BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang
penting, tanah sangat dibutuhkan
tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan
perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat,
memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk
pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu.
Tanah di alam ini dapat berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral
maupun organic yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya dengan bahan
induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia,
sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya.
Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan
tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk
pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun
dirubah menjadi persenyawaan organic seperti karbohidrat, protein, lemak dan
lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
Tanah adalah akumulasi tubuh alam
bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan
tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang
bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka
waktu tertentu pula.
Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan
tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk
pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun
dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi
kehidupan manusia dan hewan.
Tanah terbentuk dari bahan-bahan mineral organik, air serta udara
tersusun di dalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya
proses pembentukan tanah itu, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia, fisis
dan biologi dari tanah yang berbeda-beda pula. Dalam tanah terdiri dari empat komponen utama ialah
bahan mineral, bahan organic, udara dan air tanah.
Bentuk fisik tanah dari
berbagai jenis dapat mengetahui kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut
tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil tanah
merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk
budidaya komoditi pertanian. Sebab factor-faktor tersebut di atas adalah factor
utama dalam budidaya pertanian.
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat
kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut
tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan organik tanah berpengaruh
sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut
tanah makin kecil.
Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup
yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu
tertentu. Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media
tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan
nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan
organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang
berbeda beda.Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi
tanah yaitu :
1.
Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air
rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi
cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir
ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.
2.
Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaituMerupakn pasir mikro. Tanah keringnya
menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu
mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3.
Liat (<0,002 mm) yaituBerbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi
sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengmbang dan
mengkerut yang besar.
Sifat
fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan
kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan
penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk
ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman,
semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi
warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.Mengetahui bentuk
fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut
tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil tanah
merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk
budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor
utama dalam budidaya pertanian.
B.
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis
tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di
permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil
pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, danmempunyai tiga dimensi ruang, yaitu
panjang, lebar dan kedalaman.Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki
sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai
tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya(Dedi, 2006).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari
bahan anorganik, bahanorganic, udara, dan air. Bahan anorganik secara garis
besar terdiri dari golongan fraksitanah yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah yang
mengandung liat sifatnya sukar diolah, sedangkan semakin berat tanahnya (liat
tinggi) semakin besar derajat kerutnya.Mengetahui derajat kerut suatu jenis
tanah akan mempermudah untuk kandungan bahan organik dalam tanah tersebut.Sifat
fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan
kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan
penyangga. Kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk
ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara tanaman.
Semakin erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi fisik tanah meliputi
warna,tekstur, konsistensi, dan struktur tanah. (Hardjowigeno, 1992).
Secara kasaran, zarah
mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut
batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih
kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohke, 1968).Bahan tanah halus
dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama pasir, debu (lanau), dan
lempung. Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas
tertentu (Notohadiprawiro, 1998).
Butiran pasir terdiri
dari kuarsa, pecahan felspar, mika dan kadang juga sirkon, turmalin dan horn
blende. Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih seragam dan mempunyai bentuk
membulat walaupun permukaan luarnya tidak selalu halus, serta mempunyai jenjang
kekasaran tertentu yang terkait erat dengan keabrasifanya.Pisahan debu terdiri
dari kumpulan zarah berukuran garis tengah antara pisahan lempung dan pisahan
pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah debu in I mendekati zarah pasir,
hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan per satuan massa yang lebih
besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerap kuat. Pada kasus
tertentu zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung. Pisahan
lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih
dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan
yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan
dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung.
Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid.
Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan
umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama
berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika,
sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri
dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
Faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada
tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin
tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan
organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah,
maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila
basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah
mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah
disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari
pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear
Extensibility) (Hardjowigeno,2010).
Bahan organic merupakan bahan penting dalam
menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi
tanah. Bahan organic adalah bahan pemantap agregat tanah.Sekitar setengah dari
kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organic (Hakim, 1986).
Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah)
dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut
maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan
oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi (Soegiman, 1982).
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin
tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan
organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik
tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Arif Hidayat ,2009).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,
organik,udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan
fraksi tanahyaitu:
1.
Pasir (0,05
mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak liat,daya menahan air
rendah,ukurannya yang menyebabkan pori makro lebih banyak, perkolasi
cepat,sehingga aerasi dan draianse tanh pasiran relatif lebih baik.
2.
Debu
(0,002mm – 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir mikrodan sebagian besar adalah
kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang baik.
3.
Liat
(<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan
sangat plastis, sofat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut
banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan
terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan(Hardjowigeno, 1987).
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa
jenis yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang
mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya
pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang
dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit
yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai
COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change =
Swell index = index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang
ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang engineering (pembuatan
jalan, gedung-gedung dsb) (Hardjowigeno, 1993)
Secara fisik tanah mineral merupakan
campuran dari bahan anorganik, bahanorganic, udara, dan air. Bahan anorganik
secara garis besar terdiri dari golongan fraksitanah yaitu pasir, debu, dan
liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah,sedangkan semakin berat
tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya.Mengetahui derajat kerut
suaty jenis tanah akan mempermudah untuk kandungan bahanorganik dalam tanah
tersebut.Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan
sesuaidengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras
danpenyangga. Kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan
untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara
tanaman.Semana erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi fisik tanah
meliputi warna,tekstur, konsistensi, dan struktur tanah. (Prasetyo, 2006)
Sifat-sifat fisika tanah berhubungan
erat dengan kelayakan pada banyak penggunaan (yang diharapkan dari) tanah.
Kekokohan dan kekuatan pendukung, drainase dan kapasitas penyimpanan air, plastisitas,
kemudian kemudahan ditembus akar, aerasi, dan penyimpanan hara tanaman semuanya
secara erat berkaitan dengan kondisi fisika tanah. Oleh karena tiu, erat
kaitannya bahwa jika seseorang berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui
sampai berapa jauh dan dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat diubah. Hal
ini berlaku apakah tanah itu akan digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan
tanaman atau sebagai bahan struktural dalam pembangunan (Buckman, 1982).
Komposisi tanah berbeda-beda pada satu
lokasi dengan lokasi yang lain. Air danudara merupakan bagian dari tanah. Oleh
karena itu sangatlah penting untuk mempelajariilmu tanah dan cara untuk
melestarikannya.Tanah adalah susunan butiran padat dan pori-pori yang saling
berhubungan satusama lain sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang
mempunyai energy lebih tinggike titik yang mempunyai enargi lebih rendah. Studi
mengenai aliran air melalui pori-poritanah diperlukan dalam mekanika. Hal ini
sangat berguna didalam menganalisakestabilan dari suatu bendungan tanah
konstruksi dinding penahan tanah yang terkenagaya rembesan (Syarief,
1989).
Berbagai macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas,
sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari
segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir
anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih
besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan
bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang
lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga
terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri
lempung (Nurdin ,2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
ALAT
DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan
dalam percobaan kali ini adalah contoh tanah halu(<0,5 mm),botol semprot,
air, cawan porselin,colet, cawan dakhil, jangka sorong,dan serbet/lap
pembersih.
B. PROSEDUR
KERJA
1.
Diambil secukupnya contoh tanah halus, dimasukan ke dalam cawan
porsellin,ditambahkan air dengan menggunakan botol semprot,. Lalu di aduk
secara merata dengan menggunakan colet samp;ai pasta tanah menjadi homogen.
2.
Dimasukan pasta tanah yang sudah homogen tadi ke dalam cawan dakil yang telah
diketahui diameternya menggunakan jangka sorong (diameter awal)
3.
Dijemur cawan dakhil yang telah berisi pasta di bawah terik matahari, kemudian
dilakukan pengukuran besarnya pengerutan setiap 2jam sekalisampai diameternya
konstan(diameter akhir).
Perhitungan
: Derajat kerut
=
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Jenis tanah :Ultisol
No
|
Jenis tanah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
1
|
Ultisol
|
ø1
|
31,47
|
30,96
|
30,39
|
30,15
|
30,14
|
30,14
|
30,14
|
|
ø2
|
31,47
|
31,20
|
30,79
|
30,22
|
30,20
|
30,20
|
30,20
|
|||
X
|
31,47
|
31,08
|
30,59
|
30,18
|
30,17
|
30,17
|
30,17
|
PERHITUNGAN
:
DERAJAT
KERUT =
Ultisol =
= 4,13 %
B. PEMBAHASAN
Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk
mengembang dan mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan
mengerut (bila kering).Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai
tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai
tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit
meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut
tanah berat (Sarief, 1986).
Adapun faktor- faktor yang
mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah berat ringannya tanah akan
menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat,
semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh
sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut
tanah semakin kecil. (Prasetyo,2006).
Beberapa tanah mempunyai sifat
mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering
karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan
mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang
tinggi. (Nasih W , 2009).
Tanah yang banyak mengandung pasir
akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan
disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan
sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga
disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Fraksi tanah ialah sekelompok
zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas tertentu. Dalam analisis besar
zarah, bahan tanah dapat dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama.
Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda yaitu:
1.
Pasir(0,05
mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak liat,daya menahan air
rendah,ukurannya yang menyebabkan pori makro lebih banyak, perkolasi
cepat,sehingga aerasi dan draianse tanh pasiran relatif lebih baik.
2.
Debu(0,002mm
– 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir mikrodan sebagian besar adalah kuarsa.
Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang baik.
3.
Liat(<0,002
mm) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis,
sofat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut(Sarief,
1986).
Derajat Kerut Tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah
yang ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi derajat kerut tanah adalah sebagai berikut:
1. Kandungan Liat
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin
tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat kerut tanah.
2. Bahan Organik
Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan
organiknya maka derajat kerut tanah semakin kecil.
3. Cahaya Matahari
Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan semakin cepat
terjadi pengkerutan tanah.
4. Kandungan Air
Semakin tinggi
kandungan air tanah maka derajat kerut tanah semakin kecil (Aryaka, 2013).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai
tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah merembeskan air dan disebut
sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit
meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sulit dalam pengolahannya sehingga
disebut tanah berat. (Sarief, 1986).
Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit
diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah
jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung
tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan
butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara.
Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami
kekeringan dan kekurangan hara (Baver,1961).
Percobaan derajat kerut tanah pada praktikum ini dilakukan
dengan mengamati jenis tanah yaitu tanah Ultisols.Tanah terlebih dahulu disemprot dengan air sampai homogen dimasukan
ke cawan, lalu dijemur di bawah sinar matahari. Tanah sebelum dan sesudah
dijemur diukur diameternya. Pengamatan dilakukan sebanyak tujuh kali
pengamatan.
Hasil percobaan yang sesuai literatur didapat data
derajat kerut tanah yaitu derajat kerut tanah rata-rata pada tanah Ultisol
adalah 4,13 %.
Derajat kerut
tanah pada tanah Ultisols agak kecil . Hal ini terjadi karena tanah Ultislos
terdapat penimbunan liat di horison bawah (horison argilik), bersifat masam,
kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 180cm dari permukaan tanah kurang
dari 35%. Tanah ini dulu disebut tanah Podzolik
Merah Kuning yang banyak terdapat di Indonesia. Kadang – kadang juga
termasuk tanah Latosol dan Hidromorf kelabu (Hardjowigono, 2010).
Ciri morfologi yang penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi
liat dalam jumlah tertentu pada horizon seperti yang
disyaratkan dalam Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 2003). Horizon tanah dengan
peningkatan liat tersebut dikenal sebagai horizon argilik. Horizon tersebut
dapat dikenali dari fraksi liat hasil analisis di laboratorium maupun dari
penampang profil tanah. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga peka
terhadap perkembangan akar tanaman, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat
menembus horizon ini dan hanya berkembang di atas horizon argilik.(Soekardi et
al 1993.
Derajat kerut suatu
jenis tanah sangat penting untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah
tersebut.Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan
sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras
dan penyangga. Kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan
untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara
tanaman. Semakin erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi fisik
tanah meliputi warna,tekstur, konsistensi, dan struktur tanah. (Hardjowigeno,
1992).
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua adalah tanah ultisol. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan
bahwa tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua adalah
tanah ultisol, tanah ultisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa
horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Ultisol
yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas ultisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur
dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini
cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat
tepi-tepi luar dari dataran banjir. Adanya ketidaksesuian dengan literatur
disebabkan karena kurang telitinya saat membaca jangka sorong (Kohnke,
1968).
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa
jenis yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang
mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (Nasih W , 2009)
Akibatnya pada musim kering karena tanah
mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah
disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya
pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of
Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Swell index = index
pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (pedology)
sedang PVC digunakan dalam bidang engineering (pembuatan jalan, gedung-gedung
dsb) (Hardjowigeno, 1993)
BAB V
SIMPULAN
A. KESIMPULAN
Sifat-sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung
derajat kerut tanah.Kandungan liat yang besar mempengaruhi besarnya derajat
kerut.Semakin
rendahnya derajat kerut tanah maka kandungan bahan organiknya semakin
tinggi.Semakin lama tanah di jemur di terik sinar matahari maka penyusutan
tanah membentuk derajat kerut pun semakin membesar Faktor suhu dapat
mempengaruhi derajat kerut.
B. SARAN
Diharapkan kepada seluruh praktikan untuk
serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan terhadap acara
praktikum derajat kerut tanah ini agar data yang di hasilkan oleh para
praktikan adalah data yang nyata dan sesuai.
lebih teliti
dalam menggunakan jangka sorong dan juga semoga para asisten praktikum
mengarahkan kepada para praktikan agar tahu bagaimana cara menghitung jangka
sorong yang benar dan tepat , jangan sampai ada keliru angka maupun cara
menghitung antara satu praktikan kelompok maupun praktikan kelompok yang lain.
Agar terciptanya data yang valid dan real tanpa ada karangan apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, O. Harry, Brady, C. Nyle. 1982. Ilmu tanah. Bharata Karya
Aksara.Jakarta.
Dedi
Nursyamsi .2006 Kebutuhan Hara Kalium Tanaman Kedelai Di Tanah Ultisol
Foth, Henry D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Poerwowidodo.
1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Baver, L.D. 1961. Soil Physics.
John Wiley & Sons Inc. New york.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu
Tanah Cetakan 1. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta
Nasih W . 2009.Membangun
Kesuburan Tanah Dilahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan. Vol. 9 No. 2 (2009) p:
137-141.
Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi
pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di
Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian 25(2):39-47.
Syarief,
Saifuddin.1989. Ilmu Tanah Pertanian.
Pustaka BuanaBandung.