel induk. Pengamatan perilaku kromosom sangat penting dalam proses
pergerakan sel di dalam tubuh tumbuhan, oleh karena pentingnya mengetahui
perilaku kromosom, maka dalam laporan ini akan membahas mengenai pengamatan
perilaku kromosom.
B.
Tujuan
Tujuan dilaksanakannya
praktikum ini adalah untuk mengetahui perilaku kromosom pada pembelahan
mitosis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kromosom adalah
suatu struktur makromolekul yang berisi DNA dan tempat informasi genetik disimpan.
Kata kromosom berasal dari kata khroma
yang berarti warna dan soma yang
berarti badan. Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer atau kinetokor
dan lengan kromosom. Sentromer berbentuk bulat dan merupakan pusat kromosom,
sedangkan lengan kromosom berjumlah dua pasang mengandung kromonema serta gen. Sastrosumarjo
(2006) menjelaskan bahwa kromosom merupakan alat transportasi materi genetik
(gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi menurut Hukum Mendel, sedangkan
Masitah (2008) menjelaskan bahwa kromosom adalah susunan beraturan yang
mengandung DNA yang berbentuk seperti rantai panjang. Setiap kromosom dalam
genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria,
termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer
yang memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda, kehadiran
dan posisi bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau
kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material
kromatin yang disebut satelit, serta lain sebagainya (Suprihati, 2007).
Kromosom
dibedakan atas autosom (kromosom pada sel somatik) dan kromosom pada sel kelamin.
Pembelahan sel yang terjadi pada sel somatik disebut mitosis dan pembelahan
yang terjadi pada sel kelamin disebut meiosis. Satrosumarjo (2006) menjelaskan
bahwa mitosis merupakan pembelahan inti yang berhubungan dengan pembelahan sel
somatik, terdapat beberapa tahap didalamnya yaitu interfase, profase, metakinesis, metafase,
anafase dan telofase.
1. Interfase
Interfase atau stadium istirahat dalam
siklus sel termasuk fase yang berlangsung lama karena pada tahap ini
berlangsung fungsi metabolisme dan pembentukan sintesis DNA, oleh karena itu
kurang tepat jika dikatakan bahwa interfase merupakan fase istirahat, karena
sebenarnya pada fase ini sel bekerja dengan sangat berat. Interfase dibedakan
lagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase
gap satu (G1)
Fase ini terjadi beberapa kegiatan yang mendukung
tahap-tahap berikutnya yaitu :
a).
Trankipsi RNA.
b).
Sintesis protein yang bermanfaat untuk memacu pembelahan nukleus.
c). Enzim yang
diperlukan untuk replikasi DNA.
d). Tubulin dan protein
yang akan membentuk benang spindel.
Periode untuk fase G1 membutuhkan
waktu yang berbeda-beda antar individu. Adakalanya G1 membutuhkan waktu 3 – 4
jam, namun ada juga yang tidak mengalami fase G1 ini, hal ini terjadi pada
beberapa sel ragi. Beberapa ahli lebih suka menggunakan istilah G0 untuk
situasi tersebut.
b. Fase
Sintesis (S)
Fase
ini terjadi replikasi DNA dan replikasi kromosom, sehingga pada akhir dari fase
ini terbentuk sister kromatid yang memiliki sentromer bersama, namun masih
belum terjadi penambahan pada fase ini. Lamanya waktu yang dibutuhkan pada fase
ini 7 – 8 jam.
c.
Fase Gap dua (G2)
Fase ini terjadi sintesis protein-protein
yang dibutuhkan pada fase mitosis, seperti sub unit benang gelendong,
pertumbuhan organel-organel dan makromolekul lainnya seperti mitokondria,
plastida, ribosom, plastid, dan lain sebagainya. Fase ini membutuhkan waktu 2 –
5 jam.
2. Profase
Fase profase, terjadi pemadatan
(kondensasi) dan penebalan kromosom. Kromosom menjadi memendek dan menebal,
bentuknya memanjang dan letaknya secara random di tengah-tengah sel, terlihat
menjadi dua untaian kromatid yang letaknya sangat berdekatan dan dihubungkan
oleh sebuah sentromer. Mendekati akhir profase, nukleolus dan membran nukleus
menghilang serta terbentuk benang-benang spindel.
3. Metakinesis
Istilah metakinesis pertama kali
digunakan oleh Wasserman pada tahun 1926 dan dipopulerkan oleh Mazia pada tahun
1961. Banyak buku yang menyamakan fase metakinesis dengan fase metafase, dengan
memasukkan pembahasan metakinesis ke dalam pembahasan metafase. Fase ini pergerakan
kromosom dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu :
a.
Konggresi kromosom
Selama konggresi kromosom, kromosom bergerak
menuju bidang equator yang berada di tengah-tengah kutub spindel. Kromosom-kromosom
tersebut akan mencapai suatu posisi keseimbangan di bidang equator.
b.
Orientasi kromosom
Orientasi kromosom berhubungan dengan
orientasi tapak-tapak kinetik dari kromosom menuju kutub-kutub yang berlawanan
melalui pergerakan menuju susunan-susunan yang sesuai di equator. Hal ini
dikarenakan setiap kromatid pada metafase memiliki tapak kinetik dan tapak non
kinetik.
c. Distribusi kromosom
Setelah sentromer mengalami orientasi,
kemudian kromosom-kromosom tersebut terdistribusi pada bidang equator.
4. Metafase
Fase ini, setiap individu kromosom yang
telah menjadi dua kromatid bergerak menuju bidang equator. Benang-benang
gelendong melekat pada sentromer setiap kromosom. Terjadi kondensasi dan
penebalan yang maksimal pada fase ini, sehingga kromosom terlihat lebih pendek
dan tebal dibandingkan pada fase lainnya. Selain itu, kromosom juga terlihat
sejajar di tengah-tengah equator, sehingga sangat baik dilakukan analisis kariotipe
pada fase ini. Analisis kariotipe dapat dimanfaatkan untuk sebagai berikut :
1).
Analisis taksonomi yang berhubungan dengan klasifikasi mahluk hidup.
2).
Analisis galur substitusi dari monosomik atau Polisomik.
3).
Studi reorganisasi kromosomal.
5. Anafase
Fase ini dimulai ketika setiap pasang
kromatid dari tiap-tiap pasang kromosom berpisah, masing-masing kromatid
bergerak menuju ke kutub yang berlawanan. Pemisahan ini dimulai dari membelahnya
sentromer. Sentromer yang telah membelah kemudian ditarik oleh benang gelendong
ke kutub yang berlawanan bersama dengan kromatidnya. Pergerakan kromosom ke kutub
diikuti pula oleh bergeraknya organel-organel dan bahan sel lainnya. Ciri
khusus yang terlihat pada saat anafase adalah kromosom terlihat seperti huruf V
atau J dengan ujung yang bersentromer mengarah ke arah kutub, pada saat ini jumlah
kromosom menjadi dua kali lipat lebih banyak.
6. Telofase
Fase ini membran nukleus terbentuk
kembali, kromosom mulai mengendur dan nukleolus terlihat kembali. Sel membelah
menjadi dua yang diikuti oleh terbentuknya dinding sel baru yang berasal dari
bahan dinding sel yang lama, retikulum endoplasma atau bahan baru yang lainnya.
Pembelahan ini juga membagi sitoplasma menjadi dua. Akhir dari fase ini, terbentuk
dua sel anakan yang identik dan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan tetuanya.
Bawang merah ( Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu anggota dari famili Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman
semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman bawang merah mempunyai akar
serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal
daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsinya, membesar
serta membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan
daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati
seperti kentang atau talas (Sastrosumarjo, 2006).
Bawang merah merupakan salah satu
komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara
intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak
bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat
tradisional. Bawang merah juga merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan
di Jawa Tengah yang mempunyai prospek cukup baik dalam pengembangan agribisnis.
Allium cepa memiliki jumlah kromosom 16
(2n), hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman,
karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak serta memiliki ukuran kromosom yang
besar dan cukup mudah dibuat preparatnya (Sastrosumarjo, 2006).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
dan Alat
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu akar bawang merah, larutan 45% CH3COOH,
larutan HCl, dan larutan aceto carmin. Alat yang digunakan adalah kaca
preparat, cover glass, penangas air,
pembakar bunsen, mikroskop, jarum, dan alat tulis.
B.
Prosedur
kerja
1. Umbi
bawang merah yang bagus dan sehat dipilih dan dikecambahkan di air sampai
muncul akar.
2. Akar
bawang merah dicuci dengan air sampai bersih.
3. Potongan
akar bawang merah yang berukuran ±1 cm difiksasi dengan larutan 45% CH3COOH
selama ±10 menit dan kemudian dimaserasi dengan campuran HCl dan CH3COOH
dengan perbandingan 3:1 pada suhu 60º C selama ±3 menit.
4. Potongan
akar tersebut diambil dan dipotong 1 mm pada bagian ujungnya, kemudian
diletakkan di atas gelas preparat.
5. Dilakukan
pewarnaan dengan aceto carmin.
6. Gelas
preparat ditutup dengan gelas penutup, kemudian ujung akar dihancurkan dengan
cara ditekan.
7. Kaca
preparat tersebut dilewatkan di atas nyala api bunsen, kemudian diamati di
bawah mikroskop.
8. Fase-fase
mitosis dicari dan diamati.
9. Fase
yang paling banyak dijumpai dihitung dan digambar dengan menyertakan perbesaran
mikroskop ynag digunakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Terlampir
B.
Pembahasan
Pembelahan sel
adalah peristiwa sebuah sel membelah menjadi dua atau lebih sel baru.
Pembelahan sel merupakan cara sel untuk memperbanyak diri atau yang disebut
dengan reproduksi sel. Sel adalah bagian terkecil yang menyusun tubuh makhluk
hidup, pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup berhubungan erat dengan
proses pembelahan sel ini. Fungsi pembelahan sel pada makhluk hidup
multiseluler dan uni seluler sangat berbeda meski intinya sama yaitu perbanyakan
sel. Fungsi pembelahan sel pada makhluk hidup memiliki dua fungsi yaitu :
1. Fungsi pembelahan sel pada makhluk
hidup uniseluler atau bersel tunggal adalah sebagai cara untuk berkembang biak.
Contoh makhluk hidup yang berkembang biak dengan membelah diri adalah protozoa
dan Amoeba.
2. Fungsi pembelahan sel pada makhluk
hidup multiseluler atau bersel banyak adalah sebagai cara untuk memperbanyak
sel tubuh sehingga makhluk hidup yang bersangkutan dapat
tumbuh dan berkembang. Proses pembelahan sel merupakan cara agar sel dapat
tumbuh dan berkembang. Sel yang membelah diri disebut sel induk, sedangkan sel
hasil pembelahan diri disebut sel anak. Proses pembelahan sel terbagi menjadi
dua yaitu pembelahan sel secara langsung dan pembelahan sel secara tidak
langsung (Abele,1959).
Pembelahan sel
secara langsung adalah proses pembelahan sel tanpa melalui fase-fase atau
tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan amitosis
atau pembelahan biner. Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan
yang melalui tahapan-tahapan tertentu. Setiap tahapan pembelahan sel ditandai
dengan penampakan kromosom yang berbeda- beda. Pembelahan sel secara tidak
langsung adalah pembelahan mitosis dan meiosis. Pertumbuhan dan perkembangan
serta reproduksi makhluk hidup tidak dapat lepas dari aktivitas pembelahan sel.
Menurut teori sel modern, semua sel berasal dari sel-sel yang telah ada melalui
proses pembelahan sel. Sekitar 10 – 14 sel yang menyusun tubuh manusia berasal
dari pembelahan sel zigot (satu sel) yang merupakan peleburan 2 sel gamet.
Sel-sel gamet ini berasal dari proses pembelahan sel-sel parental tertentu (Tjio,1950).
Kromosom adalah
pembawa gen yang terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom berasal dari
bahasa Yunani yaitu dari kata chrome
yang berarti warna dan soma berarti
badan. Kromosom dapat diartikan sebagai badan yang mampu menyerap warna.
Istilah kromosom diperkenalkan pertama kali oleh W. Waldeyer pada tahun 1888.
Satuan terkecil dari makhluk hidup adalah sel. Segala aktivitas sel diatur oleh
inti sel (nukleus). Inti mengandung substansi genetik yang terdapat dalam
kromosom. Kromosom merupakan benda-benda yang halus berbentuk lurus seperti
batang atau bengkok yang berada di dalam nucleus, karena dapat menyerap warna
dengan jelas, maka kromosom dapat diamati di bawah mikroskop. Zat penyusun
kromosom disebut kromatin dan merupakan jalinan benang-benang halus dalam
plasma inti. Kromosom terdiri dari DNA , RNA (asam ribo nukleat) dan protein.
Kromosom homolog (2n) adalah kromosom yang berpasangan dan memiliki struktur
dan komposisi yang sama. Sel yang memiliki 2n kromosom (kromosom homolog)
disebut sel diploid, jika tidak berpasangan kromosom diberi simbol n kromosom.
Sel dengan n kromosom adalah sel haploid, misalnya sel kelamin jantan atau sel
kelamin betina (Tjio,1950).
Karakter-karakter
kromosom paling mudah dipelajari pada fase prometafase dari mitosis, karena
pada saat tersebut kromosom-kromosom tampak tersebar tidak saling tumpang
tindih dan masing-masing kromosom berbentuk silindroid dengan empat lengan,
karena mempunyai dua
kromatid serupa (sister kromatid). Setiap kromatid
pada kromosom tersusun atas
molekul-molekul DNA. Molekul-molekul DNA ini bersatu
dengan protein histon membentuk
nukleosom. Nukleosom-nukleosom ini dengan protein
non histon akan membelit dan memutar membentuk spiral (coil) dan ulir-ulir ini akan memutar dan
membelit lagi membentuk super
spiral (super
coil). Demikian kromosom akan tampak memendek (terkondensasi) setelah akhir
fase interfase dari siklus sel. Kromosom yang terdiri dari dua kromatid serupa mempunyai
lengan pendek (p) dan lengan panjang (q). Kedua lengan kromosom ini dipisahkan
oleh suatu bagian yang disebut sentromer atau lekukan pertama dan pada
masing-masing kromatid terdapat bagian yang disebut kinetokor yang berfungsi untuk
berpegangannya kromosom dengan benang-benang spindle (Schulz,1980).
Kromosom
memiliki suatu daerah terang yang tidak mengandung gen, dinamakan sentromer.
Bagian ini memiliki peranan sangat penting pada proses pembelahan sel. Bagian inilah
benang gelendong menempel untuk bagian kromosom pada masing-masing kutub pembelahan
yang berlawanan. Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian, yaitu kromatid,
kromomer, sentromer atau kinetokor, satelit, dan telomere (Schulz,1980).
Pembelahan sel
secara mitosis terjadi secara eksklusif dalam inti sel pada kromosom. Mitosis
dan sitokinesis merupakan fase penting dari siklus sel pada organisme
eukariotik. Pembelahan sel jenis ini, ada dua sel anak yang keluar dari sel
induk, keduanya berisi rincian genetic sama dengan induknya. Pembelahan mitosis
menghasilkan sel anakan yang jumlah kromosomnya sama dengan jumlah kromosom sel
induknya, pembelahan mitosis terjadi pada sel somatik (sel penyusun tubuh). Sel-sel
tersebut juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan
pembelahannya, ada sel – sel yang mampu melakukan pembelahan secara cepat, ada
yang lambat dan ada juga yang tidak mengalami pembelahan sama sekali. Setelah
melewati masa pertumbuhan tertentu, misalnya sel-sel germinatikum kulit mampu
melakukan pembelahan yang sangat cepat untuk menggantikan sel – sel kulit yang
rusak atau mati. Akan tetapi sel-sel yang ada pada organ hati melakukan
pembelahan dalam waktu tahunan, atau sel-sel saraf pada jaringan saraf yang
sama sekali tidak tidak mampu melakukan pembelahan setelah usia tertentu.
Sementara itu beberapa jenis bakteri mampu melakukan pembelahan hanya dalam
hitungan jam, sehingga hanya dalam waktu beberapa jam saja dapat dihasilkan
ribuan, bahkan jutaan sel bakteri (Suryo,2007).
Siklus mitosis dibedakan
menjadi dua fase utama, yaitu interfase dan mitosis. Interfase terdiri atas
tiga fase yaitu fase G ( growth atau
gap), fase S (synthesis) dan fase G2 (growth atau Gap2). Pembelahan mitosis
dibedakan atas dua fase, yaitu kariokinesis dan sitokinesis, kariokinesis
adalah proses pembagian materi inti yang terdiri dari beberapa fase, yaitu profase,
metafase, dan telofase. Sitokinesis adalah proses pembagian sitoplasma kepada
dua sel anak hasil pembelahan (Coe,1959).
1. Kariokinesis
Kariokinesis selama mitosis menunjukkan
ciri yang berbeda-beda pada tiap fasenya. Beberapa aspek yang dapat dipelajari
selama proses pembagian materi inti berlangsung adalah berubah-ubah pada
struktur kromosom, membran inti, mikrotubulus dan sentriol. Ciri dari tiap fase
pada kariokinesis yaitu :
a.
Profase
Benang-benang kromatin berubah menjadi
kromosom. Kemudian setiap kromosom membelah menjadi kromatid dengan satu
sentromer. Dinding inti (nukleus) dan anak inti (nukleolus) menghilang. Pasangan
sentriol yang terdapat dalam sentrosom berpisah dan bergerak menuju kutub yang
berlawanan. Serat-serat gelendong atau benang-benang spindel terbentuk diantara
kedua kutub pembelahan.
b.
Metafase
Setiap kromosom yang terdiri dari
sepasang kromatid menuju ke tengah sel dan berkumpul pada bidang pembelahan
(bidang equator), dan menggantung pada serat gelendong melalui sentromer atau
kinetokor.
c.
Anafase
Sentromer dari setiap kromosom membelah
menjadi dua dengan masing-masing satu kromatid. Kemudian setiap kromatid
berpisah dengan pasangannya dan menuju ke kutub yang berlawanan. Akhir anfase,
semua kromatid sampai pada kutub masing-masing.
d.
Telofase
Kromatid yang berada pada kutub berubah
menjadi benang-benang kromatin kembali. Terbentuk kembali dinding inti dan nukleolus
membentuk dua inti baru. Serat-serat gelendong menghilang. Terjadi pembelahan sitoplasma
(sitokenesis) menjadi dua bagian, dan terbentuk membran sel pemisah di tengah
bidang pembelahan. Akhirnya, terbentuk dua sel anak yang mempunyai jumlah
kromosom yang sama dengan kromosom induknya.
2. Sitokinesis
Selama sitokinesis berlangsung,
sitoplasma sel hewan dibagi menjadi dua melalui terbentuknya kontraktil yang
terbentuk oleh aktin dan miosin pada bagian tengah sel. Cincin kontraktil ini
menyebabkan terbentuknya alur pembelahan yang akhirnya akan menghasilkan dua
sel anak. Masing-masing sel anak yang terbentuk ini mengandung inti sel,
beserta organel-organel selnya. Pada tumbuhan, sitokinesis ditandai dengan
terbentuknya dinding pemisah ditengah- tengah sel (Suryo,2007).
Pembelahan sel pada tumbuhan bertujuan untuk
menghasilkan keturunan yang identik, menambah jumlah sel, atau mengganti
sel-sel yang rusak. Memalui genetika tumbuhan kita dapat mempelajari pembelahan
sel yang terjadi pada tumbuhan secara detail. Melalui genetika tumbuhan juga
kita bisa mengetahui sifat-sifat yang diwariskan pada keturunannya dalam
pembelahan sel (Suprihati, Elimasni, Sabri, 2007).
Tujuan pemberian
8-Hydroxychinolin adalah untuk meluruhkan organel sel. Selain itu juga karena
sifatnya yang sangat peka terhadap cahaya (akan rusak jika terkena cahaya).
Proses selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi akar bawang dengan asam asetat yang
bertujuan menghentikan aktifitas pembelahan sel tersebut (melarutkan tudung
akar). Setelah itu dimaserasi dengan menggunakan canpuran HCl dengan asam
asetat 45% (perbandingan 3:1) yang bertujuan untuk melunakkan jaringan.
Selanjutnya dilakukan perwarnaan dengan arseno carmin agar mudah dalam
pengamatan.
Pemberian aceto carmin/aceno orcein adalah sebagai
pewarna, untuk memberi pigmen kepada sel-sel akar bawang sehingga mudah untuk
diamati. Tidak cukup dengan itu agar penyerapan warna lebih cepat maka perlu
dilewatkan pada api bunsen beberapa kali (Listiawan
Dwi Andi dkk, 2009).
Pengamatan tahap-tahap pembelahan mitosis dilakukan
pemotongan akar yang tepat pada saat tengah malam, yaitu pukul 24.00 WIB. Hal
ini dikarenakan pada ujung akar bawang merah banyak sel yang mengalami
aktifitas pembelahan dengan rentangan 5 menit sebelum dan sesudah pukul 24
malam sehingga diharapkan tahap-tahap mitosis dapat diamati. Pemotongan bagian
ujung akar (pada jam 12 malam) yang kemudian dilanjutkan dengan perendaman
potongan ke dalam larutan FAA. Perendaman dilakukan agar sel tidak mengalami
pembelahan lagi, karena tidak memungkinkan bagi kami untuk langsung mengamati
tahap-tahap mitosis pada tudung akar bawang merah pada saat itu juga. Larutan
FAA merupakan larutan fiksatif yang dapat menahan sel untuk tidak membelah lagi
sehingga tahap-tahap pembelahan mitosis dapat teramati (Masitah, 2008).
Praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap pembelahan
mitosis yang terjadi pada ujung akar bawang merah. Penggunaan akar karena akar
merupakan salah satu jaringanyang tersusun oleh sel-sel somatik,
khusus pada ujung akar bersifat meristematik. Mitosis merupakan pembelahan sel
yang umumnya terjadi pada sel-sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang
tumbuh, dan sel-sel ini umunya terdapat pada ujungakar dan ujung batang
tumbuhan (Ali, 2007).
Bawang merah memiliki jumlah kromosom 16 sehingga mudah
dihitung, ukuran kromosom besar sehingga mudah diamati, telah diketahui rentang
waktu mitosisnya (Listiawan, 2009), suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa
rentang waktu mitosis bawang merah berlangsung antara pukul 08.00-09.00 dan
tahap prometafase ditemukan pukul 08.15 WIB. Hal inilah yang melatar belakangi
digunakannya akar bawang merah pada praktikum pembelahan mitosis ini. Tujuan
pemberian 8-Hydroxychinolin adalah untuk meluruhkan organel sel. Selain itu
juga karena sifatnya yang sangat peka terhadap cahaya (akan rusak jika terkena
cahaya). Proses selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi akar bawang dengan asam
asetat yang bertujuan menghentikan aktifitas pembelahan sel tersebut
(melarutkan tudung akar). Setelah itu dimaserasi dengan menggunakan campuran
asam klorida 1N dengan asam asetat 45% (perbandingan 3:1) yang bertujuan untuk
melunakkan jaringan. Selanjutnya dilakukan perwarnaan dengan arseno orcein agar
mudah dalam pengamatan (Ali, 2007).
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, pengamatan perilaku kromosom dimulai dengan fiksasi
ujung akar bawang merah dengan menggunakan 45% CH3COOH selama 10
menit. Fiksasi ini berfungsi untuk menghentikan aktivitas pembelahan sel
sehingga pengamatan menjadi jelas terlihat. Campuran larutan HCl dan CH3COOH
dilakukan untuk melunakkan jaringan yang diamati. Selanjutnya dilakukan
pewarnaan dengan aceto carmin, bertujuan agar preparat kromosom akar bawang
merah mudah diamati karena kromosom dapat menyerap warna.
Setiap tumbuhan
memiliki waktu tertentu untuk mengalami pembelahan mitosis, begitu juga pada Allium cepa. Waktu yang dibutuhkan oleh
akar bawang merah dalam melakukan pembelahan mitosis dan meiosis yaitu optimum
antara pukul 08.00-09.00. pengamatan perilaku kromosom menggunakan akar bawang
merah karena memiliki jumlah kromosom 16 (2n), hal ini sangat membantu dalam
mempelajari analisis mitosis pada tanaman, karena jumlahnya yang tidak terlalu
banyak serta memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup mudah untuk dibuat
preparat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Perilaku
kromosom pada pembelahan sel yang menggunakan akar bawang merah terdapat
fase-fase seperti profase, metafase, anafase dan telofase yang dilihat
menggunakan mikroskop. Perilaku tersebut membuktikan adanya beberapa proses
dalam pembelahan sel.
B.
Saran
Praktikan harus lebih menguasai
mikroskop dengan baik agar pengamatan pembelahan sel dapat berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali.
2007. Dasar-Dasar Genetika. Erlangga ; Jakarta.
Abele
K. 1959. Cytological studies in genus
Danthonia. Trans. Roy. Soc. Aust. 83:162-173.
Coe
G. F. and K. Klitgaard. 1959. Procedur for squash preparation of somatic Sugar
Beet tissues. Journal of The A. S. S. B.
T. Vol 10(7):609-611.
Listiawan. 2009. Tahap-Tahap
Pembelahan Sel. PT. Gramedia ; Jakarta.
Listiawan Dwi
Andi dkk. 2009. Potensi Ekstrak Etanolik Daun Tapak Dara(Catharanthus
roseus (l.) G.Don.) Sebagai Alternatif Pengganti Kolkhisin Dalam Poliploidisasi
Tanaman. Litbang News: Departemen Penelitian dan pengembangan.
Edisi Januari-Maret 2009.
Masitah. 2008. Pembelahan Mitosis dan
Meiosi. Erlangga ; Jakarta.
Sastrosumarjo, S. 2006. Sitogenetika Tanaman. IPB Press ; Bogor.
Schulz-Schaeffer,
J. 1980. Cytogenetics : Plants, Animals, Humans. Springer-Verlag. New York, Heidelberg,
Berlin. Stack S. M., and D. E. Comings. 1979. The cromosomes and DNA of Allium cepa. Vol 4(70):161
– 181
Suryo,
H. 2007. Sitogenetika. Gajah Mada University
Press ; Yogyakarta.
Suprihati,
D., Elimasni, E. Sabri. 2007. Identifikasi karyotipe terung belanda (Solanum
betaceum Cav.) kultivar Brastagi Sumatera Utara. Jurnal Biologi Sumatera Utara. Vol
2(1): 7 – 11.
Tjio
J-H and Levan A. 1950. The use of oxyquinolin
in chromosome analysis. Anales Estacion Exper. Aula Dei (Spain).2:21-64.
LAMPIRAN