I. PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Makhluk hidup di
muka bumi ini yang berkembang biak akan memiliki keturunan yang tidak jauh
dengan induknya. Keturunan dan kesamaan pada anak dari induknya dipengaruhi
oleh faktor genetis. Gen yang dimiliki setiap individu. Makhluk hidup akan
selalu diteruskan kegenerasi selanjutnya,karena itu perlunya mengetahui
bagaimana proses penyilangan antara gamet jantan dan gamet betina.
Penyilangan
gamet jantan dan gamet betina akan menemukan suatu keturunan. Keturunan
tersebut berbagai bentuk tetapi akan tetap menyesuaikan induknya baik jantan
maupun betina. Penyilangan yang melibatkan dua sel kelamin jantan dan betina
dinamakan dengan persilangan dihibrid. Persilangan dihibrid merupakan
kelanjutan dari satu pasang alel (segregasi) ke prinsip dua pasang alel atau
lebih (independent assortment).
Persilangan
dihibrid adalah persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda.
Persilangan ini menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2 yaitu
9 : 3 : 3 : 1. Persilangan dihibrid
merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II yaitu pengelompokkan gen secara
bebas saat pembentukkan gamet. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau
polihibrid. Polihibrid adalah persilangan antara dua individu dengan banyak
sifat beda, namun persilangan dihibrid pada kenyataannya seringkali terjadi
penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan. Persilangan dihibrid pada tanaman
semusim yang menghasilkan varietas unggul dapat dilakukan oleh dua individu
yang memiliki dua sifat yang berbeda. Setiap individu memiliki dua karakter
yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Persilangan yang
terjadi, maka gen dan alel akan berpasangan secara bebas dengan pasangan
persilangannya. Hal tersebut merupakan hukum baku yang sudah ditetapkan. Hukum
tersebut adalah hukum berpasangan secara bebas atau dikenal sebagai Hukum kedua
Mendel. Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua
pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas. Tidak
tergantung pada pasangan sifat yang lain atau alel dengan gen sifat yang
berbeda tidak saling mempengaruhi.
B.
Tujuan
Tujuan
dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk membuktikan Hukum Mendel II pada
persilangan dihibrid.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hukum mendel II yaitu pengelompokkan gen secara bebas, dalam
bahasa inggris adalah “ Independent
Assortment of ganes.” Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, gen yang
sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian
hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid,
yakni persilangan dari individu yang memiliki dua atau lebih karakter yang
berbeda. Hukum Mendel II disebut juga Hukum Asortasi (Rittner,2004).
Prinsip segregasi mendel berlaku pada segregasi kromosom
homolog. Mendel menyilangkan tanaman yang mempunyai dua macam alel yang
berbeda. Ia menyilangkan tanaman ercis yang berwarna kuning dan berbiji bulat
dengan tanaman tanaman yang berwarna hijau dan berbiji keriput. F1 pada
penyilangan dua parental homolog tersebut merupakan persilangan dihibrid. Jika disilangkan
kacang ercis kuning-bulat dengan kacang ercis hijau-keriput ternyata F1
yang dihasilkan terdiri atas kacang ercis yang bijinya kuning-bulat semua. Hal
ini menunjukkan bahwa karakter kuning dan bulat sama dominan terhadap hijau dan
keriput. Kemudian jika F1 melakukan penyerbukan sendiri, maka terdapat
F2 yang terdiri atas empat kelas fenotipe F2 yaitu:
kuning-bulat, kuning-keriput, hijau-bulat, hijau keriput (Sisunandar,2011).
Ratio perbandingan F2 jika dijumlahkan semua yang
memiliki karakter sama dari keempat macam itu, akan didapat 9 kuning-bulat : 3
kuning-keriput : 3 hijau-bulat : 1 hijau-keriput. Berlakunya hukum mendel II
yaitu ketika terjadinya meiosis pada gametogonium individu yang memiliki
genotipe double-heterozigot, triple-heterozigot, atau poli-hiterozigot, dan
seterusnya sesuai dengan jenis hibridnya. Sesuai anafase I saat pemisaahan dan
pengelompokkan gen-gen secara bebas yaitu ke kutub atas atau ke kutub bawah
(Yatim,2003).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan atau
betina dewasa yang telah matang dapat dilihat perbedaannya walaupun dengan
kasat mata, perbedaan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Drosophila melanogaster
betina memiliki ukuran tubuh yang lebih
besar bila dibandingkan dengan Drosophila
melanogaster jantan.
2. Bagian
abdomen (perut) Drosophila melanogaster
betina terdapat garis-garis hitam yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung
abdomen. Bagian abdomen Drosophila
melanogaster jantan juga terdapat pola garis hitam yang tebal di sepanjang
abdomen bagian dorsal, akan tetapi garis hitam di bagian ujung abdomennya
berfusi.
3. Bagian
ujung abdomen Drosophila melanogaster
betina lancip, kecuali ketika sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung
abdomen Drosophila melanogaster jantan membulat dan tumpul.
4. Khusus
Drosophila melanogaster jantan
terdapat karakter khusus berupa sex comb yaitu kira-kira 10 bulu berwarna gelap
yang terletak di tarsal pertama pada kaki depannya. Sex comb adalah ciri utama Drosophila melanogaster jantan. Sex comb
dapat dipakai untuk mengidentifikasi jenis kelamin lalat buah pada dua jam
pertama setelah lalat tersebut menetas, ketika bentuk dan pigmentasi lalat
tersebut belum berkembang sempurna (Jones & Rickards, 1991).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
dan Alat
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu lalat buah (Drosophila melanogaster) normal, ebony dan white, chloroform, tisu dan lembar pengamatan.
Alat yang digunakan adalah erlenmeyer,
cawan petridis, lup, dan alat tulis.
B.
Prosedur
kerja
1. Alat
dan bahan yang dibutuhkan disiapkan.
2. Erlenmeyer
diisi dengan chloroform, lalu tisu
dicelupkan ke dalam erlenmeyer sampai basah.
3. Tisu
yang basah dimasukkan kedalam plastik yang berisi lalat buah dumpy.
4. Lalat
buah yang pingsan didalam plastik dimasukkan ke dalam cawan petri.
5. Lalat
buah dumpy jantan dan betina diamati
bagian tubuhnya lalu digambar.
6. Bagan persilangan lalat buah dumpy dan white dibuat
7. Hasil persilangan diuji dengan uji chi square
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 9. Pengamatan lalat Ebony

Tabel 10. Pengamatan lalat normal

Tabel 11. Pengamatan lalat White

Tabel 12. Pengamatan lalat normal

Tabel 13. Pengamatan
lalat Dumpy

6.Persilangan Lalat Drosophilla Melanogaster Dumpy dengan White
P1 dumpy >< white
(MMss) (mmSS)
MM : mata merah mm : mata putih
Gamet Ms mS
F1
MmSs (100%)
P2 MmSs × MmSs
Tabel
14. Persilangan
|
|
MS
|
Ms
|
mS
|
ms
|
|
Ms
|
MMSS
|
MMSs
|
MmSS
|
MmSs
|
|
Ms
|
MMSs
|
MMss
|
MmSs
|
Mmss
|
|
mS
|
MmSS
|
MmSs
|
mmSS
|
mmSs
|
|
ms
|
MmSs
|
Mmss
|
mmSs
|
mmss
|
Rasio
F2
M_S_ (mata merah, sayap panjang) =
9
M_ss (mata merah, sayap 2/3) = 3
mmS_ (mata putih, sayap panjang) =
3
mmss (mata putih, sayap 2/3) =
1
Tabel 15. Uji X2
|
|
Karakteristik
yang diamati
|
||||
|
M.S
|
Mss
|
mSS
|
mmss
|
Jumlah
Total
|
|
|
Observasi (O)
|
295
|
99
|
96
|
32
|
522
|
|
Harapan (E)
|
|
|
|
|
522
|
|
(|O-E|)
2
|
(|295-293,625|)2
|
(|99-97,875|)2
|
(|96-97,875|)2
|
(|32-32,625|)2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X2
|
6,44
|
0,01
|
0,03
|
0,01
|
6,49
|
Diketahui : X2 tabel : 7,81
Kesimpulan : nilai
X2 hitung (6,49) < X2 tabel (7,81) sehingga H0 diterima, Hi
ditolak, dimana hasil persilangan lalat buah Dumpy dan White sesuai
dengan hukum Mendel II dengan perbandingan fenotip ( 9 : 3 : 3 : 1 )
B.
Pembahasan
Pewarisan
dihibrid terjadi pada perkawinan dengan
dua sifat beda. Hal ini berlaku hukum
Mendel II (hukum pemilihan bebas), yang menyebutkan bahwa segregasi gen pada
suatu lokus tidak bergantung kepada
segregasi gen pada lokus yang lain sehingga gen-gen akan bertemu dengan bebas
pada gamet-gamet yang terbentuk.
Contohnya yaitu individu dihibrid dengan genotipe AaBb dapat membentuk gamet
AB, Ab, aB, dan ab dengan peluang sama besar. Sama halnya pada pewarisan monohibrid, generasi F1 hasil perkawinan dihibrid berupa individu-individu yang
fenotipenya sama, tetapi pada generasi F2 akan terlihat adanya nisbah fenotipe 9 : 3 :
3 : 1 (Pai, 1992).
Hukum
Mendel II berlaku dalam pembentukan gamet, gen sealele secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada
persilangan dihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki dua
karakter berbeda. Misalnya ada 2 pasang
gen Aa dan Bb, masing-masing gen itu kita bubuhkan pada kromosom berbeda, maka
digambarkan ada 2 pasang kromosom ketika awal meosis. Gamet Ab dan gamet aB
disebut memiliki kombinasi baru, atau dengan istilah lain yaitu terkena rekombinan. Ketika itu berlaku hukum
mendel II yakni terjadinya meosis pada gametogonium individu yang memiliki
genotip double heterozigot sesuai dengan jenis hibridnya. Waktu anafase 1, pemisahan
dan pengelompokan gen-gen secara bebas yaitu ke kutub atas atau ke kutub bawah.
Persilangan dihibrid jika parentalnya
ialah AABB x aabb, tentulah F1 AaBb, double heterozigot. Maka macam-macam
gamet F1ada empat macam yaitu AB, Ab, aB, ab. Jika F1 disilangkan sesamanya,
maka F2 terdiri atas 16 macam (Campbell, 2002).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang
berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah
contoh dari persilangan dihibrid. Menurut literatur Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi.
Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua
sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu
persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan B untuk biji bulat,
b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman
ercis biji bulat kuning homozigot (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau
(bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman
F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam
gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk.
Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat
macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan
1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan
dua lainnya merupakan fariasi baru (Gooddenough, 1984).
Persilangan dihibrid adalah persilangan
antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda. Berarti ada empat gen
yang diamati pada keturunan, dua dari induk jantan dan duadari induk betina,sesuai dengan hukum Mendel
II, sifat yang diwariskan.Persilangan dihibrid bersifat bebas atau tidak saling mempengaruhi. Generasi F2 terdapat
keturunan yang mempunayi sifat baru yang tisak sama dengan kedua induknya. Sifat
tersebut muncul sebagai akibat dari perpaduan genotip
antara kedua induknya. Genotip
baru yang homozigot dikenal sebagai bastar konstan (galur murni) (setiawati, 2010).
Persilang
dihibrid pada tanaman semusim yang menghasilkan varietas unggul dapat dilakukan
oleh dua individu yang memiliki dua sifat yang berbeda. Setiap individu
memiliki dua karakter yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Persilangan dihibrid banyak sekali aplikasinya di bidang pertanian contohnya
yaitu :
1. Persilang
jeruk berbuah besar berbiji banyak disilangkan dengan jeruk berbuah kecil tanpa
biji maka yang akan dihasilakan adalah buah jeruk berukuran besar tanpa biji. BBKK
x bbkk, maka F1 nya ialah BbKk yang artinya hasil dari perslangan dihibrid tadi
menghasilkan buah jeruk berukuran besar tanpa biji.
2. Persilangan
tanaman jagung bertongkol kecil pendek dengan tanaman jagung bertongkol besar
tinggi kedua tanaman tersebut
disilangkan masing masing JJBB x jjbb maka F1 nya JjBb, hasil persilangan nya
adalah jagung bertongkol besar pendek.
3. Persilangan
tanaman kedelai berbiji besar keriput dengan biji kecil tak keriput yang ingin
menghasilkan tanaman kedelai berbiji besar dan tidak keriput. KKPP x kkpp , F1
KkPp , menghasilkan varietas unggul dalam pemulian yaitu tanaman kedelai
berbiji besar dan tak keriput.
4. Persilangan
tanaman padi berbulir banyak berukuran kecil disilangkan dengan padi berbulir
sedikit berukuran besar. AABB x aabb, F1 AaBb menghasilkan varietas yang unggul
yaitu padi berbulir banyak dengan ukuran yang besar, sehinggga dalam sekali
panen dapat menghasilkan produksi yang besar.
5. Persilangan
antara tanaman tomat berukuran besar masam dengan tanaman tomat berukuran kecil
manis. TTMM x ttmm, maka F1 adalah TtMm , dari persilangan tersebut diharapkan
menghasilkan tanaman tomot berbuah besar dan berasa manis, sehingga banyak
produsen yang mau membelinya (Sadava, 2014).
Contoh lain persilangan dihibrid yang
dimanfaatkan pemuliaan tanaman yang dapat disilangkan yaitu jagung yang
bertongkol besar dan tidak tahan kekeringan. Disilangkan dengan jagung yang bertongkol
kecil dan tahan kekeringan. Diharapkan hasil persilangan tersebut menghasilkan
jagung bertongkol besar dan tahan kekeringan (Pai, 1992).
Hukum
Mendel II dikenal sebagai hukum segregasi. Karena selama proses meiosis
berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan lagi. Setiap kromosom terkandung di dalam satu sel gamet. Proses
pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas (Syamsuri dkk,
2004).
Persilangan
dihibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan dua karakter yang
berlainan. Misalnya persilangan antara kacang kapri berbiji bulat dan berwarna
kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji keriput dan berwarna hijau. Ternyata
hasil persilangan dihibridnya menghasilkan 100% anakan berbiji bulat dan
berwarna kuning (Diah Aryulani dkk, 2004).
Galur murni akan
menampilkan sifat-sifat dominan alel (AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu
karakter tertentu. Bila disilangkan F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa)
tetapi akan menampakan sifat dominan. Sedangkan individu heterozigot (F1)
menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya
mempunyai alel resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang
populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominan dan resesif nisbah yang diramalkan.
Nisbah fenotip yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah genotip
yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrid (Aa) : 1 resesif lengkap (aa) (Crowder,
1997).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan atau
betina dewasa yang telah matang dapat dilihat perbedaannya walaupun dengan
kasat mata. Perbedaan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Drosophila melanogaster
betina memiliki ukuran tubuh yang lebih
besar bila dibandingkan dengan Drosophila
melanogaster jantan.
2. Bagian
abdomen (perut) Drosophila melanogaster
betina terdapat garis-garis hitam yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung
abdomen. Bagian abdomen Drosophila
melanogaster jantan juga terdapat pola garis hitam yang tebal di sepanjang
abdomen bagian dorsal, akan tetapi garis hiam di bagian ujung abdomennya
berfusi.
3. Bagian
ujung abdomen Drosophila melanogaster
betina lancip, kecuali ketika sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung
abdomen Drosophila melanogaster jantan membulat dan tumpul.
4. Khusus
Drosophila melanogaster jantan
terdapat karakter khusus berupa sex comb yaitu kira-kira 10 bulu berwarna gelap
yang terletak di tarsal pertama pada kaki depannya. Sex comb adalah ciri utama Drosophila melanogaster jantan. Sex comb
dapat dipakai untuk mengidentifikasi jenis kelamin lalat buah pada dua jam
pertama setelah lalat tersebut menetas, ketika bentuk dan pigmentasi lalat
tersebut belum berkembang sempurna (Jones & Rickards, 1991).
Berikut adalah jenis-jenis mutan Drosophila melanogaster beserta
deskripsi singkatnya, sebagai berikut :
1.
Dumpy
Sayap lebih pendek hingga dua
pertiga panjang normal dengan ujung sayap tampak seperti terpotong. Bulu pada
dada tampak tidak sama rata. Sayap pada sudut 90o dari tubuh dalam
posisi normal mereka (Borror et al, 1998).
2.
Sepia
Mata berwarna coklat sampai hitam akibat adanya kerusakan
gen pada kromosom ketiga, lokus 26 (Russell, 1994: 113).
3.
Clot
Mata berwarna maroon yang semakin gelap menjadi coklat seiring
dengan pertambahan usia (Borror, 1994).
4.
Ebony
Lalat ini berwarna gelap , hampir hitam dibadannya. Adanya
suatu mutasi pada gen yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal fungsi
gen tersebut berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat
buah normal. Namun karena mengalami kerusakan maka pigmen hitam menumpuk di
seluruh tubuh (Borror et al, 1998).
5.
Curly
Sayap pada lalat berbentuk keriting. Terjadi mutasi gen pada
kromosom kedua. Sayap-sayap ini menjadi keriting karena adanya suatu mutasi
dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah dan menghasilkan adanya
kelainan tersebut (Borror et al, 1998).
6.
White
Matanya berwarna putih yang terjadi akibat adanya kerusakan
pada gen white yang terletak pada kromosom pertama lokus 1,5 dan benar-benar
tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali (Pai, 1992).
7.
Eyemissing
Mata berupa titik, mengalami mutasi pada kromosom ketiga di
dalam tubuhnya, sehingga yang harusnya diintruksi sel di dalam larva untuk
menjadi mata menjadi tidak terbentuk karena adanya mutasi (Russell, 1994).
8.
Claret
Claret (ca) merupakan mutan dengan mata berwarna merah
anggur atau merah delima (ruby). Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus
100,7 (Russell, 1994).
9.
Taxi
Taxi merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik
ketika terbang mahupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus
91,0 (Russell, 1994).
10.
Black
Seluruh tubuhnya berwarna hitam akibat adanya kerusakan pada
gen black pada kromosom kedua lokus 48.5 (Borror et al, 1998).
Hasil praktikum pengamatan lalat Drosophila melanogaster, lalat
Dumpy betina memiliki ciri-ciri mata merah, sayap pendek tidak melebihi
abdomen dan bentuk tubuh bulat.Bagian bawah lalat Dumpy segmen garis lebih banyak hitam dan posterior
tumpul.Lalat Dumpy jantan memiliki
ciri-ciri mata merah, sayap lurus dan lebih panjang dari tubuh.Badan lalat Dumpy jantan ini berwarna coklat dan
besar, mempunyai segmen garis yang tidak tampak hitam dan posterior lancip
(runang).Pengamatan lalat buah Ebony mendapatkan
hasil ,pada lalat buah Ebony betina
mata berwarna merah, sayap melebihi badan,ujung abdomen lancip, badan berukuran
besar dan warna badan hitam mengkilap.Lalat buah Ebony jantan mempunyai mata yang berwarna merah, sayap melebihi
badan,ujung abdomen tumpul, badan berukuran lebih kecil, dan warna badan hitam
mengkilat.Lalat buah normal betina mempunyai mata berwarna merah, warna tubuh
coklat, sayap panjang dan mempunyai abdomen yang lancip.Lalat buah normal
jantan mempunyai mata yang berwarna merah, warna tubuh coklat, sayap panjang,
dan abdomen tumpul.Lalat buah White
betina mempunyai abdomen yang lancip, mata berwarna putih, tubuh berwarna
putih, segmen hitam kecil rapat, ukuran tubuh lebih besar, ujung abdomen
terlihat abu-abu dan sayap melebihi tubuh.Lalat buah White jantan mempunyai abdomen yang tumpul,tubuhnya lebih kecil,
warna tubuh putih, warna mata putih, segmen hitam sedikit dan tebal, ujung
abdomen berwarna hitam dan sayap melebihi tubuh.Lalat buah normal betina
mempunyai mata yang berwarna merah, sayap lebih panjang dari tubuhnya, ujung
abdomen lancip, mempunyai antena, dan warna tubuh coklat.Lalat buah normal
jantan mempunyai mata yang berwarna merah, sayap yang lebih panjang dari
tubuhnya, ujung abdomen tumpul, mempunyai antena, dan warna tubuh coklat.
Persilangan lalat buah Dumpy (mata merah, sayap 2/3
) dengan lalat buah White (
mata putih, sayap panjang ) setelah didapatkan hasil,kemudian hasil perbandingan tersebut kemudian diuji kebenarannya dengan uji Chi-Square. Rumus untuk menghitung Chi-Square adalah:

O = pengamatan dan E = harapan. Kriteria pengujiannya
adalah jika X2 hit > X2 tabel, maka h0
ditolak, h1 diterima. Jika X2 hit < X2
tabel, maka h0 diterima, h1 ditolak. Chi-Square tabel yang
digunakan adalah 7,81. Sementara X2 hitung adalah 6,49. Menurut Sudjana (1986), jika X2
hitungnya lebih kecil dibandingkan X2 tabelnya, maka h0
atau hipotesis awalnya diterima. Maka dari itu rasio perbandingan yang didapat
dalam simulasi persilangan tersebut sesuai dengan teori atau signifikan. Penyebab terdapat data yang signifikan atau
tidak signifikan tersebut adalah karena persilangan adalah kejadian acak
sehingga tercipta berbagai peluang kejadian hasil
persilangan yang dapat menyebabkan data signifikan atau tidak (Sudjana, 1986).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Persilangan dihibrid antara lalat buah dumpy
dan lalat buah white sesuai dengan
hukum Mendel II dengan perbandingan fenotip ( 9 : 3 : 1 )
B.
Saran
Praktikum sudah
berjalan lancar dan tertib, tetapi praktikan harus tetap menjaga kebersihan
ruangan praktikum agar suasana nyaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Borror
et al. 1998. Pengenalan Pelajaran
Serangga. 8th Ed. Terjemahan dari an
Introduction
to Study of Insect oleh Soetiyono Partosoedjono. Yogyakarta ;
Gajah
Mada University Press.
Campbell,
N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2002. BIologi. Edisi kelima-Jilid-1.Terj.dari Biology oleh Lestari, R. Jakarta
; Erlangga
Diah Aryulina dkk. 2004. Biologi SMA dan MA. Jakarta ; Erlangga.
Goodenough, U. 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono Adisoemarto.
Jakarta ; Erlangga.
Jones,
R.N., G.K. Rickards. 1991. Practical
Genetics. Open University Press. Milton Keynes.
Pai,
A.C. 1992. Dasar-dasar Genetika.Terj.dari
Apandi, M. Jakarta ; Erlangga
Rittner,
Don dan Timothy L. McCabe. 2004. Encyclopedia
of Biology. Facts On File, Inc. New York.
Russell,
P.J. 1994. Foundamental of Genetics.Harper
Collins College Publishers. New York.
Setiawati, wiwin. 2010. Biologi 3. Jakarta ; Yudisthira
Sadava,
D. 2004. The Science of Biology.5th
ed. Sinauer Associates, Inc.
Suryo.
1990. Genetika Strata I. Yogyakarta ;
Gajah Mada University Press
Yatim
, Wildan. 1991. Genetika. Bandung ;
Tarsito
LAMPIRAN


Tidak ada komentar:
Posting Komentar