pub-7383082083714536 arsip: acara 4
Tampilkan postingan dengan label acara 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label acara 4. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Mei 2017

laporan praktikum genetika tumbuhan acara 4 persilangan dihibrid

   I.     PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Makhluk hidup di muka bumi ini yang berkembang biak akan memiliki keturunan yang tidak jauh dengan induknya. Keturunan dan kesamaan pada anak dari induknya dipengaruhi oleh faktor genetis. Gen yang dimiliki setiap individu. Makhluk hidup akan selalu diteruskan kegenerasi selanjutnya,karena itu perlunya mengetahui bagaimana proses penyilangan antara gamet jantan dan gamet betina.
Penyilangan gamet jantan dan gamet betina akan menemukan suatu keturunan. Keturunan tersebut berbagai bentuk tetapi akan tetap menyesuaikan induknya baik jantan maupun betina. Penyilangan yang melibatkan dua sel kelamin jantan dan betina dinamakan dengan persilangan dihibrid. Persilangan dihibrid merupakan kelanjutan dari satu pasang alel (segregasi) ke prinsip dua pasang alel atau lebih (independent assortment).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda. Persilangan ini menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2 yaitu 9 : 3 : 3 : 1.  Persilangan dihibrid merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II yaitu pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan gamet. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid. Polihibrid adalah persilangan antara dua individu dengan banyak sifat beda, namun persilangan dihibrid pada kenyataannya seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan. Persilangan dihibrid pada tanaman semusim yang menghasilkan varietas unggul dapat dilakukan oleh dua individu yang memiliki dua sifat yang berbeda. Setiap individu memiliki dua karakter yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Persilangan yang terjadi, maka gen dan alel akan berpasangan secara bebas dengan pasangan persilangannya. Hal tersebut merupakan hukum baku yang sudah ditetapkan. Hukum tersebut adalah hukum berpasangan secara bebas atau dikenal sebagai Hukum kedua Mendel. Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas. Tidak tergantung pada pasangan sifat yang lain atau alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi.

B.     Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk membuktikan Hukum Mendel II pada persilangan dihibrid.










         II.     TINJAUAN PUSTAKA
Hukum mendel II yaitu pengelompokkan gen secara bebas, dalam bahasa inggris adalah “ Independent Assortment of ganes.” Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, gen yang sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki dua atau lebih karakter yang berbeda. Hukum Mendel II disebut juga Hukum Asortasi (Rittner,2004).
Prinsip segregasi mendel berlaku pada segregasi kromosom homolog. Mendel menyilangkan tanaman yang mempunyai dua macam alel yang berbeda. Ia menyilangkan tanaman ercis yang berwarna kuning dan berbiji bulat dengan tanaman tanaman yang berwarna hijau dan berbiji keriput. F1 pada penyilangan dua parental homolog tersebut merupakan persilangan dihibrid. Jika disilangkan kacang ercis kuning-bulat dengan kacang ercis hijau-keriput ternyata F1 yang dihasilkan terdiri atas kacang ercis yang bijinya kuning-bulat semua. Hal ini menunjukkan bahwa karakter kuning dan bulat sama dominan terhadap hijau dan keriput. Kemudian jika F1 melakukan penyerbukan sendiri, maka terdapat F2 yang terdiri atas empat kelas fenotipe F2 yaitu: kuning-bulat, kuning-keriput, hijau-bulat, hijau keriput (Sisunandar,2011).
Ratio perbandingan F2 jika dijumlahkan semua yang memiliki karakter sama dari keempat macam itu, akan didapat 9 kuning-bulat : 3 kuning-keriput : 3 hijau-bulat : 1 hijau-keriput. Berlakunya hukum mendel II yaitu ketika terjadinya meiosis pada gametogonium individu yang memiliki genotipe double-heterozigot, triple-heterozigot, atau poli-hiterozigot, dan seterusnya sesuai dengan jenis hibridnya. Sesuai anafase I saat pemisaahan dan pengelompokkan gen-gen secara bebas yaitu ke kutub atas atau ke kutub bawah (Yatim,2003).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan atau betina dewasa yang telah matang dapat dilihat perbedaannya walaupun dengan kasat mata, perbedaan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1.      Drosophila melanogaster betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar bila dibandingkan dengan Drosophila melanogaster jantan.
2.      Bagian abdomen (perut) Drosophila melanogaster betina terdapat garis-garis hitam yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung abdomen. Bagian abdomen Drosophila melanogaster jantan juga terdapat pola garis hitam yang tebal di sepanjang abdomen bagian dorsal, akan tetapi garis hitam di bagian ujung abdomennya berfusi.
3.      Bagian ujung abdomen Drosophila melanogaster betina lancip, kecuali ketika sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung abdomen Drosophila melanogaster jantan membulat dan tumpul.
4.      Khusus Drosophila melanogaster jantan terdapat karakter khusus berupa sex comb yaitu kira-kira 10 bulu berwarna gelap yang terletak di tarsal pertama pada kaki depannya. Sex comb adalah ciri utama Drosophila melanogaster jantan. Sex comb dapat dipakai untuk mengidentifikasi jenis kelamin lalat buah pada dua jam pertama setelah lalat tersebut menetas, ketika bentuk dan pigmentasi lalat tersebut belum berkembang sempurna (Jones & Rickards, 1991).
                                                                                                                                III.     METODE PRAKTIKUM
A.    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lalat buah (Drosophila melanogaster) normal, ebony dan white, chloroform, tisu dan lembar pengamatan. Alat yang digunakan adalah erlenmeyer, cawan petridis, lup, dan alat tulis.

B.     Prosedur kerja
1.      Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan.
2.      Erlenmeyer diisi dengan chloroform, lalu tisu dicelupkan ke dalam erlenmeyer sampai basah.
3.      Tisu yang basah dimasukkan kedalam plastik yang berisi lalat buah dumpy.
4.      Lalat buah yang pingsan didalam plastik dimasukkan ke dalam cawan petri.
5.      Lalat buah dumpy jantan dan betina diamati bagian tubuhnya lalu digambar.
6.      Bagan persilangan lalat buah dumpy dan white dibuat
7.      Hasil persilangan diuji dengan uji chi square






            IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Tabel 9. Pengamatan lalat Ebony



Tabel 10. Pengamatan lalat normal






Tabel 11. Pengamatan lalat White



Tabel 12. Pengamatan lalat normal


Tabel 13. Pengamatan lalat Dumpy

6.Persilangan Lalat Drosophilla Melanogaster Dumpy dengan White
P1                          dumpy             ><                   white
                             (MMss)                                    (mmSS)
     MM : mata merah                                mm : mata putih
     ss    : sayap 2/3                                      SS   : sayap panjang
                       
Gamet                              Ms                   mS
F1                                      MmSs (100%)
P2                                     MmSs  × MmSs

Tabel 14. Persilangan

MS
Ms
mS
ms
Ms
MMSS
MMSs
MmSS
MmSs
Ms
MMSs
MMss
MmSs
Mmss
mS
MmSS
MmSs
mmSS
mmSs
ms
MmSs
Mmss
mmSs
mmss

Rasio F2
M_S_       (mata merah, sayap panjang)   = 9
M_ss         (mata merah, sayap 2/3)            = 3
mmS_       (mata putih, sayap panjang)    = 3
mmss        (mata putih, sayap 2/3)             = 1
Tabel 15. Uji X2

Karakteristik yang diamati
M.S
Mss
mSS
mmss
Jumlah Total
Observasi (O)
295
99
96
32
522
Harapan (E)
522
(|O-E|) 2
(|295-293,625|)2
(|99-97,875|)2
(|96-97,875|)2
(|32-32,625|)2






X2
6,44
0,01
0,03
0,01
6,49

Diketahui : X
2 tabel  : 7,81 
Kesimpulan : nilai X2 hitung (6,49) < X2 tabel (7,81) sehingga H0 diterima, Hi ditolak, dimana hasil persilangan lalat buah Dumpy dan White sesuai dengan hukum Mendel II dengan perbandingan fenotip ( 9 : 3 : 3 : 1 )

B.     Pembahasan
Pewarisan dihibrid  terjadi pada perkawinan dengan dua sifat beda. Hal  ini berlaku hukum Mendel II (hukum pemilihan bebas), yang menyebutkan bahwa segregasi gen pada suatu lokus tidak bergantung  kepada segregasi gen pada lokus yang lain sehingga gen-gen akan bertemu dengan bebas pada gamet-gamet  yang terbentuk. Contohnya yaitu individu dihibrid dengan genotipe AaBb dapat membentuk gamet AB, Ab, aB, dan ab dengan peluang sama besar. Sama halnya  pada pewarisan monohibrid, generasi F1  hasil perkawinan  dihibrid berupa individu-individu yang fenotipenya sama,  tetapi  pada generasi F2  akan terlihat adanya nisbah fenotipe  9 : 3 :  3 : 1 (Pai, 1992).
Hukum Mendel II berlaku dalam pembentukan gamet, gen sealele secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada persilangan dihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki dua karakter berbeda. Misalnya  ada 2 pasang gen Aa dan Bb, masing-masing gen itu kita bubuhkan pada kromosom berbeda, maka digambarkan ada 2 pasang kromosom ketika awal meosis. Gamet Ab dan gamet aB disebut memiliki kombinasi baru, atau dengan istilah lain yaitu terkena rekombinan. Ketika itu berlaku hukum mendel II yakni terjadinya meosis pada gametogonium individu yang memiliki genotip double heterozigot sesuai dengan jenis hibridnya. Waktu anafase 1, pemisahan dan pengelompokan gen-gen secara bebas yaitu ke kutub atas atau ke kutub bawah. Persilangan dihibrid jika parentalnya  ialah AABB x aabb, tentulah F1 AaBb, double heterozigot. Maka macam-macam gamet F1ada empat macam yaitu AB, Ab, aB, ab. Jika F1 disilangkan sesamanya, maka F2 terdiri atas 16 macam (Campbell, 2002).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Menurut literatur Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozigot (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru  (Gooddenough, 1984).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda. Berarti ada empat gen yang diamati pada keturunan, dua dari induk jantan dan duadari induk betina,sesuai dengan hukum Mendel II, sifat yang diwariskan.Persilangan dihibrid bersifat bebas atau tidak saling mempengaruhi. Generasi F2 terdapat keturunan yang mempunayi sifat baru yang tisak sama dengan kedua induknya. Sifat tersebut muncul sebagai akibat dari perpaduan genotip antara kedua induknya. Genotip baru yang homozigot dikenal sebagai bastar konstan (galur murni) (setiawati, 2010).
Persilang dihibrid pada tanaman semusim yang menghasilkan varietas unggul dapat dilakukan oleh dua individu yang memiliki dua sifat yang berbeda. Setiap individu memiliki dua karakter yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Persilangan dihibrid banyak sekali aplikasinya di bidang pertanian contohnya yaitu :
1.      Persilang jeruk berbuah besar berbiji banyak disilangkan dengan jeruk berbuah kecil tanpa biji maka yang akan dihasilakan adalah buah jeruk berukuran besar tanpa biji. BBKK x bbkk, maka F1 nya ialah BbKk yang artinya hasil dari perslangan dihibrid tadi menghasilkan buah jeruk berukuran besar tanpa biji.
2.      Persilangan tanaman jagung bertongkol kecil pendek dengan tanaman jagung bertongkol besar tinggi  kedua tanaman tersebut disilangkan masing masing JJBB x jjbb maka F1 nya JjBb, hasil persilangan nya adalah jagung bertongkol besar pendek.
3.      Persilangan tanaman kedelai berbiji besar keriput dengan biji kecil tak keriput yang ingin menghasilkan tanaman kedelai berbiji besar dan tidak keriput. KKPP x kkpp , F1 KkPp , menghasilkan varietas unggul dalam pemulian yaitu tanaman kedelai berbiji besar dan tak keriput.
4.      Persilangan tanaman padi berbulir banyak berukuran kecil disilangkan dengan padi berbulir sedikit berukuran besar. AABB x aabb, F1 AaBb menghasilkan varietas yang unggul yaitu padi berbulir banyak dengan ukuran yang besar, sehinggga dalam sekali panen dapat menghasilkan produksi yang besar.
5.      Persilangan antara tanaman tomat berukuran besar masam dengan tanaman tomat berukuran kecil manis. TTMM x ttmm, maka F1 adalah TtMm , dari persilangan tersebut diharapkan menghasilkan tanaman tomot berbuah besar dan berasa manis, sehingga banyak produsen yang mau membelinya (Sadava, 2014).
Contoh lain persilangan dihibrid yang dimanfaatkan pemuliaan tanaman yang dapat disilangkan yaitu jagung yang bertongkol besar dan tidak tahan kekeringan. Disilangkan dengan jagung yang bertongkol kecil dan tahan kekeringan. Diharapkan hasil persilangan tersebut menghasilkan jagung bertongkol besar dan tahan kekeringan (Pai, 1992).
Hukum Mendel II dikenal sebagai hukum segregasi. Karena selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap kromosom terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas (Syamsuri dkk, 2004).
Persilangan dihibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan dua karakter yang berlainan. Misalnya persilangan antara kacang kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji keriput dan berwarna hijau. Ternyata hasil persilangan dihibridnya menghasilkan 100% anakan berbiji bulat dan berwarna kuning (Diah Aryulani dkk, 2004).
Galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan alel (AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi akan menampakan sifat dominan. Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya mempunyai alel resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominan dan resesif nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotip yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah genotip yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrid (Aa) : 1 resesif lengkap (aa) (Crowder, 1997).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan atau betina dewasa yang telah matang dapat dilihat perbedaannya walaupun dengan kasat mata. Perbedaan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1.      Drosophila melanogaster betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar bila dibandingkan dengan Drosophila melanogaster jantan.
2.      Bagian abdomen (perut) Drosophila melanogaster betina terdapat garis-garis hitam yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung abdomen. Bagian abdomen Drosophila melanogaster jantan juga terdapat pola garis hitam yang tebal di sepanjang abdomen bagian dorsal, akan tetapi garis hiam di bagian ujung abdomennya berfusi.
3.      Bagian ujung abdomen Drosophila melanogaster betina lancip, kecuali ketika sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung abdomen Drosophila melanogaster jantan membulat dan tumpul.
4.      Khusus Drosophila melanogaster jantan terdapat karakter khusus berupa sex comb yaitu kira-kira 10 bulu berwarna gelap yang terletak di tarsal pertama pada kaki depannya. Sex comb adalah ciri utama Drosophila melanogaster jantan. Sex comb dapat dipakai untuk mengidentifikasi jenis kelamin lalat buah pada dua jam pertama setelah lalat tersebut menetas, ketika bentuk dan pigmentasi lalat tersebut belum berkembang sempurna (Jones & Rickards, 1991).
Berikut adalah jenis-jenis mutan Drosophila melanogaster beserta deskripsi singkatnya, sebagai berikut :
1.    Dumpy
Sayap lebih pendek hingga dua pertiga panjang normal dengan ujung sayap tampak seperti terpotong. Bulu pada dada tampak tidak sama rata. Sayap pada sudut 90o dari tubuh dalam posisi normal mereka (Borror et al, 1998).
2.    Sepia
Mata berwarna coklat sampai hitam akibat adanya kerusakan gen pada kromosom ketiga, lokus 26 (Russell, 1994: 113).
3.      Clot
Mata berwarna maroon yang semakin gelap menjadi coklat seiring dengan pertambahan usia (Borror, 1994).
4.      Ebony
Lalat ini berwarna gelap , hampir hitam dibadannya. Adanya suatu mutasi pada gen yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal fungsi gen tersebut berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal. Namun karena mengalami kerusakan maka pigmen hitam menumpuk di seluruh tubuh (Borror et al, 1998).
5.      Curly
Sayap pada lalat berbentuk keriting. Terjadi mutasi gen pada kromosom kedua. Sayap-sayap ini menjadi keriting karena adanya suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah dan menghasilkan adanya kelainan tersebut (Borror et al, 1998).
6.      White
Matanya berwarna putih yang terjadi akibat adanya kerusakan pada gen white yang terletak pada kromosom pertama lokus 1,5 dan benar-benar tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali (Pai, 1992).
7.      Eyemissing
Mata berupa titik, mengalami mutasi pada kromosom ketiga di dalam tubuhnya, sehingga yang harusnya diintruksi sel di dalam larva untuk menjadi mata menjadi tidak terbentuk karena adanya mutasi (Russell, 1994).
8.       Claret
Claret (ca) merupakan mutan dengan mata berwarna merah anggur atau merah delima (ruby). Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 100,7 (Russell, 1994).
9.      Taxi
Taxi merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika terbang mahupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,0 (Russell, 1994).
10.  Black
Seluruh tubuhnya berwarna hitam akibat adanya kerusakan pada gen black pada kromosom kedua lokus 48.5 (Borror et al, 1998).
Hasil praktikum pengamatan lalat Drosophila melanogaster, lalat Dumpy  betina memiliki ciri-ciri mata merah, sayap pendek tidak melebihi abdomen dan bentuk tubuh bulat.Bagian bawah lalat Dumpy segmen garis lebih banyak hitam dan posterior tumpul.Lalat Dumpy jantan memiliki ciri-ciri mata merah, sayap lurus dan lebih panjang dari tubuh.Badan lalat Dumpy jantan ini berwarna coklat dan besar, mempunyai segmen garis yang tidak tampak hitam dan posterior lancip (runang).Pengamatan lalat buah Ebony mendapatkan hasil ,pada lalat buah Ebony betina mata berwarna merah, sayap melebihi badan,ujung abdomen lancip, badan berukuran besar dan warna badan hitam mengkilap.Lalat buah Ebony jantan mempunyai mata yang berwarna merah, sayap melebihi badan,ujung abdomen tumpul, badan berukuran lebih kecil, dan warna badan hitam mengkilat.Lalat buah normal betina mempunyai mata berwarna merah, warna tubuh coklat, sayap panjang dan mempunyai abdomen yang lancip.Lalat buah normal jantan mempunyai mata yang berwarna merah, warna tubuh coklat, sayap panjang, dan abdomen tumpul.Lalat buah White betina mempunyai abdomen yang lancip, mata berwarna putih, tubuh berwarna putih, segmen hitam kecil rapat, ukuran tubuh lebih besar, ujung abdomen terlihat abu-abu dan sayap melebihi tubuh.Lalat buah White jantan mempunyai abdomen yang tumpul,tubuhnya lebih kecil, warna tubuh putih, warna mata putih, segmen hitam sedikit dan tebal, ujung abdomen berwarna hitam dan sayap melebihi tubuh.Lalat buah normal betina mempunyai mata yang berwarna merah, sayap lebih panjang dari tubuhnya, ujung abdomen lancip, mempunyai antena, dan warna tubuh coklat.Lalat buah normal jantan mempunyai mata yang berwarna merah, sayap yang lebih panjang dari tubuhnya, ujung abdomen tumpul, mempunyai antena, dan warna tubuh coklat.
Persilangan lalat buah Dumpy (mata merah, sayap 2/3 ) dengan lalat buah White ( mata putih, sayap panjang ) setelah didapatkan hasil,kemudian hasil perbandingan tersebut kemudian diuji kebenarannya dengan uji Chi-Square. Rumus untuk menghitung Chi-Square adalah:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI9WN2r4Coaauk2x5A_mYCJfGIyCzc3ETEBeRLJeFGklIErFDpUmIdRmN5nXcUAgGf5AnAVgKJvScVSb5G8s-B-76DjYKgUbZkWMVheV3xmafRcBBPkqQaJI90JaeuCBa6sB9J7qXkGhjE/s200/rumus+chi+square.png


O = pengamatan dan E = harapan. Kriteria pengujiannya adalah jika X2 hit > X2 tabel, maka h0 ditolak, h1 diterima. Jika X2 hit < X2 tabel, maka h0 diterima, h1 ditolak. Chi-Square  tabel yang digunakan adalah 7,81. Sementara X2 hitung adalah 6,49. Menurut Sudjana (1986), jika X2 hitungnya lebih kecil dibandingkan X2 tabelnya, maka h0 atau hipotesis awalnya diterima. Maka dari itu rasio perbandingan yang didapat dalam simulasi persilangan tersebut sesuai dengan teori atau signifikan. Penyebab terdapat data yang signifikan atau tidak signifikan tersebut adalah karena persilangan adalah kejadian acak sehingga tercipta berbagai peluang kejadian hasil persilangan yang dapat menyebabkan data signifikan atau tidak (Sudjana, 1986).






   V.     KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Persilangan dihibrid antara lalat buah dumpy dan lalat buah white sesuai dengan hukum Mendel II dengan perbandingan fenotip ( 9 : 3 : 1 )

B.     Saran
Praktikum sudah berjalan lancar dan tertib, tetapi praktikan harus tetap menjaga kebersihan ruangan praktikum agar suasana nyaman.












DAFTAR PUSTAKA
Borror et al. 1998. Pengenalan Pelajaran Serangga. 8th Ed. Terjemahan dari an
Introduction to Study of Insect oleh Soetiyono Partosoedjono. Yogyakarta ;
Gajah Mada University Press.

Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2002. BIologi. Edisi kelima-Jilid-1.Terj.dari Biology oleh Lestari, R. Jakarta ; Erlangga

Diah Aryulina dkk. 2004. Biologi SMA dan MA. Jakarta ; Erlangga.
Goodenough, U. 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono Adisoemarto.
Jakarta ; Erlangga.
Jones, R.N., G.K. Rickards. 1991. Practical Genetics. Open University Press. Milton Keynes.

Pai, A.C. 1992. Dasar-dasar Genetika.Terj.dari Apandi, M. Jakarta ; Erlangga

Rittner, Don dan Timothy L. McCabe. 2004. Encyclopedia of Biology. Facts On File, Inc. New York.

Russell, P.J. 1994. Foundamental of Genetics.Harper Collins College Publishers. New York.
Setiawati, wiwin. 2010. Biologi 3. Jakarta ; Yudisthira

Sadava, D. 2004. The Science of Biology.5th ed. Sinauer Associates, Inc.

Suryo. 1990. Genetika Strata I. Yogyakarta ; Gajah Mada University Press

Yatim , Wildan. 1991. Genetika. Bandung ; Tarsito




LAMPIRAN
         

Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur

  Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur   1.  Gambar...