BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah
adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit
(lapisan partikel halus). Tanah merupakan kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian
besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat
mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat
yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap
bahan induk dalam jangka waktu tertentu. Tanah memilik sifat fisik maupun
kimia. Sifat fisik tanah meliputi: tekstur tanah, struktur tanah,bobot isi tanah warna tanah, dan konsistensi tanah kadar air
tanah. Sedangkan sifat kimia tanah meliputi ph tanah, kandungan karbon organic,
kandungan nitrogen.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan
terpenting. Di dalam program uji tanah
a,nalisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar
hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,
hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili
areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena
itu pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah.
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah. Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil analisa dilaboratorium. Metode atau cara pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yag perlu diperhatikan .
Contoh tanah adalah suatu volume
massa tanah yang di ambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum)
dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti .
Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 3 teknik dasar yaitu
pengambilan contoh tanah secara utuh/tak tersusik pengambilan contoh tanah tak utuh/terusik,
pengambilan contoh tanah dengan agregat utuh.
B.
TUJUAN
Menyiapkan contoh
tanah kering/udara dengan diameter 2mm dan contoh tanah halus 0,5mm yang
digunakan untuk penetapan kadar air, derajat kerut tanah dan pengenalan contoh
tanah dengan indera.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanah merupakan salah satu
sumber daya alam utama yang ada di planet bumi serta merupakan kunci
kerberhasilan makhluk hidup. Tanah adalah lapisan tipis kulit bumi dan terletak
paling luar. Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun atas mineral dan
bahan organik.Tanah sangat berperan dalam kehidupan makhluk hidup di bumi
karena tanah membantu pertumbuhan tumbuhan dengan menyediakan hara,air dan
unsur-unsur yang di perlukan tumbuhan untuk tumbuh sekaligus sebagai penopang
akar Tanah juga menjadi habitat hidup bagi makhluk mikroorganisme.Bagi sebagian
besar hewan darat, tanah menjadi tempat untuk hidup dan bergerak.Dari segi
klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan
erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda
pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari
tanah.Tanah merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik) yang
bercampur dengan bahan organik. Tanah mengandung partikel batuan atau mineral,
bahan organik ( senyawa organik dan organisme ) air
dan udara. Mineral merupakan unsur utama tanah. Pada umumnya mineral terbentuk
dari padatan anorganik dan mempunyai komposisi homogen. Tanah terbentuk melalui proses alami dan berlangsung sangat
lama. Selain itu terdapat hubungan antara perkembangan lapisan tanah dan
perkembangan tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia. Jenis tanah memiliki perbedaan
antara satu tempat dengan tempat lainnya. Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa
Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
organik. Tanah sangat vital
peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk
hidup dan bergerak (Hakim,
1986).
Tanah
mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa
padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu
berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian,
tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman
harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan
terbebas dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan
demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat
memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman.Pengambilan contoh tanah
merupakan tahapan penting u ntuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium.
Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di laboratorium harus dapat
menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan. Keuntungan
penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium dapat
dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak.
Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat destruktif,
karena dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas
pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas sistem yang
ada di dalam tanah, dan sebagainya. Sifat-sifat fisik tanah yang dapat
ditetapkan di laboratorium mencakup berat volume (BV), berat jenis partikel (PD
= particle density), tekstur tanah, permeabilitas tanah, stabilitas
agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total (RPT),
pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum
untuk pengolahan,plastisitas tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (COLE =coefficient
of linier extensibility), dan ketahanan geser tanah (Vanden , 2008).
Pengambilan
contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk
mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada
lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan
suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta
tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah dilakukan
menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil sample),
dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu bidang
lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen. Analisis sifat fisik tanah
memerlukan contoh tanah yang berbeda, tergantung tujuannya. Ada beberapa jenis
contoh tanah, diantaranya contoh tanah utuh (undisturbed soil sample),
agregat utuh (undisturbed soil aggregate), dan contoh tanah tidak
utuh (disturbed soil sample) yang peruntukan analisisnya berbeda ( Hillel, . 2008).
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang
diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan
sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat fisika tanah dapat dianalisis
melalui dua aspek, yaitu disperse dan fraksinasi. Untuk mencari atau mengetahui
sifat-sifat fisik tanah dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan 3
cara yaitu : pengambilan dalam keadaan agregat tidak terusik, pengambilan tanah
tidak terusik, dan pengambilan tanah terusik (Agus, 2009).
Cara pengambilan contoh tanah yaitu:
a. Contoh tanah utuh: yang diperlukan
untuk analisa penetapan berat isi atau berat volume, agihan ukuran pori, dan
untuk permeabilitas.
b. Contoh tanah tidak utuh : yang
diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, , kenaikan kapiler,
konsistensi, wana tanah.
c. Contoh tanah
dengan agregat utuh: digunakan untuk penetapan kemantapan agegat utuh. Potensi
mengembang dan mengkerut dinyatakan dalam nilai COLE(coefficient of linier extensibility)(
Hillel, 2008).
Salah satu hal penting dan perlu mendapatkan
perhatian dalam pengambilan contoh tanah adalah ukuran dan jumlah contoh agar
diperoleh tingkat keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas tanah.
Salah satu sifat tanah yang heterogenitasnya tinggi adalah porositas tanah.
Porositas tanah dapat berbeda dalam jarak, hanya beberapa sentimeter bahkan
milimeter. Jika nilai porositas tanah ditetapkan berdasarkan volume contoh
tanah yang kecil atau tidak memadai, maka sangat besar kemungkinannya nilai
porositas yang ditetapkan terlalu kecil atau terlalu besar dari yang
sebenarnya. Hal tersebut akan menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasi
berbagai aspek tanah yang berkaitan dengan pori tanah seperti perkolasi,
pencucian, aliran permukaan, dan lain-lain. Volume dan jumlah contoh tanah yang
terlalu besarpun tidak diinginkan karena akan menyulitkan dalam menanganinya
yang akan mempengaruhi kualitas data. Volume dan jumlah contoh tanah yang
sedikit adalah yang baik, namun hasil analisisnya mendekati kondisi sifat tanah
yang sebenarnya, yang ditunjukkan oleh perbedaan yang kecil antara hasil
pengukuran satu dan lainnya (Peck, 1980).
Dalam hal perencanaan pengambilan contoh tanah perlu
diperhatikan hal-hal berikut (Domburg et al, 1994) :
1.
Maksud pengambilan contoh : sasaran
wilayah, sasaran waktu, sasaran peubah, sasaran parameter.
2.
Kendala-kendala : finansial, logistik,
dan operasional.
3.
Cara pengambilan contoh : bentuk contoh
dan tujuan pengambilan contoh.
4.
Cara-cara penetapan : pengukuran
lapangan dan/atau analisis laboratorium.
5.
Rancangan pengambilan contoh : ukuran
sampel dan bagaimana lokasi sampel dipilih.
6.
Titik pengambilan contoh terpilih.
7.
Membuat susunan pencatatan data dan
pekerjaan lapangan.
8.
Metode analisis statistik.
9.
Dugaan biaya operasional dan ketepatan
hasil.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat Dan
Bahan
Alat dan
bahan yang digunakan adalah tanah
kering, mortar dan penumbuknya, saringan berukuran 0,5mm, 1mm,
2mm, tambir peranginan, label, spidol, plastik.
B.
Prosedur
Kerja
1.
Contoh tanah
ditumbuk dalam mortar, kemudian diayak denan saringan yang berdiameter 0,5mm,1mm,2mm.
2.
Contoh tanah
dimasukkan kedalam kantong platk dan diberi label dimasing masing tanah tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Tanah adalah suatu benda alami yang
terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral
sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium
pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan
dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya
waktu pertumbuhan(Hakim, 1986).
Tanah terbentuk dari bahan-bahan
mineral organic, air serta udara tersusun di dalam ruangan yang membentuk tubuh
tanah. Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah itu, maka terjadilah
perbedaan morfologi, kimia, fisis dan biologi dari tanah yang berbeda-beda
pula. Dalam tanah terdiri dari empet komponen utama ialah bahan mineral, bahan
organic, udara dan air tanah (Nasih ,2009).
PENGERTIAN TANAH MENURUT PARA AHLI
1.
J.J. Berzelius (swedia, 1803), tanah adalah sebagai laboratorium
kimia tempat proses dekomposisi dan reaksi kimia yang berlangsung secara
tersembunyi.
2.
Justus Von Liebig (jerman 1840), mengajuka teori keseimbangan hara
tanaman (theory balanchesheet of plan naturation), yang menganggap tanah
sebagai tabung reaksi dimana dapat di ketahui jumlah dan jenis hara tanamannya.
3.
Fiedrich Fallon (1855), ahli geologi tanah adalah lapisan bumi
teratas yang terbentuk dari batu-batuan yang telah lapuk.
4.
Ahli fisika bumi, A.S. Thaer (1909)
tanah adalah bahan-bahan yang remah dan lepas-lepas yang merupakan akumulasi
dan campuran berbagai bahan terutama terdiri atas unsur-unsur Si, Al, Ca, Mg,
Fe dan unsur-unsur lainnya.
5.
Thornbury (1957), seorang ahli geomorfologi tanah sebagai bagian dari permukaan
bumi yang ditandai oleh lapisan yang sejajar dengan permukaaan bumi, sebagai
hasil modifikasi oleh proses-proses fisik, kimiawi, maupun biologis yang
bekerja di bawah kondisi yang bermacam-macam dan bekerja selama periode
tertentu.
6.
Dokuchaiev (Rusia 1855) tanah adalah
bentukan-bentukan mineral dan organic dipermukaan bumi, yang sedikit banyak
selalu diwarnai oleh humus, sebagai hasil kegiatan kombinasi bahan-bahan
seperti jasad-jasad baik yang hidup maupun yang mati, bahan induk dan relief.
7.
C.F. Marbut (Rusia 1914) tanah
sebagai lapisan luar kulit bumi yang biasanya bersifat tidak padu
(unconsolidated), gembur mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan bahan di
bawahnya dalam hal warna, struktur, sifat-sifat fisik, susunan kimiawi,
proses-proses kimia, sifat biologi dan morfologinya.
8.
Schroeder (1984) tanah adalah hasil
pengalihragaman (transformation) bahan mineral dan organik yang berlangsung di
muka daratan bumi di bawah pengaruh factor-faktor lingkungan yang bekerja
selama waktu sangat panjang, dan maujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi
dan morfologi tertakrifkan (definable).
9.
SSM-USDA (1989) tanah diartikan
sebagai kumpulan tubuh-tubuh alam dipermukaan bumi yang dibeberapa tempat
diubah atau dibuat oleh orang menjadi bentuk-bentuk tertentu, yang mengandung
mahkluk hidup dan menopang atau mampu untuk tumbuh tanaman secara alami.
10. Humphry
Davy (Inggris 1913), tanah
adalah sebagai laboratorium alam yang menyediakan unsur hara bagi tanaman.
11. Romman
(Jerman 1917) tanah adalah sebagai bahan batuan yang sudah di rombak
menjadi partikel-partikel kecil yang telah berubah secara kimiawi bersama-sama
dengan sia-sia tumbuhan hewan yang hidup di dalam dan di atasnya.
12. Wenner
(1918), tanah adalah hitam
tipis yang menutupi bahan padat kering, terdiri atas partikel-partikel kecil
yang remah dan sisa-sisa vegetasi dan hewan tanah adalah medium bagi tanaman.
13. Alfred
Mistscherlich (1920), tanah
adalah campuran bahan padat berupa partikel-partikel kecil air dan udara yang
mengandung hara dan dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
14. Jacob
S. Joffe (1949), tanah
merupakan benda lam yang tersusun oleh horison-horison yang terdiri dari
bahan-bahan kimia mineral dan bahan organik, biasanya tidak padu dan mempunyai
tebal yang dapat di bedakan dalam hal morfologi fisik,kimia dan biologinya.
15. E.
Saifudin Sarief (1986) tanah adalah benda alami yang terdapat di
permukaan bumi yang tersusun dari bahn-bahan mineral sebagai hasil pelapukkan
batuan dan bahan organik (pelapukkan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan
medium pertubuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat
gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pembentukkan.
16. M.
Isa Darmawijaya (1992), tanah merupakan akumulasi
alam bebas yang menduduki sebagian planet bumi yang mampu menumbuhkan tumbuhan
dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induknya dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu
tertentu.
17. James
(1995), tanah adalah salah
satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi lainya, yaitu cair alami dan
atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan ekosistem
CONTOH TANAH
1.
Tanah utuh
Tanah utuh merupakan contoh tanah
yang diambil dari lapisan tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu,
sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut
digunakan untuk penetapan angka berat volume (berat isi, bulk density),
distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2 dan
permeabilitas.(Hakim,1986)


Gambar contoh
tanah utuh
2.
Tanah
tidak utuh/terganggu
Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai contoh
tanah biasa (disturbed soil sample), merupakan contoh tanah yang
diambil dengan menggunakan cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman
tertentu sebanyak 1-2 kg. Contoh tanah terganggu digunakan untuk keperluan
analisis kandungan air, tekstur tanah, perkolasi, batas cair, batas plastis,
batas kerut, dan lain-lain.(Hakim,1986)

Gambar
contoh tanah tidak utuh
3.
Tanah
agregat utuh
Contoh tanah agregat utuh adalah contoh
tanah berupa bongkahan alami yang kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini
diperuntukkan bagi analisis indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil
menggunakan cangkul pada kedalaman 0-20 cm. Bongkahan tanah dimasukkan ke dalam
boks yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau kantong plastik tebal. Dalam
mengangkut contoh tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik harus hati-hati,
agar bongkahan tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara dimasukkan ke
dalam peti kayu atau kardus yang kokoh.(Hakim,1986)

Gambar contoh tanah
agregat utuh
Prosedur
pengambilan contoh tanah utuh antara lain:
1. Diatakan
dan dibersihkan permukaan tanah dari rumput atau serasah.
2. Digali
tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) di sekitar calon tabung/ring tembaga
diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.
3. Diletakan
tabung/ring di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan permukaan tanah,
kemudian dengan menggunakan balok kecil yang diletakkan di atas permukaan
tabung, tabung ditekan sampai tiga per empat bagian masuk ke dalam tanah.
4. Diletakan
tabung/ring lain di atas tabung pertama, dan tekan sampai 1 cm masuk ke dalam
tanah.
5. Dipisahkan
tabung/ring bagian atas dari tabung bagian bawah.
6. Digali
tabung/ring menggunakan sekop. Dalam menggali, ujung sekop harus lebih dalam
dari ujung tabung agar tanah di bawah tabung ikut terangkat.
7. Diiris
kelebihan tanah bagian atas terlebih dahulu dengan hati-hati agar permukaan
tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian ditutup tabung menggunakan tutup
plastik yang telah tersedia. Setelah itu, iris dan potong kelebihan tanah
bagian bawah dengan cara yang sama dan tabung ditutup.
8. Dicantumkan
label di atas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang berisi informasi
kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah.
Prosedur
dalam pengambilan contoh tanah tidak utuh karena ondisi contoh tanah terganggu
tidak sama dengan keadaan di lapangan, karena sudah terganggu sejak dalam
pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat dikemas menggunakan kantong plastik
tebal atau tipis. Kemudian diberi label yang berisikan informasi tentang
lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah. Label ditempatkan di dalam
atau di luar kantong plastik. Jika label dimasukkan ke dalam kantong plastik
bersamaan dengan dimasukkannya contoh tanah, maka label dalam ini perlu
dibungkus dengan kantong plastik kecil, agar informasi yang telah tercatat
tidak hilang karena terganggu oleh kelembapan air tanah. Pengangkutan semua
contoh tanah hendaknya berpegang kepada prinsip dasar, bahwa contoh tanah tidak
boleh tercampur satu sama lain dan tidak mengalami perubahan apapun selama
dalam perjalanan.
Pengambilan
contoh tanah agregat utuh dengan cara bongkahan tanah dimasukkan ke dalam boks
yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau kantong plastik tebal. Dalam
mengangkut contoh tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik harus
hati-hati, agar bongkahan tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara
dimasukkan ke dalam peti kayu atau kardus yang kokoh. Untuk analisis IKA
dibutuhkan 2 kg contoh tanah.
Manfaat
dari pengambilan contoh tanah adalah agar kita mengetahui
cara pengambilan contoh tanah dengan metode yang disesuaikan dengan sifat-sifat
tanah yang akan kita amati. Pengambilan sampel tanah
digunakan untuk suatu metode analisis tanah. Analisis tanah dilakukan terhadap
suatu sampel. Tanah yang diambil di lapangan dengan metode tertentu sesuai
tujuan yang diharapkan. Pengambilan contoh
tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui
sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun
percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu hamparan
berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta tanah. Penetapan
tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah dilakukan menggunakan contoh tanah
komposit tidak terganggu (undisturbed soil sample), dengan harapan dapat
memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu bidang lahan dengan luasan
tertentu yang relatif homogen.(Suganda et
al)
KEGUNAAN ALAT
DAN BAHAN PRAKTIKUM
No.
|
NAMA
ALAT/BAHAN
|
FUNGSI
|
1.
|
Mortil
dan penumpuknya
|
Untuk
menumbuk tanah yang disiapkan
|
2.
|
Saringan
(2 mm, 1 mm, 0,5 mm)
|
Untuk
mengayak tanah
|
3.
|
Spidol
|
Untuk
menulis pada label
|
4.
|
Tambir
peranginan
|
Untuk
peranginan
|
5.
|
Label
|
Untuk
memberi label atau keterangan pada tanah yang sudah diambil.
|
6.
|
Kantong
plastiik
|
Untuk
tempat menaruh sampel tanah yang sudah diambil
|
7.
|
Contoh tanah terganggu
|
Untuk bahan pengamatan atau praktikum
|
TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Menurut Hardjowigeno (2003), teknik pengambilan
contoh tanah ada 4 cara, yaitu :
1.
Contoh tanah utuh (undisturbed soil
sample), digunakan untuk penetapan berat jenis isi (bulk density), berat jenis
partikel (particle density), porositas tanah, kurva pF, dan permeabilitas
tanah.
2.
Contoh tanah tidak utuh atau terganggu
(disturbed soil sample), digunakan untuk penetapan kadar air tanah, tekstur
tanah, konsistensi, warna tanah, dan analisis kimia tanah.
3.
Cotoh tanah dengan agregat utuh
(undisturbed soil agregate), digunakan untuk penetapan kemantapan agregat,
potensi mengembang dan mengkerut yang dinyatakan dengan nilai COLE (Coefficient
of Linear Extensibility).
4.
Contoh tanah dari suatu profil yaitu gabungan
dari cara pengambilan contoh tanah utuh, tanah agregat utuh, dan tanah
terganggu/tidak utuh.
Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika
tanah dengan cara memisahkan butir-butir primer tersebut. Untuk mencari dan
atau mengetahui sifat fisik tanah dapat menggunakan pengambilan contoh tanah
dengan pengambilan tanah tidak terusik, terusik, dan agregat tidak terusik
(Soegiman, 1982).
TANAH ULTISOL
1.Ultisols
Jenis tanah ini berwarna kuning-merah yang telah mengalami
pencucian/peluruhan. Tanah ini disebut juga tanah podsolik dan banyak terdapat
di daerah lahan kering. Tanah podsolik
merah kuning. Tanah ini merupakan tanah yang berasal dari hasil
pelapukan batuan tufa vulkanik, endapat vulkanik, batu pasir, dan pasir kuarsa
yang bersifat asam. Biasanya, tanah ini terbentuk di wilayah dengan curah hujan
tinggi (2.500-3.000 mm per tahun). Tanah ini bersifat peka terhadap erosi dan
memiliki produktivitas rendah sampai sedang. Oleh karena itu, tanah banyak
digunakan untuk persawahan, perladangan, kebun karet, kopi, dan kelapa sawit (Teti A. 2009).
BAB V
SIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengambilan contoh tanah
merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
2.Ada tiga macam cara pengambilan
contoh tanah, yaitu : contoh tanah utuh; contoh tanah tidak utuh/terganggu;
contoh tanah dengan agregat utuh.
3.Contoh tanah yang tertampung di
atas saringan 1 mm adalah contoh tanah yang berdiameter 2 mm, seperti :
Vertisol, Entisol dan Andisol.
4.Contoh tanah yang lolos saringan 0,5 mm
adalah contoh tanah halus, seperti : Inceptisol dan Ultisol.
B. SARAN
1.
Pengamatan dilakukan lebih teliti
lagi agar data yang didapat pasti.
2.
Harapkan
kepada para praktikan harus memperhatikan cara pengambilannya , dengan cara
yang telah dijelaskan oleh para asisten praktikum, agar ketika turun di
lapangan langsung mengetahui cara-cara mengambil dan juga jenis jenis tanah
tersebut dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Andhini, P.R. 2003. Perubahan Tahanan
Tarik Pembajakan pada Perubahan Kadar Air dan Kedalaman Olah dengan Menggunakan
Berbagai Jenis Bahan dan Ukuran Panjang Landside Bajak Singkal. Jurnal Ilmu
Tanah, 4(5) : 113-125.
Arsyad, S. 1969. Konservasi
Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas pertanian.
IPB pers
Bachri, Moch. 1995. Geologi Lingkungan. CV. Aksara, Malang.
112 hal.
Hardjowigeno
Sarwono, Prof Dr. Ir. H. M.Sc. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta : CV. Akademika
Pressindo.
Hanafiah,
K.A. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hillel, D. 2008. Soil and Water Physical, Principles and
Procesess. Journal of Geotechnical Engineering, ASCE , 5 ( 3
) : 98-115.
Hakim, Nurhajati, dkk. 1986.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA :
Lampung.in
Hudson, N. W. And D. D. Jackson. 1959. Result achieved in the measurement
of erosian and run off in southern Rhodesia. Proc. Third Int’l Arfican Soils.
Conf. Dalabe 75-84
Ir. Bachtiar Effendi Hasibuan. Ilmu Tanah. Diktat Fakultas Pertanian UISU.
Medan.
Nasih W . 2009.Membangun
Kesuburan Tanah Dilahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan, 9 ( 2 ): 139-145.
Teti A. 2009.
Karakteristik Tanah Salin Krueng Salin Aceh. Jurnal Ilmu Tanah, 8 (4) :79-89.
Vanden B. 2008. Soil Dynamic in Tillege and
Traction.
Journal of Geotechnical Engineering, ASCE, 2 ( 5) :155-168.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar