BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersamaan dengan
sistem bumi yang lain yaitu air dan atmosfer, menjadi inti, fungsi, perubahan
dan kemantapan ekosistem. Tanah berkedudukan khas dalam masalah lingkungan
hidup, merupakan kimia lingkungan dan membentuk landasan hakiki bagi manusia.
Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat berfungsi penting dalam
kelangsungan hidup mahluk hidup. Bukan hanya fungsinya sebagai tempat
berjangkarnya tanaman, penyedia sumber daya penting dan tempat berpijak tetapi
juga fungsinya sebagai suatu bagian dari ekosistem. Selain itu, tanah juga
merupakan suatu ekosistem tersendiri. Penurunan fungsi tanah tersebut dapat
menyebabkan terganggunya ekosistem di sekitarnya termasuk juga di dalamnya juga
manusia. Perkembangan peradaban manusia telah menyebabkan tanah mengalami
penurunan fungsinya sebagai pendukung kehidupan manusia akibat adanya
bahanbahan yang dapat merusak sebagai hasil aktivitas manusia.
Tanah merupakan medium
alam untuk untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara
sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap
oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organic seperti
karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan
manusia dan hewan.
Tanah terbentuk dari bahan-bahan mineral organic, air serta udara tersusun
di dalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya proses
pembentukan tanah itu, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia, fisis dan
biologi dari tanah yang berbeda-beda pula. Dalam tanah terdiri dari empet
komponen utama ialah bahan mineral, bahan organic, udara dan air tanah.
Tanah berperanan penting dalam siklus hidrologi.
Kondisi tanah menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada
permukaan tanah. Jadi, tidak hanya berperan sebagai media pertumbuhan tanaman
tetapi juga sebagai media pengatur air. Analisis tanah membantu
penyelidikan produktivitas dan penentuan tindakan pengolahan tanah. Hal ini
dibutuhkan karena kondisi setiap tanah berbeda-beda bergantung pada proses
pembentukannya. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(pedogenesis) maupun kegiatan manusia (metapedogenesis). Tanah sudah digunakan
orang sejak dahulu karena semua orang yang hidup di permukaan bumi mengenal
wujud tanah.
Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel-sel
tanaman dan mikroba terdiri dari air. Air yang diserap tanaman disamping
berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai media reaksi pada
hampir seluruh proses metabolisme yang apabila telah terpakai diuapkan melalui
mekanisme transpirasi yang sama-sama dengan penguapan dari tanah sekitarnya
disebut evavotranspirasi.
Kandungan air di dalam tanah berbeda – beda tergantung jenis tanahnya.
Tanah yang memiliki pori-pori tanah lebih besar maka tanah mudah untuk
meloloskan air. Sedangkan tanah yang pori-pori tanahnya kecil cenderung sulit
untuk meloloskan air. Kandungan air tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Jika kandungan air sedikit maka tanaman tidak dapat
fotosintesis, karena air merupakan bahan baku untuk proses fotosintesis.
Kandungan air tanah yang berbeda-beda dari setiap jenis tanah menyebabkan
tanaman yang dibudidayakan pun berbeda pula. Tanaman yang di daerah kering
seperti gurun kebanyakan ditanami oleh tanaman kurma. Sedangkan tanaman padi
merupakan tanaman yang butuh banyak air, sehingga tidak tahan terhadap
kekeringan yang menyebabkan gagal panen.
Tanah juga mengandung air yang kadarnya berbeda antara
jenis satu dengan jenis yang lainnya. Kadar air tanah dapat ditentukan dengan
pengambilan sample tersebut dapat diketahui kadar air tanah kering angin, kadar
air tanah kapasitas lapang, dan kadar air tanah maksimum. Penentuan kadar air
tersebut dapat ditentukan dengan teknik pengambilan sample yang berbeda.
Pada mulanya orang menganggap tanah sebagai medium
alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan bumi atau bentuk
organik dan anorganik yang di tumbuhi tumbuhan, baik yang tetap maupun
sementara.
Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan
yang penting, tanah sangat dibutuhkan
tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan
perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat,
memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk
pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu.
Air
merupakan sumber daya alam yang cukup banyak di dunia ini, ditandai dengan
adanya lautan, sungai, danau dan lain sebagainya. Tanah memegang peranan
penting dalam melakukan prespitasi air yang masuk ke dalam tanah, selanjutnya
sekitar 70% dari air yang diterima di evaporasi dan dikembalikan ke atmosfer
berupa air, dan tanah memegang peranan penting dalam refersi dan penyimpanan.
Sisanya itulah yang digunakan untuk kebutuhan tranpirasi, evaporasi dan
pertumbuhan tanaman.
Kandungan
air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara. Walaupun penentuan
kandungan air tanah didasarkan pada pengukuran gravimetrik, tetapi jumlah air
lebih mudah dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah air (water
ratio).
Air
diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain
untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi. Reaksi kimia dalam tanah
hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan unsur-unsur hara dari mineral
primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat
lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara
dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-garam yang berada dalam tanah.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai
media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu
banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila
evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas.
Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi
akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman
mati.Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu
memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar
tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan
tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan
tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar
seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air
terhadap volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah
tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C
untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air
yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah.
A. TUJUAN
Praktikum penetapkan kadar air
bertujuan untuk menetapkan kadar air
contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air maksimum tanah
dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa padatan tanah)
atau disebut berdasarkan % berat.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanah dalam
bahasa inggris disebut soil, menurut Dokuchnev tanah adalah suatu benda fisis
yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan
bagian paling atas dari kulit bumi. Kata “tanah” seperti banyak kata umum
lainnya, mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian tradisional, tanah
adalah medium alami untuk pertumbuhan tanaman daratan, tanpa memperhitungkan
tanah tersebut mempunyai horizon yang kelihatan atau tidak. Tanah menutupi
permukaan bumi sebagai lapisan yang sambung menyambung, terkecuali pada batuan
tandus, pada wilayah yang terus menerus membeku, atau tertutup air dalam , atau
pada lapisan es terbuka suatu gletser (Buckman, 1982).
Air tanah adalah air
yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan
di bawah permukaan tanah. Air dalam tanah menyebabkan partikel tanah
mengembang dan mengkerut terikat satu sama lain membentuk struktur tanah. Air
tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan
kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit
dilakukan, sedangkan kadar air tanah adalah jumlah air yang terkandung di dalam
tanah per satuan tertentu. Air tanah juga berpern dalam reaksi-reaksi kimia
tanah yang dapat melepaskan dan mengikat unsur hara dalam tanah dan melarutkan
unsur-unsur hara dalam tanah sehingga menyebabkan kemasaman dan kebasaan dalam
air tanah (Soepardi, 1987).
Kadar air tanah
dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume
tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karen dapat memberikan gambaran tentang
ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar
air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikeringovenkan dalam oven pada
suhu 100 ̊C – 110 ̊C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan
merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang
memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro
kemudian pori mikro. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui
proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara
vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap
penggerakan horizontal (Hakim, dkk,
1986).
Bila kadar air tanah
rendah maka tanah akan keras atau kaku sehingga sulit untuk dipadatkan. Pada
kadar air tanah tinggi, kepadatan tanah akan rendah karena pori-pori tanah
menjadi terisi air (Wesley, 1973).
Air terdapat dalam
tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap
air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau
ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi:
1.
Air
Higroskopis
Air higraskopis adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan
tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah dengan air.
Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah (Hardjowigeno,
2010). Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti
agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada tegangan
antara 31-10.000 atm (pF 4,0 – 4,7).
2.
Air Kapiler
Air kapiler adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik antara sesama
butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari
gravitasi. Air ini dapat bergerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal
(ke atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan
air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman
(Hardjowigeno, 2010). Air kapiler ini menempati pori mikro dan dinding
pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3 – 15 atm (pF 2,52 – 4,20). Air kapiler dibedakan menjadi:
a. Kapasitas lapangan yaitu kandungan air maksimum yang tersedia
untuk pertumbuhan tanaman. Pengukuran dapat dilakukan dengan membasahi tanah
sampai lewat jenuh kemudian air dibiarkan mengatus bebas karena gaya gravitasi
selama 48 jam. Pada kondisi ini tanah mengandung air maksimum yang tersedia
untuk tanaman. Pori makro terisi udara sedangkan pori mikro sebagian terisi air
yang tersedia ( Sutanto, 2005).
b.
Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan
tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini
dibiarkan mak tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada
tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titi layu dipengaruhi
oleh tekstur tanah yaitu kandungan lempung. Sedangkan air tersedia merupakan
selisih dari kapasitas lapangan (KL) dan titik layu (WP) . Titik layu permanen disebut juga
sebagai koefisien layu tanaman. ( Sutanto, 2005 )
3.
Air
Gravitasi
Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena
mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang
dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi
masam dan miskin unsur hara ( Hardjowigeno,1987).
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai
istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran
yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat
diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana
pori-pori belum terisi penuh. Jadi, yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah
jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105°C hingga diperoleh
berat tanah kering yang tetap (Pahlevi, 2003).
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses
penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal
tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap
penggerakan horizontal (Ruslan W. 2008).
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau
air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan
langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar
bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman
solum tanah atau lapisan tanah (Basma A, 2008).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat
digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya,
absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan
tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah
ditunjukkan dengan baik (Buckman, 1982).
Koefisien air
tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah
untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari:
1. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana
seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
2. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal
lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis,sehingga tegangan
antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
3. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi
air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman
untuk aktivitas,danmempertahankan turgornya.
4.Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air
tanah terikat sangat kuat oleh gayamatrik tanah( Sutanto, 2005 ).
Penetapan kadar air
digunakan perhitungan, yaitu :
![]() |
Keterangan :
(b-c) = massa air
(c-a) = massa tanah mutlak/massa padatan
Kapasitas
lapang dapat dihitung secara sistematis dengan rumus :
![]() |
Kadar air maksimum dapat dihitung dengan
rumus :
![]() |
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat Dan
Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan pada praktikum Acara II Penetapan Kadar Air Tanah antara lain :
contoh tanah kering angin, botol timbang, timbangan analitis, keranjang
kuningan, cawan tembaga porus, bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur
2mm, bak perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator.
B.
Prosedur
Kerja
1. Kadar air tanah kering angin
(udara)
a)
Botol timbang dan penutupnya dibersihkan,
diberi label, lalu ditimbang (= a gram).
b)
Botol timbang diisi dengan tanah
inseptisol yang berdiameter 2mm, kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu
ditimbang kembali (= b gram).
c)
Botol timbang yang berisi tanah
dimasukkan ke dalam oven dengan keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan
pada suhu 105 – 110ºC selama minimal 4 jam.
d)
Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang
ditutup kembali dengan menggunakan tang penjepit.
e)
Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan
dari oven dengan menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator
selama 15 menit.
f)
Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu
dengan menggunakan tang penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (=
c gram).
Perhitungan
:
Kadar air =
x 100 %
Ket : (b – c )
= massa air , (c – a ) = massa tanah kering mutlak (massa padatan)
2. Kadar air Kapasitas Lapang (metode
pendekatan).
a)
Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label
kemudian ditimbang (= a gram).
b)
Keranjang kuningan yang telah ditimbang
diletakkan didalam bejana seng.
c)
Tanah inseptisol Ø 2mm dimasukkan ke dalam
keranjang kuningan setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa
ditekan.
d)
Tanah yang berada di dalam keranjang kuningan
diteteskan air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada 3
titik tanpa bersinggungan (1 titik = 0,67 ml), kemudian bejana seng ditutup, di
tempatkan di tempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.
e)
Keranjang kuningan dikeluarkan dari
bejana seng, diayak dengan hati-hati hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab,
lalu ditimbang (= b gram).
Perhitungan
:
Kapasitas
Lapang =
x 100 %
+ Ka
Keterangan :
a = Keranjang kuning kosong per gram
b = a + Gumpalan tanah basah
3. Kadar air maksimum tanah
a)
Cawan tembaga porus dan petridis dibersihkan
dan diberi label secukupnya.
b)
Dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring,
dijenuhi air dengan menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan
serbet (lap), dimasukkan ke dalam petridis kemudian ditimbang (= a gram).
c)
Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridis,
di isi dengan tanah inseptisol (Ø 0,5 mm) kurang lebih 1/3-nya, Cawan
diketuk-ketuk perlahan sampai permukaan tanahnya rata, Contoh tanah halus
ditambahkan lagi 1/3-nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus
penuh dengan tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet.
d)
Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam
dengan ditumpu batu dibawahnayaagar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga
porus. Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.
e)
Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga
porus diambil dari bak perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan
dengan colet, dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam cawan
petridis yang digunakan pada waktu penimbangan pertama,lalu ditimbang (= b
gram).
f)
Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 105 - 110ºC.
g)
Setelah waktu pengovenan selesai, cawan
diangkat dengan tang penjepit dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15
menit. Setelah itu kemudian diambil dengan tang penjepit kemudian ditimbang
beratnya (= c gram).
h)
Tanah yang ada di dalam cawan tembaga porus
dibuang, cawan tembaga porus dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan petridis
yang sama lalu ditimbang beratnya (= d gram).
Perhitungan
:
Kadar
air maksimum =
x 100 %
Keterangan :
a = Cawan + kertas saring jenuh + petridish
b = a + Tanah basah jenuh air
c = b + Setelah
dioven 24 jam
d = Petridish + cawan + kertas
saring setelah dioven
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Jenis tanah : Ultisol
1. Tanah Kering Udara
Ulangan
|
Botol timbang kosong ( a g )
|
(a)+contoh tanah (b g)
|
(b) setelah di oven (c g)
|
Kadar air tanah Kering
Udara (%)
|
Ka 1
|
20,75
|
29,24
|
28,74
|
6,25 %
|
Ka 2
|
21,64
|
30,16
|
29,66
|
6,23 %
|
Rata-rata
|
6,24 %
|
Ka =
Ka-1 =
x 100%
=
x 100%
= 6,25 %
Ka-2 =
x 100%
=
x 100%
=
6,23%
KA
Total =
= 6,24 %
2.
Kapasitas Lapang
Ulangan
|
Keranjang Kuningan Kosong (a g)
|
(a)
+
gumpalan tanah basah (b g)
|
Kadar air kapasitas lapang (%)
|
KL-1
|
78,61
|
88,96
|
25,44 %
|
KL-2
|
70,34
|
79,98
|
27,80 %
|
Rata-Rata
|
26,62 %
|
||
KL =
+ 100% + Ka
KL-1 =
x 100% + 6,25%
=
+ 106,25 %
=25,44%
KL-2 =
x 100% + 6,23%
=
+106,23%
=
27,80%
KA
Total =
= 26,62 %
3. Kadar Air Maximum
Ulangan
|
Cawan + kertas saring jenuh +
petridish (a g)
|
(a) + tanah basah jenuh air (b g)
|
(b) setelah dioven 24 jam (c g)
|
Petridish+cawan+kertas saring
setelah dioven (d g)
|
Kadar air maximum (%)
|
KAM-1
|
99,40
|
166,15
|
135,09
|
98,19
|
80,89 %
|
KAM-2
|
93,30
|
166,55
|
129,56
|
92,48
|
97,54 %
|
Rata-Rata
|
89,215 %
|
||||
KAM =
X 100%
KAM-1 =
x 100%
=
x 100%
=
x 100%
=
80,89%
KAM-2 =
x 100%
=
x 100%
=
x 100%
= 97,54%
KAM
Total =
= 89,215%
B.
PEMBAHASAN
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau bebatuan di bawah permukaan
tanah. Air dalam tanah menyebabkan partikel tanah mengembang dan mengkerut
terikat satu sama lain membentuk struktur tanah. Air tanah merupakan salah satu
sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan
dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan, sedangkan kadar air tanah
adalah jumlah air yang terkandung di dalam tanah per satuan tertentu. Air tanah
juga berpern dalam reaksi-reaksi kimia tanah yang dapat melepaskan dan mengikat
unsur hara dalam tanah dan melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah sehingga
menyebabkan kemasaman dan kebasaan dalam air tanah (Soepardi, 1987).
Air
mempunyai beberapa fungsi penting dalam tanah. Air penting dalam pelapukan
mineral dan bahan organic yaitu reaksi yang menyiapkan hara larut bagi
pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai media gerak hara keakar-akar
tanaman. Akan tetapi bila air terlalu banyak, hara-hara akan hilang atau
tercuci dari lingkungan perakaran atau bila evavorasi tinggi, garam-garam laut
mungkin terangkut kelapisan atas tanah dan kadang tertimbun dalam jumlah yang
dapat merusak tanaman (Pairunan, dkk, 1997).
Berikut ini
merupakan kegunaan air bagi pertumbuhan tanaman adalah
Ø Sebagai unsur
hara tanaman
Tanaman
memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk
gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
Ø Sebagai pelarut
unsur hara
Unsur – unsur
hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar – akar tanaman dari larutan
tersebut.
Ø Sebagai bagian
dari sel sel tanaman
Air merupakan bagian
dari protoplasma (Hardjowigeno, 2010).
Tanah
terdapat dua gaya yang berkaitan dengan kendungan air dalam tanah, gaya tersebut
bekerja berlawanan dengan gaya gravitasi. Kedua gaya tersebut adalah gaya adhesi dan
kohesi. Gaya tarik menarik antara tanah dengan air adalah adhesi, sedangkan gaya tarik
menarik antar molekul air disebut kohesi. Hal lain yang penting pada
karakteristik kelembaban tanah adalah kadar air kapasitas lapang dan titik layu
permanen. Kadar air kapasitas lapang merupakan kandungan air yang dapat ditahan
oleh tanah dengan gaya yang sama dengan gaya gravitasi tetapi arahnya
berlawanan atau jumlah air yang dapat ditahan oleh tanah setelah kelebihan air
meresap ke bawah karena gaya gravitasi. Kadar air kapasitas
lapang juga merupakan batas maksimum air yang tersedia bagi tanaman, besarnya
kurang lebih setara dengan kandungan air pada tegangan 1/3 atmosfer. Kadar
titik layu permanen adalah kandungan air tanah dimana tanaman tidak mampu
menyerap air yang cukup untuk mempertahankan turgor sehingga tanaman layu
permanen dan sukar disembuhkan kembali meskipun telah ditambahkan sejumlah air
yang mencukupi.
Kadar air
merupakan komponen utama tanaman yang merupakan 70% - 90% dari berat segar.
Kebanyakan spesies tanaman tak berkayu, sebagian besar air terkandung dalam isi
sel (85% - 90%) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia.
Tetapi air mempunyai peranan lain
dalam fisiologi tanaman dan keadaannya
unik yang cocok dengan sifat kimia dan fisikanya yang diperankan (Foth, 1995).
Kadar dan komposisi
udara tanah sebagian besar ditentukan oleh hubungan air dan tanah. Udara tanah
yang terdiri dari campuran gas itu bergerak menuju ke pori-pori yang belum diduduki
oleh air(Buckman,1982).
Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume tanah
tertentu (Hakim, 1986).
Menurut
Hardjowigeno (1993) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap)
oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase
yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah oleh adanya
gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Adanya gaya-gaya tersebut maka air alam
tanah dapat dibedakan menjadi :
1.
Air Higroskopis
Air
higroskopis adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah
dengan air. Air higroskopis merupakan selimut air pada permukaan butir-butir
tanah.
2.
Air Kapiler
Air
kapiler adalah air dalam tanah yang gaya kohesi dan adhesi lebih kuat dari
gravitasi. Air ini dapat bergerak secara horizontal (ke samping) atau vertikal
(ke atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar air kapiler merupakan air
yang tersedia ( Madjid, 2007). Air kapiler ini dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Titik Layu
Permanen
Titik
layu permanen ini disebut juga koefisien layu atau kelembaban tanah kritis,
yaitu kandungan air tanah (% volume) yang paling sedikit sehingga akar tanaman
tidak mampu menyerapnya. Akibatnya tanaman mulai layu dan kemudian mati
(Sarief, 1986).
b.
Kapasitas
Lapang
Keadaan
air pada kapasitas lapang ini adalah jumlah kandungan air (% volume) dakam
tanah sesudah air gravitasi turun sama sekali. Tanah pada keadaan ini
mengandung air yang terbanyak bagi tanaman, yaitu pori makro terisi oleh udara
dan air yang tesedia, sedangkan pori-pori mikro diisi seluruhnya oleh air
(Sarief, 1984).
3.
Air Gravitasi
Air
gravitasi adalah air yang bergerak kedalam, melalui, atau keluar dari tanah
dibawah pengaruh gaya gravitasi. Air gravitasi berada dalam pori makro dan
bergerak bebas menembus ruang pori makro dalam responnya terhadap perbedaan
tekanan air yang sangat kecil atau gaya gravitasi (Foth, 1995).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat
digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya,
absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan
tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah
ditunjukkan dengan baik (Buckman, 1982).
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan air
tanah antara lain :
(1) Tekstur tanah
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain
oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempuyai daya menahan air
lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang
ditanam pada tanah pasir umumya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah
bertekstur lempung atau liat (Hardjowigeno, 2010).
(2) Kadar bahan organic tanah
Kadar air tanah
dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin tinggi
kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam
kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi (Hanafiah, 2007).
(3) Senyawa kimia
Tanah merupakan suatu kompleks yang terdiri atas komponen padat, cair dan
gas. Sebagai contoh, tanah geluh pasir (silt loam) yang memiliki tekstur ideal
bagi pertumbuhan tanaman, porsi komponen padatnya pada horison permukaan
menempati volume sekitar 50 % (45 % mineral dan 5 % bahan organik), komponen
gasnya (udara) sekitar 20-30 % dan sisanya komponen air juga menempati sekitar
20-30 %. Tentu saja agihan (distribution) gas dan air dalam ruang pori tanah
dapat berubah dengan cepat tergantung pada faktor cuaca dan sejumlah faktor
lainnya.
Unsur-unsur yang biasanya ditemukan
dalam jumlah paling banyak adalah: O, Si, Al, Fe, C, Ca, K, Na dan Mg. Ini merupakan
unsur-unsur utama yang banyak ditemukan dalam kerak bumi atau bahan endapan
(sediments). Oksigen merupakan unsur yang paling umum dijumpai dalam kerak bumi
dan tanah. Unsur ini menyusun sekitar 47 %
berat kerak bumi dan lebih dari 90 % volume kerak bumi (Berry dan Mason, 1959).
(4) Kedalaman solum
Tanah bersolum dalam mempunyai air tersedia lebih
banyak dibandingkan dengan tanah dangkal.
selain faktor diatas ketersediaan air tanah juga dipengaruhi oleh iklim dan
tanaman ,faktor iklim yang berpengaruh meliputi curah hujan,temperatur,dan
kecepatan angin,yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan
evapotranspirasi.Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman
perakaran,toleransi terhadap kekeringan,serta tingkat dan stadia
pertumbuhan,yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman
(Hanafiah, 2007).
Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel tanah,
kedalaman tanah dan pelapisan tanah. Tektur tanah yang halus menyebabkan
menyebabkan porositasnya rendah sehingga mampu menahan air. Tinggi rendahnya
kadar air maksimum tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga mempunyai
tekstur yang berbeda pula (Hakim, 1986).
Tanah kering udara adalah tanah yang tidak terkena cahaya matahari langsung
(Dymas,2009). Kadar air udara adalah Tanah terdiri dari partikel-partikel yang
di antaranya terdapat rongga-rongga yang dapat diisi oleh udara. Kandungan
udaranya bervariasi tergantung dengan tekstur tanahnya. Udara tanah sangat
penting bagi timbuhan dan organisme lainnya. Kandungan udara tanah berbeda
dengan atmosfer, karena dipengaruhi hasil metabolisme dalam ruang yang sempit.
Kandungan Oksigen lebih sedikit (0,04%) dibandingkan dengan kandungan
karbondoiksida 10% (Anggraeni, 2012).
Kapasitas Lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.
Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar
tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat
akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi
layu (titik layu permanen) (Hardjowigeno, 2010).
Kadar air maksimum
yaitu apabila pori terisi lengas maka tanah jenuh air dan merupakan kondisi
maksimum pengikatan lengas atau porositas total. Pada kondisi alamiah
dapat terjadi pada :
a)
Permikaan tanah setelah
hujan;
b)
Tanah setelah
diairi/digenangi;
c)
Tanah lapisan bawah
permukaan yang jenuh air;
d)
Jeluk/kedalaman 5-10 mm
di atas tanah jenuh air(karena terjadi kenaikan kapiler) (Sutanto, 2005).
Tanah mempunyai kapasitas lapang apabila tanah kering
yang dibasahi dengan air sampai air yang membasahi tanah tersebut bergerak
kapiler dan gaya gravitasinya tidak mampu lagi menurunkan air itu lebih lanjut.
Pengukuran kapasitas lapang secara lebih teliti dengan memasukkan tipe tanah
yang diukur kapasitasnya ke dalam suatu tabung gelas silinder. Tanah yang
hendak diukur kapasitas lapangnya terlebih dahulu dikeringkan dan dihaluskan
sampai terurai menjadi partikel menjadi partikel kecil kemudian di atas tanah
tadi dituangkan sejumlah air dan membiarkannya meresap turun ke dalam tabung
dan diusahakan ada penguapan air pada permukaan atas tanah.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan pada tanah inseptisols yaitu diketahui bahwa kadar
air tanah kering udara adalah 6,24%,
kapasitas lapang 26,62 %, kadar air
maksimum tanah 89,215 %, dari hasil pengamatan bahwa tanah yang diamati memiliki kadar air yang
cukup besar.
Tanah Ultisol memiliki
tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Munir, 1996).
Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986).
Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986).
Tanah ini umumnya
berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan
bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering
di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Problem tanah ini adalah
reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan
fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan,
keadaan tanah yang sangat masam sangat menyebabkan tanah kehilangan kapasitas
tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar,
karena perkembangan muatan positif, dan dicirikan dengan warna tanah yang
merah-kuning.(Hardjowigeno,1993).
Ciri morfologi yang
penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat dalam jumlah
tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam Soil Taxonomy (Soil Survey
Staff 2003). Horizon tanah dengan peningkatan liat tersebut dikenal sebagai
horizon argilik. Horizon tersebut dapat dikenali dari fraksi liat hasil
analisis di laboratorium maupun dari penampang profil tanah. Horizon argilik
umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang
menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya berkembang
di atas horizon argilik (Soekardi et al. 1993).
Tanah berordo Ultisols kebanyakan memiliki sifat tanah yang masam, karena material di dalam profil tanah banyak mengandung mineral kuarsa dan seskuioksida besi (Fe) dan aluminium (Al), sementara mineral- mineral lainnya amat sedikit. Berdasarkan hal ini ditambah beberapa ciri lainnya. Mineral-mineral tersebut memiliki kapasitas menahan hara (KTK) yang rendah, demikian pula potensi kandungan hara rendah
Tanah berordo Ultisols kebanyakan memiliki sifat tanah yang masam, karena material di dalam profil tanah banyak mengandung mineral kuarsa dan seskuioksida besi (Fe) dan aluminium (Al), sementara mineral- mineral lainnya amat sedikit. Berdasarkan hal ini ditambah beberapa ciri lainnya. Mineral-mineral tersebut memiliki kapasitas menahan hara (KTK) yang rendah, demikian pula potensi kandungan hara rendah
Semakin besar
diameternya maka berat tanahnya semakin kecil sehingga kemampuan menahan juga
kecil. Berat dan ruang pori tanah bervariasi dari satu horizon yang lain, sama
halnya dengan sifat-sifat tanah lainnya dan dua variable ini dipengaruhi oleh
struktur dan tekstur tanah (Hakim, 1986).
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu
persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan
karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada
volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah
tanah dikeringkan dengan oven pada suhu
1050 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang
karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut.
Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik
dengan luas permukaan maupun volume ruang pori, kapasitas menahan air karenanya
berhubungan dengan struktur dan tekstur. Tanah-tanah dengan tekstur halus
mempunyai maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air tersedia
yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur sedang. Penelitian menunjukkan
bahwa air tersedia pada beberapa tanah berhubungan erat dengan kandungan debu
dan pasir yang sangat halus. Begitu tekstur menjadi lebih halus, suatu
persentase kecil dari air pada kapasitas lapang tersedia, sekitar 40% untuk
liat (Foth, 1995).
Pada beberapa jenis tanah, kadar air optimum untuk
pengolahan
tanah mempunyai kisaran yang berbeda. Untuk tanah
berliat memiliki kadar air dengan kisaran sempit, sedangkan untuk tanah
berpasir memiliki kadar air dengan kisaran lebar. Namun secara umum harus
ditekankan pada hasil yang optimum dengan biaya dan enerji minimum.), penetapan
kadar air optimum untuk pengolahan tanah ditentukan menggunakan kurva retensi
air. Parameter-parameter yang digunakan adalah seperti pada persamaan van
Genuchten, terdiri atas dua cara. Cara pertama adalah menggunakan fungsi
pedo-transfer, dengan parameter-parameter yang
mempengaruhi fungsi tersebut, yaitu kadar liat, bahan
organik, dan bobot isi. Bobot isi merupakan faktor yang berpengaruh langsung
terhadap pendugaan kadar air dalam pengolahan tanah, dan kadar liat dan bahan
organik, secara tidak langsung mempengaruhi perubahan bobot isi. Kadar air
tanah optimum diidentifikasikan sebagai perubahan titik posisi kadar air tanah
pada kurva retensi air. Kadar air tanah pada batas tertinggi (basah) dapat
diperkira-kan sebagai nilai tetap (0,4) terhadap
Kadar air optimum dan dalam keadaan jenuh. Batas
terendah (kering), oleh Dexter dan Bird (2001) ditetapkan berubah-ubah, seperti
kadar air untuk kekerasan tanah mempunyai nilai dua kali kadar air optimum. Hal
ini didasarkan pada teori efektivitas stres air yang digambarkan oleh Greacen
(1960), dan Mullins dan Panayiotopoulos (1984).
Kadar air tanah kerng angin adalah sejumlah air yang terkandung di
dalam suatu benda, seperti tanah (yang disebut juga kelembaban
tanah), bebatuan, bahan pertanian, dan sebagainya. Kadar air digunakan
secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik dan diekspresikan dalam rasio, dari
0 (kering total) hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air. Nilainya
bisa secara volumetrik ataupun gravimetrik (massa), basis basah maupun basis
kering.
Kering angin : Kadar air tanah setelah
diangin-anginkan di tempat teduh sampai mencapai keseimbangan
dengan kelengasan atmosfer (Pahlevi, 2003).
Kadar air kering udara berguna untuk mengetahui
kadar air yang terkandung pada sampel tanah atau tanaman yang sudah dikering
udarakan. Berfungsi sebagai faktor kadar air pada setiap perhitungan analis (Endriyani ,2008).
Adapun
manfaat mengetahui kadar air tanah yaitu untuk mengetahui proses pelapukan
mineral dan bahan organik tanah yaitu reaksi yang mempersiapkan hara yang larut
bagi pertumbuhan tanaman, menduga kebutuhan air selama proses irigasi,
mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya simpan lengas tanah (Endriyani,2008).
Kapasitas lapang, yaitu air
yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua. Kondisi
kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah
dibiarkan selama 48 jamsehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi kapsitas
lapang, tanah tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman,karena pori makro
berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air.Titik layu permanen,
yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman tidak mampu
menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan mak tanaman
akan mati. Titik layu permanen disebut juga sebagai koefisien layu tanaman. (Hardjowigeno, S. 1987).
Kadar air
maksimum p
A Kadar air maksimum adalah
banyaknya air maksimum yang dapat diserapoleh tanah. Pada praktikum yang kami
lakukan untuk menentukan kadar airmaksimum digunakan lima jenis tanah (Hardjowigeno,
1987).
1.
Kadar air kering udara
Hasil pengamatan kelompok kami didapat bahwa tanah Ultisol 2mm mempunyai
kadar air tanah kering udara pada cawan pertama 6,25 % ,cawan kedua
. Dari kedua
cawan tersebut diambil rata-ratanya sebesar 6,24 % Kadar kering
udara pada tanah kering cawan 1 dan cawan 2 berbeda dalam persentasenya, tetapi
kemampuan untuk menahan airnya sama.Keadaan tersebut dapat
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah dan kedalaman solum di
dalam ring sampel. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa
kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum,
makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar air,
serta makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi. didalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori-pori inipenting
oleh karena ruang pori-pori ini diisi oleh air dan udara (Hakim, 1986).Tanah
dengan diameter 0,5 mm memiliki kadar air lebih besar karena luaspermukaan
besar sehingga semakin kuat menyerap air, sedangkan tanah dengandiameter 2 mm
kadar airnya lebih rendah. Berat tanah juga berhubungan dengan jumlah
ruang pori-pori (Hakim, 1986). semakin besar diameternya maka berat tanahnya semakin kecil sehingga kemampuan menahan air juga kecil. Berat dan ruang
pori-pori tanah bervariasi dari satu horizon ke horizonyang lain, sama halnya
dengan sifat-sifat tanah lainnya dan dua variabel ini dipengaruhi
oleh struktur dan tekstur tanah (Hakim, 1986). Tanah-tanah organic memiliki nilai kerapatan isi yang sangat rendah
dibandingkan dengan tanah mineral. Tergantung dari sifat-sifat bahan organis yang menyusun
tanahorganic itu dan kandungan air pada saat pengambilan contoh. Tanah
bertekstur halus menahan air lebih banyak pada seluruh selang energi
dibandingkandengan tanah bertekstur kasar. Hal ini dimungkinkan karena tanah
bertekstur halus mempunyai bahan koloodal, ruang pori dan permukaan adsortif yang
lebih banyak (Hakim,
1986)
1.
2. Kapasitas lapang
Pada pengamatan yang dilakukan kelompok kami
pada KL-1 di dapat
dan KL-2
%. Dari kedua
percobaan tersebut didapatkan rata-ratasebesar 26,62 %.. Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan
ruangpori-pori total pada setiap jenis tanah berbeda sebab ruang pori-pori
total padatanah berpasir semakin rendah, tetapi sebagian dari pori-pori itu
terdiri daripori-pori yang besar dan sangat efisien dalam lalu lintas air
maupun udara. Hal ini sesuai literature yang
menyatakan bahwa jika pemberian air pada permukaan tanah dihentikan, air akan
turun ke bawah lebih cepat
(Pahlevi, 2003).
Persentase volume yang ditempati oleh pori-pori
kecil, dalam tanah-tanahberpasir adalah rendah, yang menunjukkan kapasitas
lapang rendah. Sebaliknyatop soil yang bertekstur halus, memiliki lebih banyak
ruang pori-pori total yangsebagian besar terdiri dari pori-pori kecil. Kapasitas lapang merupakan suatu keadaan tanah
yang cukup lembabyang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh
tanah terhadapgaya tarik gravitasi (Pahlevi, 2003).
Kapasitas
lapang tanah terjadi bila air memasuki tanah,udara dalam tanah terdesak dan
tanah menjadi basah artinya seluruh ruang pori-pori tanah terisi air. Tanah
demikian dikatakan jenuh dengan air dan beradapada kemampuan retensi maksimum.
Dalam hal ini lapisan air sekeliling danantara partikel-partikel tanah sangat
tebal. Tegangan yang terdapat permukaanlapisan air sangat kecil atau hampir 0
atm. Akibatnya sebagian air yang ditahanpada ruang pori yang besar mudah
ditarik atau mengalir ke bawah karena gayagravitasi, sehingga air menipis. Bila tebal lapisan air menipis, tegangan pada
batas antara air dengan udarameningkat dan akhirnya begitu besar sehingga
menghentikan gerakan air kebawah. Air dalam ruang pori makro tidak ada lagi
tetapi masih tetap dalam porimikro. Keadaan ini terjadi
pada permukaan lapisan air berkisar 1/3 atm(Hakim,1986).
3. Kadar air
maksimum
Kadar air maksimum adalah banyaknya air maksimum yang dapat diserapoleh
tanah. Pada praktikum yang kami lakukan untuk menentukan kadar airmaksimum dari
tanah ultisol. Pada pengamatan yang dilakukan kelompok kami pada KAM-1 di dapat
dan KAM-2
%. Dari kedua
percobaan tersebut didapatkan rata-ratasebesar 89,215 %.Dari hasil dapat diketahui bahwa kadar air
maksimum tanah ultisol sangat tinggi.Menurut
literature Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh
daya hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah
(Hakim, 1986).
Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung parameter sifat-sifat
tanah.Humus merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk
dan bercampur dengan mineral tanah. Sumber bahan organik tanah adalah hasil
fotosintesis, yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, serta tanaman
lainnnya (Hakim, 1986)..
Kandungan air tanah antara kapasitas lapang dan
titik layu permanen disebut total air tanah tersedia (TAW, Total Available
Water). Titik kritis adalah batas minimum air tersedia yang dipertahankan
agar tidak habis mengering diserap tanaman hingga mencapai titik layu permanen.
Titik kritis ini berbeda untuk berbagai jenis tanaman, tanah, iklim serta
diperoleh berdasarkan penelitian di lapangan (Benami dan Offen, 1984 dalam
Yanwar , 2003).Kandungan air antara kapasitas lapang dan titik kritis disebut
RAW (Readily Available Water). Perbandingan antara RAW dengan total air
tanah yang tersedia dipengaruhi oleh iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis
tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman (Raes,1988).
Kapasitas lapang adalah keadaan
tanah yang cukup lembab yang menunjukan air terbanyak yang dapat ditahan oleh
tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah
tersebut terus menerus diserap oleh akar tanaman atau menguap sehingga tanah
makin lama makin mengering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap
air tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen)..
Kandungan
air tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut total air
tanah tersedia (TAW, Total Available Water). Titik kritis adalah batas
minimum air tersedia yang dipertahankan agar tidak habis mengering diserap
tanaman hingga mencapai titik layu permanen. Titik kritis ini berbeda untuk
berbagai jenis tanaman, tanah, iklim serta diperoleh berdasarkan penelitian di
lapangan (Benami dan Offen, 1984 dalam Yanwar , 2003).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat
digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya,
absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan
tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah
ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
Kadar air dalam tanah Ultisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu
persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena
dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume
tanah tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan
beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau
hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron.
Menurut Hanafiah (2007) bahwa
koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi
ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari:
a.
Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana
seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
b.
Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal
lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan
antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
c.
Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi
air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman
untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
d.
Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah
terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah.
Selain itu untuk menentukan ketersedian air tanah juga
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu.
a.
Kadar Lengas
Lingkup lengas tanah adalah petunjuk umum tentang keadaan lengas tanah.
Secara kasar menunjukan tanah berada dalam keadaan kering atau lembab
berdasarkan keadaan dalam penggal baku tanah (Soil ontrol ection), yaitu
mintakat antara jeluk 10 dan 30 cm dalam tanah lempungan atau antara 30 dan 90
cm dalam tanah pasiran. Penetapan kadar lengas tanah dapat dilakuakn secara
tidak langsung atau langsung. Metode langsung diartikan sebagai metode dimana
air dikeluarkan dari sampel misalnya melalui evaporasi selanjutnya jumlah air
yang dikeluarkan tersebut ditentukan. Cara yang paling umum digunakan dalam
menentukan jumlah air yang dikeluarkan adalah dengan mengukur kehilangan berat
sample. Penetapan kadar lengas secara tidak langsung dilakuan dengan
mengevaluasi perubahan sifat-sifat bahan yang berkorelasi dengan keberadaan air
di dalam tanah.
Dua sifat-sifat tersebut yang paling banyak digunakan adalah :
1. Jumlah dan
laju penyebaran neutron.
2. Konduktifitas
dan kapasitas listrik didalam tanah.
Keuntungan
dari metode tidak langsung ini adalah pengukuran dapat dilakukan secara cepat
dan tidak mengganggu lingkungan disekitarnya. (Poewowidodo, 1992).
b.
Berat Volume
dan Berat jenis
Pengukuran BV pada prinsipnya dilakukan dengan menghitung berat partikel-partikel
padatan tanah total termasuk volume padatan, cairan dan udara. Pengukuran BJ
dilakukan dengan menetapkan berat partikel-partikel padatan dan volume dari
padatan itu sendiri, tidak termasuk udara dan volume cairan. BV umumnya
ditentukan dengan metode ring sampel dan metode lilin sedangkan BJ tanah
umumnya ditetapkan dengan menggunakan metode Pyonometer. Meskipun pyonometer
itu sendiri dapat juga diganti dengas gelas ukur, prinsip kerja keduanya adalah
sama. Variasi dari metode ini juga terjadi pada larutan yang digunakan untuk
menetapkan volume partikel padatan. Sabagaian ahli merekomendasikan minyak
tanah, sedangkan yang lain cukup dengan menggunakan aquades.
c. porositas Total .
Pengukuran porositas total
tanah pada prinsipnya adalah menentukan volume ruang pori yang ada diantara
partikel-partikel padatan, nilai Pt dapat ditentukan melalui dua cara yaitu
pengukuran dan perhitungan. Metode yang umum digunakan ialah menggunakan contoh
tanah utuh di dalam ring sampel. Metode lain adalah dengan menggunakan metode
thinsection. Keragaman berat volume tanah sangat bergantung pada jenis fraksi
penyusunan tanah termasuk tekstur tanah. tanah-tanah yang bertekstur jarang
biasanya biasanya mempunyai berat volume yang lebih rendah dibandingkan dengan
tanah yang agak pejal. pertumbuhan akar akan terhambat pada tanah-tanah yang
mempunyai berat volume lebih dari 1,6 g/cm3. Perkembangan akar akan terhenti
pada tanah yang mempunyai berat volume antara 1,7 hingga 1,9 g/cm3 sementara
itu nilai berat jenis sangat mendekati 2,65 g/cm3 dengan standar deviasi tidak
lebih dari 0,15 g/cm3. Nilai BV dari Bj yang terendah ditemui pada horizon O
yang banyak mengandung bahan organik dan tertinggi pada horizon B
( Suhardi, 1997 ).
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa. Kadar
dan komposisi udara tanah sebagian besar ditentukan oleh hubungan air dan
tanah. Kadar air tanah
merupakan perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat
kering tanah tersebut.Tinggi
rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan ruang pori-pori
total pada setiap jenis tanah berbeda. Tinggi rendahnya kadar air maksimum
tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga mempunyai tekstur yang
berbeda pula tergantung jenis tanah tersebut
Data yang kami peroleh dari hasil perhitungan untuk rata-rata kadar air
tanah Adisol adalah
sebagai berikut:
a.
Kadar air tanah kering udara sebesar
dengan rata rata 6,24 %
b.
Kadar air kapasitas lapang tanah sebesar dengan rata rata 26,62%
c. Kadar air
maksimum tanah sebesar dengan rata rata 89,215%
B. SARAN
1. Lebih teliti
dalam mengukur kadar air dengan menggunakan timbangan hati hatilah.
2. Berhati
hatilah jika dalam penelitian hendaklah kita membaca doa sebelum melakukan
apapun
DAFTAR PUSTAKA
Basma A.2008. Cyclic
swelling Behavior of clays.
Journal of Geotechnical Engineering, ASCE, 8 (4 ) :45-62
Buckman,
Harry O dan Nyle C. Brandy. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya
Aksara : Jakarta.
Endriyani.
2008. Analisis Hubungan Berat Isi Kering Maksimum dan Kadar Air Optimum
Berdasarkan Batas Plastis dan Batas Cair,
6 ( 4) : 35-48.
Foth,
Henry D., 1988, Dasar-dasar Ilmu Tanah , Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Dalla Costa, L, and G. Gianquinto. 2002. Water Stress and Watertable Depth Influence Yield, Water Use
Efficiency, and Nitrogen Recovery in Bell Pepper : Lysimeter Studies. Aust. J. Agric. Rec. Vol 53 :201-210
Haryati, Umi.
2010. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air untuk Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan Melalui berbagai Teknik Irigasi pada Typic Kanhapludult Lampung. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Jhohar, R.K, A.A.M.F.R. Smit and C.W.J. Roest. 2009. Assessment of Alternative Water Management
Option for Irrigated Agriculture.
Agric. Water Manage. 96 (2009) 975 – 981.
Elsevier. B.V Withers, B dan S. Vipond. 1974. Irrigation : Design and Practice. Bestford Academic and Educational Limited. London. Pp.
73-74
Hakim,
Nurhajati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. UNILA : Lampung.in
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah Cetakan 1. Mediyatama Sarana
Perkasa: Jakarta.
Pahlevi,
Heriyani. 2003. Perubahan Tahanan Tarik Pembajakan pada Perubahan
Kadar
Air Tanah dan Kecepatan Olah Menggunakan Berbagai Jenis Bahan . Jurnal Ilmu
Tanah, 6 ( 3) : 54-68.
Buckman, H.
O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Darmawijaya,
Isa. 1997.Klasifikasi Tanah. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Foth, Hendry D., 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University
Press.
Yogyakarta.
Hakim. N.,
dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung . Lampung.
Hanafiah,
Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Pt. Raja Grafindo Persada . Jakarta.
Hardjowigeno,
S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis (edisi pertama). Akademika
Pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno,
S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo. Jakarta.
Majid,
Abdul. 2007. Sifat Fisika Tanah. Erlangga. Jakarta.
Pairunan, dkk. 1997. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Timur.
Sarief,
Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Sutanto,
R. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisus.Yogyakarta.
Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta.
Jakarta.
Titik. 1995.
Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang.
Rudi, I. 2004. Pengaruh Kadar Air
Optimum dengan Variasi Kepadatan terhadap Potensi dan
Tekanan Mengembang pada Tanah Ekspansif. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 4 (2) :189.
Ruslan W. 2008. Pengaruh Kandungan Air
Terhadap Kegemburan Tanah. Jurnal Ilmu Tanah. 4 ( 3) : 60-75.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar