pub-7383082083714536 arsip: 2024

Jumat, 27 Desember 2024

Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur

 


Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur

 

1. Gambaran Umum Desa Waiketam Baru

Desa Waiketambaru yang terletak di Kecamatan Bula Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku, memiliki potensi besar di sektor pertanian karena kondisi geografis dan iklimnya yang mendukung berbagai jenis tanaman. Desa Waiketam Baru berada di kawasan yang memiliki tanah subur dengan curah hujan yang cukup stabil. Wilayahnya didominasi oleh lahan pertanian, perkebunan, dan sebagian kecil hutan. Tanah yang subur ini memberikan peluang besar bagi pertanian berbagai komoditas. Pertanian di Desa Waiketam Baru merupakan sektor ekonomi utama bagi sebagian besar penduduk. Beberapa komoditas utama yang ditanam meliputi:

· Padi: Padi merupakan salah satu komoditas pokok yang dihasilkan oleh para petani di desa ini. Sistem sawah yang diterapkan adalah irigasi sederhana yang bergantung pada musim hujan.

· Jagung: Selain padi, jagung juga banyak dibudidayakan sebagai bahan pangan dan pakan ternak.

· Ubi Kayu dan Ubi Jalar: Kedua jenis ubi ini menjadi tanaman alternatif yang tumbuh subur di lahan-lahan kering di sekitar desa.

· Sayuran dan Buah-buahan: Penduduk juga menanam berbagai jenis sayuran dan buah-buahan, seperti tomat, cabai, pepaya, dan pisang, baik untuk konsumsi lokal maupun dijual di pasar terdekat.

Di samping tanaman pangan, beberapa warga mengelola perkebunan kecil. Komoditas perkebunan meliputi:

· Kelapa: Banyak warga desa yang mengelola kebun kelapa untuk menghasilkan kopra, yang kemudian dijual sebagai komoditas ekspor.

· Cengkeh dan Pala: Tanaman rempah seperti cengkeh dan pala juga cukup dominan di beberapa area perkebunan di desa ini.

Sebagian besar petani di Desa Waiketambaru masih menggunakan metode pertanian tradisional. Penggunaan alat-alat sederhana serta ketergantungan pada curah hujan masih umum ditemui. Namun, upaya peningkatan produktivitas dengan menerapkan teknik-teknik pertanian modern mulai diperkenalkan, meski belum merata.

Beberapa tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian di Desa Waiketambaru meliputi:

· Irigasi: Sistem irigasi yang belum memadai membuat petani sangat bergantung pada musim hujan.

· Akses Pasar: Akses transportasi yang terbatas ke daerah-daerah pemasaran yang lebih besar menjadi kendala untuk mendistribusikan hasil pertanian.

· Peralatan Pertanian: Kurangnya alat-alat pertanian modern dan pendanaan sering kali membatasi kemampuan petani dalam meningkatkan hasil produksi.

· Penyuluhan Pertanian: Kurangnya program penyuluhan pertanian dari pemerintah juga menjadi tantangan dalam pengenalan teknologi baru.

Desa Waiketambaru memiliki potensi besar untuk pengembangan sektor pertanian yang lebih maju. Dengan adanya program-program peningkatan infrastruktur pertanian seperti irigasi, akses ke teknologi modern, dan peningkatan akses pasar, produktivitas pertanian desa ini dapat berkembang lebih baik di masa depan. Secara keseluruhan, Desa Waiketambaru merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar di sektor agrikultur di Kecamatan Bula Barat, dengan fokus pada komoditas pangan dan perkebunan yang beragam.

Sumber: Data Monografi Desa Waiketambaru (2019)

 

2. Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Waiketam Baru

Di Desa Waiketam Baru Combine Harvester baru mulai diperkenalkan pada tahun 2017 melalui bantuan dari Kementerian Pertanian (Sumber: wawancara dengan penyuluh pertanian).Combine Harvester adalah mesin pemanen padi yang dapat memotong bulir tanaman yang berdiri, merontokkan, dan membersihkan gabah sambil berjalan di lapangan. Dengan demikian waktu pemanenan padi menjadi lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional. Sehingga kehadiran mesin pemanen padi combine harvester dianggap mampu meningkatkan efisien panen. Penggunaan mesin combine harvester dapat menekan kehilangan hasil panen (loses) dengan persentase kehilangan hanya 2-4 %, sedangkan pemanenan secara tradisional persentase kehilangan hasil panen sebesar 6-8 %. Munculnya mesin pemanen padi ini tentu sangat berguna bagi para petani karena dapat memangkas waktu pemanenan dan memangkas biaya panen yang besar jika dilakukan dengan cara manual atau dengan menggunakan jasa buruh tani.

3. Mekanisme Pengadopsian Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Waiketam Baru

Masyarakat di Desa Waiketam Baru, Kecamatan Bula Barat, dapat mengadopsi nilai dari teknologi mekanisasi pertanian seperti combine harvester melalui program penyuluhan yang terstruktur dan berkelanjutan dari Dinas Pertanian Kab. Seram Bagian Timur. Penyuluh pertanian memberikan pemahaman mendalam tentang manfaat combine harvester, seperti efisiensi dalam waktu panen, penghematan biaya tenaga kerja, dan peningkatan kualitas hasil panen. Penyuluhan ini melibatkan demonstrasi langsung di lapangan sehingga petani dapat melihat secara praktis bagaimana alat ini bekerja. Penyuluh mengundang petani ke lahan percontohan untuk melihat bagaimana combine harvester dioperasikan dan diterapkan dalam siklus pertanian mereka. Penyuluh memberikan simulasi biaya jangka panjang, membandingkan metode tradisional dengan penggunaan combine harvester untuk menyoroti penghematan yang mungkin dicapai. Dinas Pertanian Kab. Seram Bagian Timur juga memberikan pelatihan teknis terkait cara menjalankan, merawat dan memperbaiki alat combine harvester yang dilakukan secara berkala untuk memastikan petani memahami seluruh aspek teknis alat tersebut.

(Sumber: Wawancara dengan penyuluh pertanian Kab. Seram Bagian Timur)

 

4. Dampak dari Pengadopsian Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Waiketam Baru

Adopsi teknologi mekanisasi pertanian, khususnya penggunaan combine harvester, di Desa Waiketam Baru, Kecamatan Bula Barat, memiliki berbagai dampak positif dan negatif terhadap produktivitas pertanian dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat setempat.

Dampak Positif yang dirasakan oleh masyarakat desa Waiketam Baru adalah:

a. Peningkatan Produktivitas: Penggunaan combine harvester dapat meningkatkan efisiensi panen, mengurangi waktu yang diperlukan, dan meminimalkan kehilangan hasil panen. Hal ini berkontribusi pada peningkatan produktivitas pertanian secara keseluruhan.

b. Efisiensi Biaya: Mekanisasi panen dengan combine harvester dapat mengurangi biaya tenaga kerja, karena alat ini mampu menggantikan pekerjaan manual yang biasanya membutuhkan banyak tenaga kerja. Selain itu, penggunaan combine harvester juga dapat mengurangi biaya produksi per unit, sehingga meningkatkan keuntungan petani.

c. Peningkatan Kualitas Hidup: Dengan meningkatnya produktivitas dan efisiensi, pendapatan petani dapat meningkat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu, mekanisasi pertanian juga dapat mengurangi beban kerja fisik petani, sehingga meningkatkan kesejahteraan mereka

Dampak negatif dari penggunaan combine harvester adalah:

a. Pengurangan Tenaga Kerja: Adopsi combine harvester dapat mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manual, yang dapat menyebabkan pengangguran atau kehilangan mata pencaharian bagi pekerja yang sebelumnya terlibat dalam proses panen tradisional.

b. Ketergantungan pada Teknologi: Terlalu bergantung pada teknologi dapat membuat petani rentan terhadap kerusakan mesin atau masalah teknis lainnya, yang dapat mengganggu proses panen dan produksi. Selain itu, biaya perawatan dan suku cadang juga dapat menjadi beban tambahan bagi petani.

c. Dampak Lingkungan: Penggunaan mesin pertanian dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca, yang berkontribusi pada perubahan iklim. Selain itu, mekanisasi juga dapat menyebabkan degradasi tanah jika tidak dilakukan dengan praktik yang berkelanjutan

Untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan dampak negatif dari adopsi combine harvester, penting bagi masyarakat Desa Waiketam Baru untuk menerima penyuluhan dan pelatihan yang tepat. Hal ini akan membantu mereka memahami cara penggunaan alat tersebut secara efektif dan berkelanjutan, serta mengantisipasi perubahan sosial dan ekonomi yang mungkin terjadi.

Fasilitasi Pengorganisasian Masyarakat


Fasilitasi Pengorganisasian Masyarakat

 

Pengorganisasian adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang- orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan- tujuan yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah agar masyarakat dan organisasi masyarakat dapat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat yang selanjutnya bermanfaat bagi masyarakat untuk memperjuangkan kepentingan bersama, memperoleh kesetaraan dalam berusaha, membangun kemitraan dalam mewujudkan kesejahteraan menuju kemandirian. Prinsip utama pengorganisasian masyarakat antara lain : adalah kesetaraan, partisipasi, keterbukaan, kemandirian dan keberlanjutan.

Pengembangan komunitas adalah proses di mana anggota masyarakat bekerja bersama untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui berbagai upaya, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan, dan lainnya. Ini melibatkan pemberdayaan masyarakat agar mampu mengidentifikasi kebutuhan mereka sendiri, mengembangkan solusi, dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Pengembangan komunitas sering mencakup beberapa langkah penting:

1. Identifikasi Masalah: Masyarakat bersama-sama mengidentifikasi masalah atau tantangan yang dihadapi, baik dalam bidang ekonomi, sosial, atau lingkungan.

2. Perencanaan dan Strategi: Setelah masalah diidentifikasi, masyarakat membuat rencana atau strategi untuk mengatasinya. Ini bisa melibatkan pelatihan keterampilan, membentuk kelompok kerja, atau bermitra dengan organisasi lokal.

3. Aksi Kolektif: Anggota komunitas bekerja bersama untuk melaksanakan rencana. Ini bisa melibatkan kegiatan sosial, pembangunan infrastruktur, pelatihan, atau advokasi.

4. Pemberdayaan: Tujuannya adalah agar masyarakat menjadi lebih mandiri dan mampu mengatasi tantangan di masa depan secara berkelanjutan.

5. Evaluasi dan Perbaikan: Menilai hasil dari upaya yang telah dilakukan dan memperbaiki pendekatan jika diperlukan.

Faktor penting dalam pengembangan komunitas adalah partisipasi aktif dari anggota masyarakat itu sendiri serta dukungan dari pihak eksternal seperti pemerintah, LSM, atau swasta

 

A. Model-Model Pengorganisasian Masyarakat

Pengorganisasian masyarakat mengandung pengertian sebagai bentuk intervensi pada tingkat masyarakat (community level) yang diarahkan untuk peningkatan atau perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan pemecahan masalah masyarakat maka beberapa model- model pengorganisasian masyraakat antara lain sebagai berikut :

1. Model Pengembangan Masyarakat Lokal

Pengembangan masyarakat lokal berorientasi pada “tujuan proses” (proses goal) dari pada tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal). Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tersebut. Pengembangan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat merupakan inti dari proses pengembangan masyarakat lokal.

2. Model Perencanaan Sosial

Model Perencanaan Sosial menekankan proses pemecahan masalah secara teknis terhadap masalah sosial yang substansi seperti pengangguran, permukiman kumuh, kemacetan dan sebagainya. Selain itu PS bertujuan mengungkap pentingnya menggunakan cara perencanaaan yang matang dan perubahan yang terkendali demi mencapai tujuan akhir secara sadar dan rasional dan dalam pelaksanaannya dilakukan pengawasan-pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi.

3. Model Aksi Sosial

Model Aksi Sosial menekankan pada betapa pentingnya penanganan secara terorganisasi, terarah dan sistematis terhadap kelompok yang tidak beruntung dan meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan sumber atau perlakuan yang lebih sesuai dengan keadilan sosial dan nilai-nilai demokratisasi.

 

 

 

4. Model Perencanaan Sosial

Model Perencanaan Sosial menekankan proses pemecahan masalah secara teknis terhadap masalah sosial yang substansi seperti pengangguran, permukiman kumuh, kemacetan dan sebagainya. Selain itu PS bertujuan mengungkap pentingnya menggunakan cara perencanaaan yang matang dan perubahan yang terkendali demi mencapai tujuan akhir secara sadar dan rasional dan dalam pelaksanaannya dilakukan pengawasan-pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi.

5. Model Aksi Sosial

Model Aksi Sosial menekankan pada betapa pentingnya penanganan secara terorganisasi, terarah dan sistematis terhadap kelompok yang tidak beruntung dan meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan sumber atau perlakuan yang lebih sesuai dengan keadilan sosial dan nilai-nilai demokratisasi.

6. Model Perencanaan Sosial

Model Perencanaan Sosial menekankan proses pemecahan masalah secara teknis terhadap masalah sosial yang substansi seperti pengangguran, permukiman kumuh, kemacetan dan sebagainya. Selain itu perencanaan sosial bertujuan mengungkap pentingnya menggunakan cara perencanaan yang matang dan perubahan yang terkendali demi mencapai tujuan akhir secara sadar dan rasional dan dalam pelaksanaannya dilakukan pengawasan-pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi.

7. Model Aksi Sosial

Model Aksi Sosial menekankan pada betapa pentingnya penanganan secara terorganisasi, terarah dan sistematis terhadap kelompok yang tidak beruntung dan meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan sumber atau perlakuan yang lebih sesuai dengan keadilan sosial dan nilai-nilai demokratisasi.

 

B. Tahapan, Proses dan Strategi Pengorganisasian Masyarakat

Pengorganisasian masyarakat adalah proses kolaboratif untuk memberdayakan anggota masyarakat dalam mencapai tujuan bersama dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Tahapan, proses, dan strategi pengorganisasian masyarakat melibatkan beberapa langkah berikut:

Tahapan Pengorganisasian Masyarakat

1. Tahap Persiapan

Identifikasi dan Pemahaman Masalah: Mengidentifikasi masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat, memahami kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.

Penjajakan Wilayah dan Penggalian Informasi: Melakukan survei dan observasi untuk memahami lebih lanjut kondisi komunitas.

Membangun Kepercayaan: Penting untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat agar mereka percaya dan bersedia berpartisipasi aktif dalam program pengorganisasian.

2. Tahap Penggalangan dan Penyadaran

Melibatkan Masyarakat: Mengajak masyarakat terlibat secara langsung dengan cara diskusi, pertemuan kelompok, dan identifikasi pemimpin lokal yang dapat memfasilitasi proses.

Penyadaran Sosial: Mengedukasi masyarakat tentang masalah yang mereka hadapi dan potensi yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3. Tahap Perencanaan

Identifikasi Sumber Daya dan Solusi: Bersama-sama masyarakat merumuskan solusi berdasarkan kebutuhan dan sumber daya yang ada di komunitas.

Membuat Rencana Aksi: Mengembangkan rencana strategis yang jelas dan realistis untuk mencapai tujuan. Melibatkan masyarakat dalam setiap tahap perencanaan.

4. Tahap Pelaksanaan

Implementasi Program: Melaksanakan rencana aksi yang telah disepakati bersama. Pada tahap ini, partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan.

Koordinasi dan Monitoring: Melakukan pengawasan terhadap jalannya kegiatan untuk memastikan bahwa program berjalan sesuai rencana.

5. Tahap Evaluasi dan Pemeliharaan

Evaluasi: Menilai hasil program pengorganisasian, baik dari segi proses maupun pencapaian hasil.

Pemeliharaan Hasil: Menyusun strategi untuk menjaga keberlanjutan program dan hasil yang dicapai agar masyarakat tetap mandiri.

C. Proses Pengorganisasian Masyarakat

1. Pemahaman Sosial dan Budaya: Proses ini melibatkan pendalaman terhadap norma, adat istiadat, dan nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat.

2. Pembangunan Jaringan: Membentuk jaringan antara masyarakat, organisasi, dan lembaga pendukung untuk memperkuat kolaborasi.

3. Pemberdayaan: Proses pemberdayaan melibatkan peningkatan kapasitas masyarakat agar mereka dapat mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang.

4. Partisipasi Aktif: Pengorganisasian masyarakat harus memastikan bahwa seluruh anggota masyarakat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

D. Strategi Pengorganisasian Masyarakat

1. Pendidikan Masyarakat: Strategi ini berfokus pada memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang isu-isu yang mereka hadapi serta solusi potensial.

2. Pemberdayaan Ekonomi: Pengembangan usaha mikro, pelatihan keterampilan, dan penciptaan akses ke sumber daya ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Penguatan Jaringan dan Aliansi: Melibatkan berbagai pihak, baik lokal maupun eksternal, seperti pemerintah, LSM, dan sektor swasta untuk mendukung proses pengorganisasian.

4. Mobilisasi Sumber Daya Lokal: Memanfaatkan sumber daya lokal seperti tenaga kerja, lahan, dan pengetahuan lokal untuk mendukung proyek-proyek komunitas.

5. Advokasi Kebijakan: Melibatkan masyarakat dalam kegiatan advokasi untuk memperjuangkan hak-hak mereka, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Pengorganisasian masyarakat yang efektif membutuhkan pendekatan yang inklusif dan partisipatif, di mana setiap anggota masyarakat merasa memiliki dan terlibat dalam proses pembangunan sehingga dibutuhkan peran Penggerak Swadaya Masyarakat sebagai motor lokal yang terus menjaga semangat partisipasi, sementara fasilitator memberikan dukungan teknis, pelatihan, dan pendampingan dalam proses pengorganisasian masyarakat. Kolaborasi antara keduanya memastikan program pengorganisasian berlangsung secara berkelanjutan dan benar-benar berfokus pada kebutuhan serta potensi lokal masyarakat.

Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur

  Nilai dari Teknologi Mekanisasi Pertanian (combine harvester) di Desa Waiketam Baru, Kec. Bula Barat, Kab. Seram Bagian Timur   1.  Gambar...