A.
Tujuan
Tujuan
praktikum pengamatan air harian pada lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan
kebun rumput gajah adalah
1. Mengetahui
penguapan harian pada lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput
gajah selama 3 hari
2. Mengetahui
penguapan harianpaling besar dari keempat penggunaan lahan.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunkan
adalah panci evaporasi yang terdiri dari atas tatakan kayu (palet), panci
plastik diameter 60 cm, mistar pengamatan dan ember untuk mengisi air. Bahan
yang digunakan terdiri atas lahan sawah, tegalan, kebun campur, kebun rumput
gajah, air sumur, orang pengamatan, dan alat pencatat.
C. Prosedur kerja
1. Disiapkan
sebuah panci evaporasi
2. Panci
evaporasi ditempatkan diatas palet pada lahan lahan sawah, tegalan, kebun
campur, kebun rumput gajah. Kemudian panci diisi air IK 0,5-0,6 tebal panci,
tempatkan mistar pengamatan dan biarkan permukaan air tenang.
3. Kemudian
pada waktu yang tercatat ( missalnya pkl 15.00 wib) amati tinggi permukaan air padda
mistar pembacaaan air pada mistar
pembacaan dan dicata tingginya (mm), biarkan air dalam panci menguap selama 24
jam . hari berikutnya pada waktu yang sama dilakukan pembacaan permukaan air
yang kedua dan dicatat tingginya (mm1). Pekerjaan ini dilakukan selam 3 hari
dengan cara dan waktu yang sama.
D.
Hasil
dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel
Pengamatan
|
Lahan
|
mm1
|
mm2
|
mm3
|
VH1
|
VH2
|
|
Kebuncampur
|
190
|
200
|
218
|
40.5
|
269
|
|
Tegalan
|
200
|
200
|
230
|
56
|
249
|
|
Sawah
|
200
|
206
|
227
|
78.5
|
294
|
|
Rumput
Gajah
|
200
|
208
|
236
|
60
|
259
|
Evaporasi

Data
Perhitungan
1. KebunCampur
2. Tegalan
3. Sawah
4. Kebun
Rumput Gajah
2.
Pembahasan
Evaporasi
adalah komponen utama penggerak siklus hidrologi, karena itu menduga laju
evaporasi dengan akurat sangat penting untuk pengelolaan sumber daya air dan
peningkatan produksipertanian. Tetapi, laju evaporasi adalah unsuriklim yang
sulit diukur secara langsung karenaberagamnya faktor yang mempengaruhinya.
(manik K et al, 2012).
Faktor- faktor yang mempengaruhi ET adalah
faktor cuaca seperti radiasi matahari, suhu udara, kelembabanudara dan
kecepatan angin; faktor tanaman seperti jenis tanaman, fase tumbuh, keragaman
dan kerapatan tanaman dan faktor pengelolaan dan kondisi lingkungan tanaman seperti
kondisi tanah, salinitas, kesuburan tanah, tingkat serangan hama dan penyakit
pada tanaman (Temesken, Davidovv dan Frame, 2005). Karena faktor-faktor itu
saling berkaitan dan beragam dalam sebaran ruang dan waktu, sulit menciptakan
rumus persamaan yang menduga evapotranspirasi dari berbagai tanaman pada
kondisi yang berbeda; jadi dikembangkan konsep evapotranspirasi standar.
Evapotranspirasi standar didefinisikan sebagai laju evapotranspirasi dari
permukaan yang luas,rapat ditumbuhi rumput hijau dengan ketinggian yang seragam
antara 8 – 15 cm dan dalam kondisi tidak kekurangan air Allen, 1998). Untuk menduga nilainya beberapa
metode diturunkan berdasarkan proses fisik yang mengatur laju evapotranspirasi,
tetapi kebanyakan didasarkan pada hasil empiris yang didasarkan pada hubungan
statistik antara evapotranspirasi dan
satu atau lebih variabel iklim (Berengena and Gavilan, 2005). Pendugaan laju
evapotranspirasi banyak dikembangkan dalam 30 tahun terakhir ini seperti yang
berdasarkan suhu udara (Hargraeves and Sumani, 1985); yang berdasarkan radiasi
matahari (Priestly and Taylor, 1972) dan yang berdasarkan kombinasi antara
neraca radiasi dan perpindahan uap air secara aerodinamik (Penman, 1948).
Prinsip
utama penguapan adalah perbedaan antara tekanan uap di permukaan an di udara (
Dalton, 1882).
E = (es-ed) f(u)
Ket .
ü E
= evaporasi
ü Es
= tekanan uap jenuh pada suhu udara di permukaan air
ü Ed
= tekanan uap pada suhu titik embun
ü F
(u) = fungsi kecepatan angin
Besarnya
evapotranspirasi dapat diperkirakan dari hasil pengukuran panci
evaporasi dan alat ukur
lysimeter. Namun pengukuran langsung evaporasi
maupun evapotranspirasi
dari air maupun permukaan lahan yang luas akan
mengalami banyak
kendala. Untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan
menggunakan input data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya
evapotranspirasi. Besarnya evapotranspirasi juga dapat diperkirakan dengan
mempergunakan metode Thornwaite, Blaney and Criddle, metode Penman-Monteith dan
analisis neraca kelembaban tanah (Rahayu et al, 2009).
Berdasarkan tebel diatas menunjukan
bahwa evaporasi terjadi paling tinggi pada lahan rumput gajah dengan rata-rata
30,95, sedangkan evaporasi terendah terjadi pada kebun campur dengan rata-rata
26,6. Evaporasi tertinggi dilahan rumput gajah , karena pada lahan ini terpapar
sinar matahri langsung, dan tidak ada pohon pohon peneduh di sekitar lahan, dan
kerapatan tanaman pada lahan rumput gajah juga mempengaruhi laju evaporasi, hal
ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa laju evaporasi di pengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi ET( evaporasi
transpirasi) adalah faktor cuaca seperti radiasi matahari, suhu udara,
kelembaban udara dan kecepatan angin; faktor tanaman seperti jenis tanaman,
fase tumbuh, keragaman dan kerapatan tanaman dan faktor pengelolaan dan kondisi
lingkungan tanaman seperti kondisi tanah, salinitas, kesuburan tanah, tingkat
serangan hama dan penyakit pada tanaman (Temesken, Davidovv dan Frame, 2005).
Pada lahan kebun campur evaporasi
rendah, dikarenakan pada kebun campur ini kondisi tempatnya sangat teduh karena
banyak pohon jati yang berdiri tegak pada lahan itu. Menurut literature kondisi
lingkungan yang lembab juga mempengaruhi laju evapotranspirasi. Selain itu
intensitas cahaya yang diterima setiap harinya pada setiap lahan tidak sama.
E.
Kesimpulan
Dari
pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingginya
evaporasi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat, hal ini terbukti dari
hasil pengamatan yang diperoleh.
2. Lahan
sawah memiliki tingkat evaporasi yang tinggi karena keaaan lingkungannya yang
terpapar sinar matahari secara langsung.
3. Lahan
kebun campur memiliki tingkat evaporas yang rendah karena keadaannya yang
teduh.
DAFTAR
PUSTAKA
Allen,
R. G., Pereira, L. S., Raes, D., and Smith, M.1998. “Crop Evapotranspiration: Guidelines For Computing Crop Requirements.”
Irrigation and Drainage Paper No. 56, FAO, Rome, Italy
Berengena,
J and P. Gavilan, 2005. Reference Evapotranspiration
Estimation in a Highly
Advective Semiarid
Environment. Journal of Irrigation and darinage Engineering. 131(2):147
Rahayu
S, Widodo RH, van Noordwijk M, Suryadi I dan Verbist B. 2009. Monitoring air
di
daerah aliran sungai. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - Southeast
Asia
Regional
Office. 104 p.- 163
Tumiar
Katarina Manik1,2o12. Evaluasi Metode Penman-Monteith dalam Menduga
Laju Evapotranspirasi Standar (ET0) di Dataran
Rendah Propinsi Lampung, Indonesia Vol. 26, No. 2, Oktober 2012
Penman,
H.L. 1948. Natural Evaporation From Open Water, Bare Soil And Grass. Proc. R. Soc. London, Ser. A, 193: 120–146.
Priestley,
C.H.B. dan R.J. Taylor. 1972. On The Assessment Of Surface Heat Flux And
Evaporation
Using Large-Scale Parameters. Mon Wea Rev 100: 81–92
Temesken,
B., S. Eching, B. Davidoff and K. Frame. 2005. Comparison of Some Reference Evapotranspiration
Equations for California. Journal of Irrigation
and Drainage Engineering 131 (1):73-84