KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun
Laporan Praktikum Sosiologi Pertanian guna melengkapi syarat tugas mata kuliah
Sosiologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Laporan ini kami susun berdasarkan
hasil pengamatan serta wawancara penulis terhadap beberapa permasalahan dan
nara sumber di Desa Pamijen berdasarkan pengkajian beberapa literatur yang
kaitannya dengan permasalahan di bidang pertanian.
Dalam penyusunan laporan ini tidak
lepas dari adanya bantuan baik berupa dukungan moril maupun materil dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan
ini. Semoga bantuan dan kebaikannya
mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
laporan
ini.
Akhirnya, kami berharap semoga karya tulis ini dapat
berguna bagi pembaca, terutama bagi kalangan civitas akademika Fakultas
Pertanian khususnya, dan seluruh mahasiswa pada umumnya. Amin ya rabbal ‘alamin
Purwokerto, 15 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...............................................................................................i
Daftar
Isi........................................................................................................ii
BAB
I.
Pendauluan........................................................................................1
1.
Latar
Belakang.............................................................................1
2.
Maksud Dan
Tujuan Praktikum...................................................4
BAB II. Keadaan Umum
Desa.......................................................................5
1.
Letak Desa....................................................................................5
2.
Biogeofisik...................................................................................5
3.
Sejarah Dan
Perkembangan Desa................................................6
4.
Penduduk.....................................................................................7
5.
Pendidikan...................................................................................8
6.
Struktur
Pemerintahan Desa........................................................10
7.
Struktur
Ekonomi.........................................................................11
8.
Struktur
Sosial..............................................................................13
BAB III. Hasil Dan Pembahasan Materi
Praktikum.......................................15
1.
Hubungan Desa
Ke Kota...............................................................15
2.
Bentuk-Bentuk
Kerjasama.............................................................25
3.
Mobilitas
Sosial..............................................................................27
4.
Masuknya
Teknologi Ke Desa.......................................................29
BAB IV. Kesimpulan Dan
Saran.....................................................................32
1.
Kesimpulan.....................................................................................32
2.
Saran...............................................................................................33
Daftar
Pustaka...................................................................................................35
Lampiran...........................................................................................................36
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun
Laporan Praktikum Sosiologi Pertanian guna melengkapi syarat tugas mata kuliah
Sosiologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
Laporan ini kami susun berdasarkan
hasil pengamatan serta wawancara penulis terhadap beberapa permasalahan dan
nara sumber di Desa Pamijen berdasarkan pengkajian beberapa literatur yang
kaitannya dengan permasalahan di bidang pertanian.
Dalam penyusunan laporan ini tidak
lepas dari adanya bantuan baik berupa dukungan moril maupun materil dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan
ini. Semoga bantuan dan kebaikannya
mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
laporan
ini.
Akhirnya, kami berharap semoga karya tulis ini dapat
berguna bagi pembaca, terutama bagi kalangan civitas akademika Fakultas
Pertanian khususnya, dan seluruh mahasiswa pada umumnya. Amin ya rabbal ‘alamin
Purwokerto, 15 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...............................................................................................i
Daftar
Isi........................................................................................................ii
BAB
I.
Pendauluan........................................................................................1
1.
Latar
Belakang.............................................................................1
2.
Maksud Dan
Tujuan Praktikum...................................................4
BAB II. Keadaan Umum
Desa.......................................................................5
1.
Letak Desa....................................................................................5
2.
Biogeofisik...................................................................................5
3.
Sejarah Dan
Perkembangan Desa................................................6
4.
Penduduk.....................................................................................7
5.
Pendidikan...................................................................................8
6.
Struktur
Pemerintahan Desa........................................................10
7.
Struktur
Ekonomi.........................................................................11
8.
Struktur
Sosial..............................................................................13
BAB III. Hasil Dan Pembahasan Materi
Praktikum.......................................15
1.
Hubungan Desa
Ke Kota...............................................................15
2.
Bentuk-Bentuk
Kerjasama.............................................................25
3.
Mobilitas
Sosial..............................................................................27
4.
Masuknya
Teknologi Ke Desa.......................................................29
BAB IV. Kesimpulan Dan
Saran.....................................................................32
1.
Kesimpulan.....................................................................................32
2.
Saran...............................................................................................33
Daftar
Pustaka...................................................................................................35
Lampiran.....................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Teknologi pertanian merupakan penerapan dari ilmu-ilmu terapan dan teknik pada kegiatan pertanian.
Cara-cara ini diwilayah pedesaan terikat oleh kebiasaan atau tradisi.
Untuk merubah cara lama atau yang telah terikat tradisi dalam kegiatan
pertanian ke cara baru dengan tujuan yang lebih baik, memerlukan proses waktu
yang relatif lama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, ikatan
tradisi budaya serta orientasi petani dalam bertani. Seperti di desa Pekaja,
masyarakat tani yang pendidikannya sebagian besar SD (Sekolah Dasar), cenderung
pola berpikir tentang teknologi baru khususnya dibidang pertanian memerlukan
proses waktu yang cukup lama.
Masuknya Teknologi Baru Bidang
Pertanian ke Desa Pekaja memberikan dampak positif terhadap hasil pertanian
setempat. Desa Pekaja merupakan desa yang memiliki potensi alam yang baik
dengan persentase 70% masyarakat nya adalah petani horti dan padi. Desa pekaja
merupakan desa mandiri benih yang menggunakan teknologi-teknologi baru dalam
kegiatan pertaniannya. Teknologi baru juga mencakup keorganisasian dalam
masyarakat desa, yaitu cara-cara kelompok baru dibentuk atau diberi fungsi yang
lain. Teknologi baru juga bisa berarti menambah fungsi-fungsi kelompok
masyarakat yang telah ada, misalnya adanya kelompok tani yang semula berfungsi
untuk menyatukan tujuan teknis, sekarang kelompok tani tersebut juga berfungsi
sebagai lembaga ekonomi untuk melayani anggotanya.
Itulah sebabnya kami mengambil judul ini
sebagai bahan yang akan dibahas mengenai teknologi baru yang masuk di desa
Pekaja.
B. Permasalahan
1. Apa itu teknologi pertanian ?
2. Apakah petani desa Pekaja sudah
beralih ke teknologi baru ?
3. Mengapa perlu adanya teknologi pertanian ?
4. Manfaat apa yang diperoleh dengan
adanya teknologi baru ini ?
5. Kendala apa yang dialami dalam
menerapkan teknologi ini dan bagaimana cara mengatasinya ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teknologi pertanian merupakan penerapan dari ilmu-ilmu
terapan dan teknik pada kegiatan pertanian. Definisi lain tentang Teknologi pertanian menurut para ahli adalah merupakan penerapan
prinsip-prinsip matematika dan ilmu
pengetahuan alam dalam rangka
pendayagunaan secara ekonomis sumberdaya pertanian dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia. Falsafahnya
teknologi pertanian merupakan praktik-empirik yang bersifat pragmatik
finalistik, dilandasi paham mekanistik-vitalistik dengan penekanan pada objek
formal kerekayasaan dalam pembuatan dan penerapan peralatan, bangunan,lingkungan, sistem produksi serta pengolahan
dan pengamanan hasil produksi (Mudjana, 1982).
dan pengamanan hasil produksi (Mudjana, 1982).
Objek formal dalam ilmu pertanian budidaya reproduksi berada dalam fokus budidaya, pemeliharaan, pemungutan
hasil dari flora dan fauna, peningkatan mutu hasil panen yang diperoleh,
penanganan, pengolahan dan pengamanan serta pemasaran hasil. Oleh sebab itu, secara luas cakupan teknologi pertanian meliputi berbagai penerapan ilmu teknik pada cakupan objek formal dari budidaya sampai
pemasaran. Menurut Mosher (1985), teknologi merupakan salah satu
syarat mutlak pembangunan pertanian. Sedangkan untuk mengintroduksi suatu
teknologi baru pada suatu usahatani menurut Fadholi (1991), ada empat faktor
yang perlu diperhatikan yaitu :
1. secara teknis dapat dilaksanakan
2. secara ekonomi menguntungkan
3. secara sosial dapat diterima dan
4. sesuai dengan peraturan pemerintah.
Suatu teknologi atau ide baru akan diterima oleh petani jika
1. memberi keuntungan ekonomi bila
teknologi tersebut diterapkan (profitability);
2. teknologi tersebut sesuai dengan
lingkungan budaya setempat
3. kesesuai dengan lingkungan fisik (physical
compatibility);
4. teknologi tersebut memiliki
kemudahan jika diterapkan;
5. penghematan tenaga kerja dan waktu
dan
6. tidak memerlukan biaya yang besar
jika teknologi tersebut diterapkan (Mardikanto,1993).
Awalnya, penerapan pertanian konvensional mampu meningkatkan
produktivitas pertanian Indonesia dan pangan secara nyata tetapi semakin lama efisiensi
produksi semakin menurun karena pengaruh umpan balik berbagai dampak yang
merugikan. Sifat produk pertanian yang mudah rusak dan kondisi lingkungan
Indonesia dengan temperatur dan kelembaban yang tidak teratur akibat pemanasan
global akan mempercepat proses kerusakan komoditas. Perlakuan yang buruk
terhadap komoditas ketika didistribusikan juga memperburuk kualitas komoditas
pertanian. Akibat hasil pertanian Indonesia yang buruk, produk impor lebih
banyak beredar di masyarakat dibandingkan produk lokal. Hal ini menunjukkan
masyarakat lebih memercayai kualitas produk pertanian impor daripada produk
pertanian dalam negeri. Hal ini mengakibatkan kerugian besar bagi petani,
karena hasil pertaniannya tidak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga berakibat paada
siklus pertanian selanjutnya. Karena jika tidak ada yang mengonsumsi hasil
pertanian petani maka tidak ada umpan balik untuk siklus pertanian berikutnya
karena kurangnya modal. Jadi, peningkatan teknologi pertanian sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan nilai mutu produk pertanian lokal. ( Reksohadiprojo, 1986 )
BAB III
PEMBAHASAN
Teknologi pertanian merupakan penerapan dari ilmu-ilmu
terapan dan teknik pada kegiatan pertanian. Petani di desa Pekaja kecamatan
Kalibagor banyak membudidayakan tanaman padi dan horti. Petani menanam horti
seperti cabai dan timun untuk pergantian
tanam padi. Tanah di desa Pekaja termasuk tanah yang gembur dan cocok untuk
kegiatan pertanian. Petani sudah menggunakan beberapa teknologi dalam bercocok
tanam seperti jajar lewogo pada padi dan penanaman cabai hibrida dengan
menggunakn mulsa.
Menurut Bapak Misno selaku ketua kelompok tani
Pelita Jaya desa Pekaja dasar pertimbangan masuknya teknologi baru di desa
Pekaja adalah pengalihan teknologi pertanian contohnya sebelum masuknya
teknologi, cabai yang ditanam adalah cabai biasa,tetapi setelah masuknya
teknologi ,cabai yang ditanam menggunakan mulsa yang lebih efektif ,panen
cepat,tidak dilakukan penyiangan dan dari segi pupuknya tidak banyak yang menguap,
pupuk yang menguap akan diseap tanamann kurang dari 60%. Selain itu, penggunaan
mulsa juga akan menurunkan aktifitas kerja OPT yang berkembang biak didalam
tanah contoh nya seperti bakteri dan jamur atau telur dari beberapa serangga.
Jenis bibit cabai yang digunakan di desa Pekaja adalah varietas dari hibrida F1
verywell dengan keunggulan selain tahan terhadap virus daun kuning (gemini
virus) juga dapat menghasilkan satu tanaman cabai sebanyak 1,5 kg.
Sistem tanam padi di desa pekaja sudah
menggunakan teknik jajar legowo dengan tipe penanaman 6:1(6 baris ditanami, 1
baris dibiarkan kosong) ; 5:1 dan 4:1 Penggunaan teknik ini memiliki beberapa
manfaat diantaranya :
1. Meningkatkan kadar oksigen dalam
tanah
2. Dapat mengurangi serangan hama dan
penyakit pada tanaman padi
3. Mempermudah dalam perawatan tanaman
padi baik dalam proses pemupukan maupun penyemprotan pestisida
4. Dapat menghemat pupuk karena yang
dipupuk hanya dibagian dalam baris tanaman saja
5. Akan meningkatkan produksi tanaman
padi.
Sistem tanam jajar legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara
dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris
kosong. Istilah legowo di ambil dari bahasa Jawa, yaitu berasal dari
kata ”lego” berarti luas dan ”dowo” berarti memanjang. Legowo
diartikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan
diselingi satu barisan kosong.
Sistem tanam jajar legowo atau disingkat legowo memberikan lorong panjang
yang lebih leluasa bagi petani melakukan pemeliharaan tanpa banyak mengganggu
tanaman. Iklim mikro antar tanaman diperbaiki dan populasi tanaman
ditingkatkan. Oleh karena itu tanaman padi berpeluang lebih tinggi
produktivitasnya apabila ditanam dengan sistem jajar legowo.
Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu komponen Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam
lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Sistem
tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan
usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan
pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Di samping itu juga lebih
mudah dalam mengendalikan hama tikus.
- Meningkatkan
jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo, sehingga
berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan
populasi.
- Sistem
tanaman berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem produksi
padi-ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan bebek).
- Meningkatkan
produktivitas padi hingga mencapai 10-15%. Dengan sistem jajar legowo ini
terdapat ruang terbuka yang lebih lebar di antara dua atau lebih kelompok
barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap
rumpun tanaman padi sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang
berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.
Prinsip
Tanam Jajar Legowo
Sistem tanam jajar legowo adalah suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan
populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar. Penerapan jajar legowo selain
meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu menambah kelancaran sirkulasi
sinar matahari dan udara di sekeliling tanaman pinggir sehingga tanaman dapat
berfotosintesa lebih baik.
Selain itu, tanaman yang berada di pinggir diharapkan memberikan produksi
yang lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem
tanam jajar legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-50%, sehingga tanaman dapat
menerima sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses fotosintesis.
Sistem tanam jajar legowo yang sudah di perkenalkan dan sudah diadopsi oleh
para petani adalah Jajar Legowo 2:1 dan Jajar Legowo 4 : 1 tipe 1 maupun tipe
2. Namun pelaksanaan di lapangan masih banyak ditemukan dengan penanaman sistem
jajar legowo 5 : 1; jajar legowo 6 : 1; dan bahkan ada yang jajar legowo 8 : 1.
Beragamnya praktek legowo di lapangan tersebut menuntut adanya buku acuan
penerapan sistem tanam legowo yang benar mulai dari penanaman hingga
pengambilan sampel ubinan, sehingga dalam pelaksanaannya benar-benar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk itu, Badan Litbang Pertanian,
Kementerian Pertanian menerbitkan buku tentang Sistem Tanam Legowo, 2014. Lebih
lanjut dapat dijelaskan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan jajar
legowo 4 : 1 tipe 1 maupun tipe 2.
Legowo 2:1
Sistem tanam
jajar legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha sebanyak
213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola tanam
tegel (25 x 25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh
barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan.
Legowo 4:1 Tipe
1
Sistem tanam
jajar legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam jajar legowo dengan keseluruhan
baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan
yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha
dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25 x 25) cm.
Legowo 4:1 Tipe
2
Sistem tanam
jajar legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya memberikan tambahan
tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir. Populasi tanaman
192.712 rumpun/ha dengan persentase peningkatan hanya sebesar 20,44%
dibanding pola tegel (25 x 25) cm. Pola ini cocok diterapkan pada lokasi dengan
tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman
lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan
resiko kerebahan selama pertumbuhan.
Sistem tanam
jajar legowo merupakan pengaturan tata letak tanaman, dengan membuat jarak yang
lebar antar barisan tanaman.Sisa bibit yang belum tertanam pada barisan yang
kosong tersebut, ditanam di pinggir baris,sebagai pagar untuk meningkatkan jumlah populasi tanaman.
Jarak tanam
yang lebar pada sistem jajar legowo memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar
bagi tanaman.Jarak tanam lebar berpengaruh terhadap peningkatkan jumlah anakan padi.
Semakin lebar jarak tanam, maka jumlah anakansemakin meningkat . Jarak tanam
yang lebar antar tanaman dapat memperlancar
sirkulasi udaradanmempermudah perkembangan akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam maka pertumbuhan
akar semakin baik, terbukti dari peningkatan berat kering, panjang akar dan volume akar. Pertumbuhan akar yang optimal
meningkatkan penyerapan unsur hara untuk mendukung fotosintesis sehingga
pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi optimal. Peningkatan produksi
diperoleh dari tanaman yang ditanam dengan jarak tanam lebar. Jumlah populasi
tanaman yang ditanam dengan sistem jajar legowo lebih tinggi dibandingkan
dengan sistem tegel dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Jumlah populasi tanaman pada
sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah 190.000 (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementerian Pertanian 2013) sampai dengan 300.000 rumpun.ha-1 , lebih
banyak dibandingkan dengan sistem tegel (jarak tanam 25x25cm) yang hanya
160.000 rumpun.ha-1 (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian, 2013).
Sistem
pengairan yang ada di desa Pekaja telah menggunakan irigasi sawah yang baik.
Petani disana mempunyai prinsip bahwa tanaman padi adalah tanaman yang
membutuhkan air, bukan harus tergenang oleh air. Oleh sebab itu kondisi tanah
sawah harus dijaga pada keadaan berlumpur namun tidak tergenang oleh air.
Prinsip ini digunakan sebagai upaya untuk menangani masalah berkurangnya pupuk
karena hanyut oleh aliran air yang terus menerus. Selain itu kondisi tanah akan
menahan pupuk dapat terserap baik oleh padi dan mengurangi besarnya penguapan
unsur dari tanah karena suhu dan kelembaban yang terjaga.
Petani
sudah menggunakan bibit unggul untuk pertanaman mereka. Untuk membasmi hama
yang menyerang tanaman, mereka juga masih menggunakan pertisida sintetis yang
mereka beli di pasar. Kebutuhan pupuk petani di desa Pekaja sudah tercukupi
karena terdapat lembaga khusus Gemah Ripah yang bertugas untuk memasok dan
mendistribusikan secara merata kepada
petani dan menekan harga agar harga tetap terjangkau oleh petani.
Pemerintah
daerah memberikan 5 unit traktor untuk kelompok tani dan satu mesin penggiling
padi,namun belum ada mesin pengering padi dan lumbung di desa Pekaja,sehingga
besar harapan petani kepada pemerintah untuk memberikan bantuan berupa mesin
pengering padi dan lumbung padi.
Dari hasil pengamatan,
yang perlu disadari adalah pengaruh dari suatu teknologi baru pada
produktivitas pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian
selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas
tanah, modal atau tenaga kerja. Seperti halnya traktor lebih produktif daripada
cangkul, pupuk buatan lebih produktif daripada pupuk hijau dan pupuk kandang,
menanam padi dengan baris lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur.
Demikianlah masih banyak lagi cara-cara bertani baru, di mana petani setiap
waktu dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Masuknya teknologi atau
adanya mekanisasi di desa mengakibatkan banyaknya pertambahan jumlah penduduk
yang menganggur, transformasi yang tidak jelas, dan pola komunikasi yang
sejalan dengan perubahan komunitas di desa. Kesemuanya itu merupakan inovasi,
baik itu hasil penemuan dalam berpikir atau peniruan yang dapat menimbulkan
difusi atau integrasi. Hal di atas juga sangat besar pengaruhnya terhadap
interaksi, sebab melalui teknologi aktivitas kerja menjadi lebih sederhana dan
serba cepat. Hubungan antara sesama pekerja menjadi bersifat impersonal, sebab
setiap pekerja bekerja menurut keahliannya masing-masing (spesialis). Hal ini
berbeda dengan kegiatan pekerjaan yang tanpa teknologi, tidak bersifat
spesialis dimana setiap orang dapat saling membantu pekerjaan, tidak dituntut
keahlian tertentu. Sehingga dulu hubungan antara majikan (pemilik lahan) dengan
petani pekerja (buruh tani) ataupun sesama buruh tani begitu akrab dan saling
mengenal, bisa dikatakan hubungan patron klient-nya begitu terasa. Namun,
hubungan tersebut kini mulai mengalami pergeseran
Menurut Durkheim, E
(1989) Teknologi berkaitan dengan pembatasan pekerjaan yang bersifat kerjasama,
sehingga dapat menimbulkan konflik pada komunitas pertanian. Adanya teknologi,
praktek-praktek saling membantu menjadi terhenti dan kerjasama informal menjadi
berkurang. Proses mekanisasi di daerah pertanian menyebabkan hubungan bersifat
kontrak formal. Tenaga kerja berkembang menjadi tenaga kerja formal yang
kemampuan dan keahliannya terbatas. Lambat laun di pedesaan akan muncul
organisasi formal tenaga kerja sebagai akibat terspesialisasi dan meningkatnya
pembagian kerja. Hal inilah yang dinamakan solidaritas organik (organic
solidarity) yang lebih sering terjadi pada komunitas perkotaan.
Setiap desa memiliki
karakteristik tersendiri di dalam menerima teknologi baru, pada desa Pekaja
kecamatan kalibagor kabupaten Banyumas, sebagian besar petani merespon dengan
baik adanya teknologi baru yang masuk ke desa mereka. Namun di samping respon
yang baik tersebut, para petani masih mengeluhkan tentang cara bercocok tanam
padi menggunakan teknik jajar legowo dan cabai hibrida menggunakan teknik mulsa
yang membutuhkan modal yang banyak,sehingga untuk golongan bawah,teknik
tersebut masih tidak diterapkan contohnya pada tanaman cabai hibrida yang
menggunakan teknik mulsa yang membutuhkan modal kurang lebih 20 juta per
hektar. Golongan yang dapat menerima teknologi baru tersebut biasanya golongan
atas orang-orang yang berani bermodal.
Teknologi merupakan
salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian. Sedangkan untuk memperkenalkan
suatu teknologi baru pada suatu usaha tani menurut Fadholi (1991), ada empat
faktor yang perlu diperhatikan yaitu :
(1) secara teknis dapat
dilaksanakan
(2) secara ekonomi menguntungkan
(3) secara sosial dapat diterima
dan
(4) sesuai dengan peraturan pemerintah.
Kemudian menurut
Mardikanto. (1993). Suatu teknologi atau ide baru akan diterima oleh
petani jika
1. memberi
keuntungan ekonomi bila teknologi tersebut diterapkan (profitability);
2. teknologi
tersebut sesuai dengan lingkungan budaya setempat
3. kesesuai
dengan lingkungan fisik (physical compatibility);
4. teknologi
tersebut memiliki kemudahan jika diterapkan;
5. penghematan tenaga kerja dan waktu dan
6.
tidak memerlukan biaya yang besar jika teknologi tersebut diterapkan.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Teknologi
pertanian merupakan penerapan dari
ilmu-ilmu terapan dan teknik pada kegiatan pertanian.
2. Petani di desa Pekaja kecamatan
Kalibagor banyak membudidayakan tanaman padi dan horti. Petani menanam horti
seperti cabai dan timun untuk pergantian
tanam padi
3. Teknik pertanian yang diterapkan dalam kegiatan bercocok
tanam desa Pekaja yaitu jajar legowo pada tanaman padi dan teknik mulsa pada
cabai
4. Teknologi baru membutuhkan modal yang besar sehingga hanya
golongan tertentu yang dapat menerapkan teknologi tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian
Kementerian Pertanian. 2013. Sistem Tanam Legowo. Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Durkheim,
E . 1989. Sosiologi dan Filsafat.
Terj. Soedjono Dirdjosisworo, Jakarta : Erlangga
Fadholi, H. 1991. Ilmu Usaha Tani. Jakarta
: Penebar Swadaya
Hagul,
Peter. 1992 . Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat . Jakarta
: Rajawali Pers
Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usahatani.
Jakarta : Penebar Swadaya
Mardikanto, T.
1993. Penyuluhan Pembangunan .
Surakarta : UNS Press.
Mosher, A.T. 1997. Menggerakkan dan Membangun Pertanian.
Jakarta : Yasa Guna
Nasution, Adham.1983. Sosiologi. :
Bandung : Penerbit Alumni
Primilestari , Suci dan Syafri Edi . 2015 . Penerapan Teknologi untuk Meningkatkan Produksi Padi Sawah pada Lahan
Tadah Hujan Kota Jambi Technology Application to Increase Rice Yield on
Rain-fed Land in Jambi . Jambi : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Proseding Seminar Nasional
Lahan Suboptimal, Palembang 8-9 ISBN
979-587-580-9
Saidiharjo, P. 1974. Pengantar Ilmu Sosiologi. Surabaya : Bina
Ilmu.
Wiyarti, Sri. 1991. Sosiologi. Surakarta : UNS Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar