pub-7383082083714536 arsip: pembelahan sel
Tampilkan postingan dengan label pembelahan sel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pembelahan sel. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Januari 2017

laporan praktikum genetika tumbuhan acara 1 pengamatan perilaku kromosom

       I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen-gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Pengamatan terhadap perilaku kromosom sama pentingnya dengan mempelajari struktur kromosom. Perilaku dan aktivitas kromosom dapat dilihat dalam siklus sel, termasuk di dalamnya adalah pembelahan sel (mitosis dan meiosis ). Analisis kromosom, baik mitosis maupun meiosis merupakan langkah awal mempelajari perilaku kromosom. Tanaman melakukan pembelahan sel untuk memperbanyak jaringan sehingga tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Mitosis adalah pembelahan duplikasi sel dengan jumlah kromosom sama dengan sel induk. Pengamatan perilaku kromosom sangat penting dalam proses pergerakan sel di dalam tubuh tumbuhan, oleh karena pentingnya mengetahui perilaku kromosom, maka dalam laporan ini akan membahas mengenai pengamatan perilaku kromosom.
B.     Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui perilaku kromosom pada pembelahan mitosis.




                                    II.     TINJAUAN PUSTAKA
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA dan tempat informasi genetik disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan. Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer atau kinetokor dan lengan kromosom. Sentromer berbentuk bulat dan merupakan pusat kromosom, sedangkan lengan kromosom berjumlah dua pasang mengandung kromonema serta gen. Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa kromosom merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi menurut Hukum Mendel, sedangkan Masitah (2008) menjelaskan bahwa kromosom adalah susunan beraturan yang mengandung DNA yang berbentuk seperti rantai panjang. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer yang memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan posisi bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material kromatin yang disebut satelit, serta lain sebagainya (Suprihati, 2007).
Kromosom dibedakan atas autosom (kromosom pada sel somatik) dan kromosom pada sel kelamin. Pembelahan sel yang terjadi pada sel somatik disebut mitosis dan pembelahan yang terjadi pada sel kelamin disebut meiosis. Satrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa mitosis merupakan pembelahan inti yang berhubungan dengan pembelahan sel somatik, terdapat beberapa tahap didalamnya yaitu  interfase, profase, metakinesis, metafase, anafase dan telofase.
1.      Interfase
Interfase atau stadium istirahat dalam siklus sel termasuk fase yang berlangsung lama karena pada tahap ini berlangsung fungsi metabolisme dan pembentukan sintesis DNA, oleh karena itu kurang tepat jika dikatakan bahwa interfase merupakan fase istirahat, karena sebenarnya pada fase ini sel bekerja dengan sangat berat. Interfase dibedakan lagi menjadi tiga fase, yaitu:
a.       Fase gap satu (G1)
Fase ini terjadi beberapa kegiatan yang mendukung tahap-tahap berikutnya yaitu :
a). Trankipsi RNA.
b). Sintesis protein yang bermanfaat untuk memacu pembelahan nukleus.
c). Enzim yang diperlukan untuk replikasi DNA.
d). Tubulin dan protein yang akan membentuk benang spindel.
Periode untuk fase G1 membutuhkan waktu yang berbeda-beda antar individu. Adakalanya G1 membutuhkan waktu 3 – 4 jam, namun ada juga yang tidak mengalami fase G1 ini, hal ini terjadi pada beberapa sel ragi. Beberapa ahli lebih suka menggunakan istilah G0 untuk situasi tersebut.
b.      Fase Sintesis (S)
Fase ini terjadi replikasi DNA dan replikasi kromosom, sehingga pada akhir dari fase ini terbentuk sister kromatid yang memiliki sentromer bersama, namun masih belum terjadi penambahan pada fase ini. Lamanya waktu yang dibutuhkan pada fase ini 7 – 8 jam.
c.      Fase Gap dua (G2)
Fase ini terjadi sintesis protein-protein yang dibutuhkan pada fase mitosis, seperti sub unit benang gelendong, pertumbuhan organel-organel dan makromolekul lainnya seperti mitokondria, plastida, ribosom, plastid, dan lain sebagainya. Fase ini membutuhkan waktu 2 – 5 jam.
2.      Profase
Fase profase, terjadi pemadatan (kondensasi) dan penebalan kromosom. Kromosom menjadi memendek dan menebal, bentuknya memanjang dan letaknya secara random di tengah-tengah sel, terlihat menjadi dua untaian kromatid yang letaknya sangat berdekatan dan dihubungkan oleh sebuah sentromer. Mendekati akhir profase, nukleolus dan membran nukleus menghilang serta terbentuk benang-benang spindel.
3.      Metakinesis
Istilah metakinesis pertama kali digunakan oleh Wasserman pada tahun 1926 dan dipopulerkan oleh Mazia pada tahun 1961. Banyak buku yang menyamakan fase metakinesis dengan fase metafase, dengan memasukkan pembahasan metakinesis ke dalam pembahasan metafase. Fase ini pergerakan kromosom dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu :
a. Konggresi kromosom
Selama konggresi kromosom, kromosom bergerak menuju bidang equator yang berada di tengah-tengah kutub spindel. Kromosom-kromosom tersebut akan mencapai suatu posisi keseimbangan di bidang equator.
b. Orientasi kromosom
Orientasi kromosom berhubungan dengan orientasi tapak-tapak kinetik dari kromosom menuju kutub-kutub yang berlawanan melalui pergerakan menuju susunan-susunan yang sesuai di equator. Hal ini dikarenakan setiap kromatid pada metafase memiliki tapak kinetik dan tapak non kinetik.
c. Distribusi kromosom
Setelah sentromer mengalami orientasi, kemudian kromosom-kromosom tersebut terdistribusi pada bidang equator.
4.    Metafase
Fase ini, setiap individu kromosom yang telah menjadi dua kromatid bergerak menuju bidang equator. Benang-benang gelendong melekat pada sentromer setiap kromosom. Terjadi kondensasi dan penebalan yang maksimal pada fase ini, sehingga kromosom terlihat lebih pendek dan tebal dibandingkan pada fase lainnya. Selain itu, kromosom juga terlihat sejajar di tengah-tengah equator, sehingga sangat baik dilakukan analisis kariotipe pada fase ini. Analisis kariotipe dapat dimanfaatkan untuk sebagai berikut :
1). Analisis taksonomi yang berhubungan dengan klasifikasi mahluk hidup.
2). Analisis galur substitusi dari monosomik atau Polisomik.
3). Studi reorganisasi kromosomal.
5. Anafase
Fase ini dimulai ketika setiap pasang kromatid dari tiap-tiap pasang kromosom berpisah, masing-masing kromatid bergerak menuju ke kutub yang berlawanan. Pemisahan ini dimulai dari membelahnya sentromer. Sentromer yang telah membelah kemudian ditarik oleh benang gelendong ke kutub yang berlawanan bersama dengan kromatidnya. Pergerakan kromosom ke kutub diikuti pula oleh bergeraknya organel-organel dan bahan sel lainnya. Ciri khusus yang terlihat pada saat anafase adalah kromosom terlihat seperti huruf V atau J dengan ujung yang bersentromer mengarah ke arah kutub, pada saat ini jumlah kromosom menjadi dua kali lipat lebih banyak.
6.    Telofase
Fase ini membran nukleus terbentuk kembali, kromosom mulai mengendur dan nukleolus terlihat kembali. Sel membelah menjadi dua yang diikuti oleh terbentuknya dinding sel baru yang berasal dari bahan dinding sel yang lama, retikulum endoplasma atau bahan baru yang lainnya. Pembelahan ini juga membagi sitoplasma menjadi dua. Akhir dari fase ini, terbentuk dua sel anakan yang identik dan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan tetuanya.
Bawang merah ( Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu anggota dari famili Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman bawang merah mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsinya, membesar serta membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Sastrosumarjo, 2006).
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Bawang merah juga merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan di Jawa Tengah yang mempunyai prospek cukup baik dalam pengembangan agribisnis. Allium cepa memiliki jumlah kromosom 16 (2n), hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman, karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak serta memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup mudah dibuat preparatnya (Sastrosumarjo, 2006).










                          III.     METODE PRAKTIKUM
A.    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu akar bawang merah, larutan 45% CH3COOH, larutan HCl, dan larutan aceto carmin. Alat yang digunakan adalah kaca preparat, cover glass, penangas air, pembakar bunsen, mikroskop, jarum, dan alat tulis.  

B.     Prosedur kerja
1.      Umbi bawang merah yang bagus dan sehat dipilih dan dikecambahkan di air sampai muncul akar.
2.      Akar bawang merah dicuci dengan air sampai bersih.
3.      Potongan akar bawang merah yang berukuran ±1 cm difiksasi dengan larutan 45% CH3COOH selama ±10 menit dan kemudian dimaserasi dengan campuran HCl dan CH3COOH dengan perbandingan 3:1 pada suhu 60º C selama ±3 menit.
4.      Potongan akar tersebut diambil dan dipotong 1 mm pada bagian ujungnya, kemudian diletakkan di atas gelas preparat.
5.      Dilakukan pewarnaan dengan aceto carmin.
6.      Gelas preparat ditutup dengan gelas penutup, kemudian ujung akar dihancurkan dengan cara ditekan.
7.      Kaca preparat tersebut dilewatkan di atas nyala api bunsen, kemudian diamati di bawah mikroskop.
8.      Fase-fase mitosis dicari dan diamati.
9.      Fase yang paling banyak dijumpai dihitung dan digambar dengan menyertakan perbesaran mikroskop ynag digunakan.














                                                                                            IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Terlampir
B.     Pembahasan
Pembelahan sel adalah peristiwa sebuah sel membelah menjadi dua atau lebih sel baru. Pembelahan sel merupakan cara sel untuk memperbanyak diri atau yang disebut dengan reproduksi sel. Sel adalah bagian terkecil yang menyusun tubuh makhluk hidup, pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup berhubungan erat dengan proses pembelahan sel ini. Fungsi pembelahan sel pada makhluk hidup multiseluler dan uni seluler sangat berbeda meski intinya sama yaitu perbanyakan sel. Fungsi pembelahan sel pada makhluk hidup memiliki dua fungsi yaitu :
1. Fungsi pembelahan sel pada makhluk hidup uniseluler atau bersel tunggal adalah sebagai cara untuk berkembang biak. Contoh makhluk hidup yang berkembang biak dengan membelah diri adalah protozoa dan Amoeba.
2. Fungsi pembelahan sel pada makhluk hidup multiseluler atau bersel banyak adalah sebagai cara untuk memperbanyak sel tubuh sehingga makhluk hidup yang bersangkutan dapat tumbuh dan berkembang. Proses pembelahan sel merupakan cara agar sel dapat tumbuh dan berkembang. Sel yang membelah diri disebut sel induk, sedangkan sel hasil pembelahan diri disebut sel anak. Proses pembelahan sel terbagi menjadi dua yaitu pembelahan sel secara langsung dan pembelahan sel secara tidak langsung (Abele,1959).
Pembelahan sel secara langsung adalah proses pembelahan sel tanpa melalui fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan amitosis atau pembelahan biner. Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan yang melalui tahapan-tahapan tertentu. Setiap tahapan pembelahan sel ditandai dengan penampakan kromosom yang berbeda- beda. Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan mitosis dan meiosis. Pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi makhluk hidup tidak dapat lepas dari aktivitas pembelahan sel. Menurut teori sel modern, semua sel berasal dari sel-sel yang telah ada melalui proses pembelahan sel. Sekitar 10 – 14 sel yang menyusun tubuh manusia berasal dari pembelahan sel zigot (satu sel) yang merupakan peleburan 2 sel gamet. Sel-sel gamet ini berasal dari proses pembelahan sel-sel parental tertentu (Tjio,1950).
Kromosom adalah pembawa gen yang terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata chrome yang berarti warna dan soma berarti badan. Kromosom dapat diartikan sebagai badan yang mampu menyerap warna. Istilah kromosom diperkenalkan pertama kali oleh W. Waldeyer pada tahun 1888. Satuan terkecil dari makhluk hidup adalah sel. Segala aktivitas sel diatur oleh inti sel (nukleus). Inti mengandung substansi genetik yang terdapat dalam kromosom. Kromosom merupakan benda-benda yang halus berbentuk lurus seperti batang atau bengkok yang berada di dalam nucleus, karena dapat menyerap warna dengan jelas, maka kromosom dapat diamati di bawah mikroskop. Zat penyusun kromosom disebut kromatin dan merupakan jalinan benang-benang halus dalam plasma inti. Kromosom terdiri dari DNA , RNA (asam ribo nukleat) dan protein. Kromosom homolog (2n) adalah kromosom yang berpasangan dan memiliki struktur dan komposisi yang sama. Sel yang memiliki 2n kromosom (kromosom homolog) disebut sel diploid, jika tidak berpasangan kromosom diberi simbol n kromosom. Sel dengan n kromosom adalah sel haploid, misalnya sel kelamin jantan atau sel kelamin betina (Tjio,1950).
Karakter-karakter kromosom paling mudah dipelajari pada fase prometafase dari mitosis, karena pada saat tersebut kromosom-kromosom tampak tersebar tidak saling tumpang tindih dan masing-masing kromosom berbentuk silindroid dengan empat lengan, karena mempunyai dua kromatid serupa (sister kromatid). Setiap kromatid pada kromosom tersusun atas molekul-molekul DNA. Molekul-molekul DNA ini bersatu dengan protein histon membentuk nukleosom. Nukleosom-nukleosom ini dengan protein non histon akan membelit dan memutar membentuk spiral (coil) dan ulir-ulir ini akan memutar dan membelit lagi membentuk super spiral (super coil). Demikian kromosom akan tampak memendek (terkondensasi) setelah akhir fase interfase dari siklus sel. Kromosom yang terdiri dari dua kromatid serupa mempunyai lengan pendek (p) dan lengan panjang (q). Kedua lengan kromosom ini dipisahkan oleh suatu bagian yang disebut sentromer atau lekukan pertama dan pada masing-masing kromatid terdapat bagian yang disebut kinetokor yang berfungsi untuk berpegangannya kromosom dengan benang-benang spindle (Schulz,1980).
Kromosom memiliki suatu daerah terang yang tidak mengandung gen, dinamakan sentromer. Bagian ini memiliki peranan sangat penting pada proses pembelahan sel. Bagian inilah benang gelendong menempel untuk bagian kromosom pada masing-masing kutub pembelahan yang berlawanan. Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian, yaitu kromatid, kromomer, sentromer atau kinetokor, satelit, dan telomere (Schulz,1980).
Pembelahan sel secara mitosis terjadi secara eksklusif dalam inti sel pada kromosom. Mitosis dan sitokinesis merupakan fase penting dari siklus sel pada organisme eukariotik. Pembelahan sel jenis ini, ada dua sel anak yang keluar dari sel induk, keduanya berisi rincian genetic sama dengan induknya. Pembelahan mitosis menghasilkan sel anakan yang jumlah kromosomnya sama dengan jumlah kromosom sel induknya, pembelahan mitosis terjadi pada sel somatik (sel penyusun tubuh). Sel-sel tersebut juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan pembelahannya, ada sel – sel yang mampu melakukan pembelahan secara cepat, ada yang lambat dan ada juga yang tidak mengalami pembelahan sama sekali. Setelah melewati masa pertumbuhan tertentu, misalnya sel-sel germinatikum kulit mampu melakukan pembelahan yang sangat cepat untuk menggantikan sel – sel kulit yang rusak atau mati. Akan tetapi sel-sel yang ada pada organ hati melakukan pembelahan dalam waktu tahunan, atau sel-sel saraf pada jaringan saraf yang sama sekali tidak tidak mampu melakukan pembelahan setelah usia tertentu. Sementara itu beberapa jenis bakteri mampu melakukan pembelahan hanya dalam hitungan jam, sehingga hanya dalam waktu beberapa jam saja dapat dihasilkan ribuan, bahkan jutaan sel bakteri (Suryo,2007).
Siklus mitosis dibedakan menjadi dua fase utama, yaitu interfase dan mitosis. Interfase terdiri atas tiga fase yaitu fase G ( growth atau gap), fase S (synthesis) dan fase G2 (growth atau Gap2). Pembelahan mitosis dibedakan atas dua fase, yaitu kariokinesis dan sitokinesis, kariokinesis adalah proses pembagian materi inti yang terdiri dari beberapa fase, yaitu profase, metafase, dan telofase. Sitokinesis adalah proses pembagian sitoplasma kepada dua sel anak hasil pembelahan (Coe,1959).
1. Kariokinesis
Kariokinesis selama mitosis menunjukkan ciri yang berbeda-beda pada tiap fasenya. Beberapa aspek yang dapat dipelajari selama proses pembagian materi inti berlangsung adalah berubah-ubah pada struktur kromosom, membran inti, mikrotubulus dan sentriol. Ciri dari tiap fase pada kariokinesis yaitu :
a. Profase
Benang-benang kromatin berubah menjadi kromosom. Kemudian setiap kromosom membelah menjadi kromatid dengan satu sentromer. Dinding inti (nukleus) dan anak inti (nukleolus) menghilang. Pasangan sentriol yang terdapat dalam sentrosom berpisah dan bergerak menuju kutub yang berlawanan. Serat-serat gelendong atau benang-benang spindel terbentuk diantara kedua kutub pembelahan.
b. Metafase
Setiap kromosom yang terdiri dari sepasang kromatid menuju ke tengah sel dan berkumpul pada bidang pembelahan (bidang equator), dan menggantung pada serat gelendong melalui sentromer atau kinetokor.
c. Anafase
Sentromer dari setiap kromosom membelah menjadi dua dengan masing-masing satu kromatid. Kemudian setiap kromatid berpisah dengan pasangannya dan menuju ke kutub yang berlawanan. Akhir anfase, semua kromatid sampai pada kutub masing-masing.
d. Telofase
Kromatid yang berada pada kutub berubah menjadi benang-benang kromatin kembali. Terbentuk kembali dinding inti dan nukleolus membentuk dua inti baru. Serat-serat gelendong menghilang. Terjadi pembelahan sitoplasma (sitokenesis) menjadi dua bagian, dan terbentuk membran sel pemisah di tengah bidang pembelahan. Akhirnya, terbentuk dua sel anak yang mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan kromosom induknya.



2.      Sitokinesis
Selama sitokinesis berlangsung, sitoplasma sel hewan dibagi menjadi dua melalui terbentuknya kontraktil yang terbentuk oleh aktin dan miosin pada bagian tengah sel. Cincin kontraktil ini menyebabkan terbentuknya alur pembelahan yang akhirnya akan menghasilkan dua sel anak. Masing-masing sel anak yang terbentuk ini mengandung inti sel, beserta organel-organel selnya. Pada tumbuhan, sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah ditengah- tengah sel (Suryo,2007).
Pembelahan sel pada tumbuhan bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang identik, menambah jumlah sel, atau mengganti sel-sel yang rusak. Memalui genetika tumbuhan kita dapat mempelajari pembelahan sel yang terjadi pada tumbuhan secara detail. Melalui genetika tumbuhan juga kita bisa mengetahui sifat-sifat yang diwariskan pada keturunannya dalam pembelahan sel (Suprihati, Elimasni, Sabri, 2007).
Tujuan pemberian 8-Hydroxychinolin adalah untuk meluruhkan organel sel. Selain itu juga karena sifatnya yang sangat peka terhadap cahaya (akan rusak jika terkena cahaya). Proses selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi akar bawang dengan asam asetat yang bertujuan menghentikan aktifitas pembelahan sel tersebut (melarutkan tudung akar). Setelah itu dimaserasi dengan menggunakan canpuran HCl dengan asam asetat 45% (perbandingan 3:1) yang bertujuan untuk melunakkan jaringan. Selanjutnya dilakukan perwarnaan dengan arseno carmin agar mudah dalam pengamatan. Pemberian aceto carmin/aceno orcein adalah sebagai pewarna, untuk memberi pigmen kepada sel-sel akar bawang sehingga mudah untuk diamati. Tidak cukup dengan itu agar penyerapan warna lebih cepat maka perlu dilewatkan pada api bunsen beberapa kali (Listiawan Dwi Andi dkk, 2009).
Pengamatan tahap-tahap pembelahan mitosis dilakukan pemotongan akar yang tepat pada saat tengah malam, yaitu pukul 24.00 WIB. Hal ini dikarenakan pada ujung akar bawang merah banyak sel yang mengalami aktifitas pembelahan dengan rentangan 5 menit sebelum dan sesudah pukul 24 malam sehingga diharapkan tahap-tahap mitosis dapat diamati. Pemotongan bagian ujung akar (pada jam 12 malam) yang kemudian dilanjutkan dengan perendaman potongan ke dalam larutan FAA. Perendaman dilakukan agar sel tidak mengalami pembelahan lagi, karena tidak memungkinkan bagi kami untuk langsung mengamati tahap-tahap mitosis pada tudung akar bawang merah pada saat itu juga. Larutan FAA merupakan larutan fiksatif yang dapat menahan sel untuk tidak membelah lagi sehingga tahap-tahap pembelahan mitosis dapat teramati (Masitah, 2008).
Praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap pembelahan mitosis yang terjadi pada ujung akar bawang merah. Penggunaan akar karena akar merupakan salah satu jaringanyang tersusun oleh sel-sel somatik, khusus pada ujung akar bersifat meristematik. Mitosis merupakan pembelahan sel yang umumnya terjadi pada sel-sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh, dan sel-sel ini umunya terdapat pada ujungakar dan ujung batang tumbuhan (Ali, 2007).
Bawang merah memiliki jumlah kromosom 16 sehingga mudah dihitung, ukuran kromosom besar sehingga mudah diamati, telah diketahui rentang waktu mitosisnya (Listiawan, 2009), suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang waktu mitosis bawang merah berlangsung antara pukul 08.00-09.00 dan tahap prometafase ditemukan pukul 08.15 WIB. Hal inilah yang melatar belakangi digunakannya akar bawang merah pada praktikum pembelahan mitosis ini. Tujuan pemberian 8-Hydroxychinolin adalah untuk meluruhkan organel sel. Selain itu juga karena sifatnya yang sangat peka terhadap cahaya (akan rusak jika terkena cahaya). Proses selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi akar bawang dengan asam asetat yang bertujuan menghentikan aktifitas pembelahan sel tersebut (melarutkan tudung akar). Setelah itu dimaserasi dengan menggunakan campuran asam klorida 1N dengan asam asetat 45% (perbandingan 3:1) yang bertujuan untuk melunakkan jaringan. Selanjutnya dilakukan perwarnaan dengan arseno orcein agar mudah dalam pengamatan (Ali, 2007).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pengamatan perilaku kromosom dimulai dengan fiksasi ujung akar bawang merah dengan menggunakan 45% CH3COOH selama 10 menit. Fiksasi ini berfungsi untuk menghentikan aktivitas pembelahan sel sehingga pengamatan menjadi jelas terlihat. Campuran larutan HCl dan CH3COOH dilakukan untuk melunakkan jaringan yang diamati. Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan aceto carmin, bertujuan agar preparat kromosom akar bawang merah mudah diamati karena kromosom dapat menyerap warna.
Setiap tumbuhan memiliki waktu tertentu untuk mengalami pembelahan mitosis, begitu juga pada Allium cepa. Waktu yang dibutuhkan oleh akar bawang merah dalam melakukan pembelahan mitosis dan meiosis yaitu optimum antara pukul 08.00-09.00. pengamatan perilaku kromosom menggunakan akar bawang merah karena memiliki jumlah kromosom 16 (2n), hal ini sangat membantu dalam mempelajari analisis mitosis pada tanaman, karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak serta memiliki ukuran kromosom yang besar dan cukup mudah untuk dibuat preparat.






















                                              V.     KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
1.    Perilaku kromosom pada pembelahan sel yang menggunakan akar bawang merah terdapat fase-fase seperti profase, metafase, anafase dan telofase yang dilihat menggunakan mikroskop. Perilaku tersebut membuktikan adanya beberapa proses dalam pembelahan sel.

B.   Saran
Praktikan harus lebih menguasai mikroskop dengan baik agar pengamatan pembelahan sel dapat berlangsung.










DAFTAR PUSTAKA
Ali. 2007. Dasar-Dasar Genetika. Erlangga ; Jakarta.
                  
Abele K. 1959. Cytological studies in genus Danthonia. Trans. Roy. Soc. Aust. 83:162-173.

Coe G. F. and K. Klitgaard. 1959. Procedur for squash preparation of somatic Sugar Beet tissues. Journal of The A. S. S. B. T. Vol 10(7):609-611.

Listiawan. 2009. Tahap-Tahap Pembelahan Sel. PT. Gramedia ; Jakarta.
Listiawan Dwi Andi dkk. 2009. Potensi Ekstrak Etanolik Daun Tapak Dara(Catharanthus roseus (l.) G.Don.) Sebagai Alternatif Pengganti Kolkhisin Dalam Poliploidisasi Tanaman. Litbang News: Departemen Penelitian dan pengembangan. Edisi Januari-Maret 2009.

Masitah. 2008. Pembelahan Mitosis dan Meiosi. Erlangga ; Jakarta.
Sastrosumarjo, S. 2006. Sitogenetika Tanaman. IPB Press ; Bogor.

Schulz-Schaeffer, J. 1980. Cytogenetics : Plants, Animals, Humans. Springer-Verlag. New York, Heidelberg, Berlin. Stack S. M., and D. E. Comings. 1979. The cromosomes and DNA of Allium cepa. Vol 4(70):161 – 181

Suryo, H. 2007. Sitogenetika. Gajah Mada University Press ; Yogyakarta.

Suprihati, D., Elimasni, E. Sabri. 2007. Identifikasi karyotipe terung belanda (Solanum betaceum Cav.) kultivar Brastagi Sumatera Utara. Jurnal Biologi Sumatera Utara. Vol 2(1): 7 – 11.

Tjio J-H and Levan A. 1950. The use of oxyquinolin in chromosome analysis. Anales Estacion Exper. Aula Dei (Spain).2:21-64.














LAMPIRAN



















Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur

  Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur   1.  Gambar...